Kamis, 01 November 2012

Mulianya Sang Penuntut Ilmu

KEMULIAAN ORANG-ORANG YANG DATANG MENUNTUT ILMU DAN DUDUK DI MAJELIS ILMU
Hadist riwayat Al Bukhari dari Sahabat Abu Waqidin al Laitsi r.a
Abu Waqidin al Laitsi menceritakan bahwa tatkala beliau duduk bersama Rasulullah saw di mesjid Nabi saw maka lewatlah 3 orang melewati mesjid nabi saw lalu 2 orang dari 3 orang tersebut masuk kedalam mesjid sedangkan yang satunya pergi. Sama sekali tidak menghiraukan halaqah atau majelis yang dibentuk oleh Rasulullah SAW. Maka kedua orang yang masuk kedalam majelis tersebut melihat kepada halaqah rasulullah saw, maka salah seorang dari kedua orang ini melihat ada yang kosong dari maelis maka orang yang melihat tempat tersebut masuk dalam majelis rasulullah saw tersebut dan duduk ditemat yang kosong adapun orng yang kedua duduk dibelang majelis dan tidak bergabung bersama halaqah rasulullah saw namun juga tidak keluar dari mesjid tapi duduk dibelakang adapun orang yang ketiga, sama sekali tidak memperhatikan majelis yang dibentuk oleh rasulullah saw dan para sahabat. Lalu setelh rasulullah selesai berbicara kepada para sahabt maka eliau. Maka beliau berkata, maukah aku kabarkan kepada kalian tentang 3 orang ini? Adapun salah seorang diantara mereka dia ingin mendapatkan perlindungan dari Allah swt maka duduklah ia dalam majelis bersatu bersama majelis rasulullah maka allah memberikan perlindungan kepadanya,adapun yang lain yang tidak bersatu bersama majelis rasulullah orang ini malu, maka Allah pun malu dari dia, adapun orang ketiga yang tidak memperdulikan majlis rasulullah bersama para sahabat berpaling dari majwlis rasulullah maka Allah pun berpaling dari dia.
Hadist ini menjelaskan kepada kita tentang pentingnya majelis ilmu.
Untuk menghadapi berbagai masalah maka kita harus mencari penyelesaian masalah itu dengan ilmu.
Allah memerintahkan kepada RAsulullah untuk meminta ilmu, bukan untuk meminta harta, meminta dunia bukan meminta yang lainnya. Qul RAbbizidni ilman. Apa gunanya harta bertambah, apagunanya jabatan semakin tinggi, jika kita tidak memiliki ilmu, Demi Allah yang demikian ini tidak bermanfaat jik a tidak dibarengi dengan tuntunan alquran dan sunnah
Pengangkatan derajat orang-orang yang ada di muka bum ini oleh Allah bukan dengan harta-harta mereka, bukan dengan jabatan-jabatan mereka. Namun Allah meninggikan derajat mereka dengan ilmu.
HR Bukhari Muslim
Barangsiapa yang diinginkan padanya oleh Allah kebaikan maka Allah akan memberikan pemahaman terhadap Islam
Bukan diberikan harta, bukan ditinggikan kedudukannya dibandingkan orang lain di bum ini.
Al Fiqhu=aqidah, akhlaq, manhaj,muamalah,
Rasulullah saw ketika bertemu dengan Abdullah bin Abbas ra RAsulullah kemudian memeluk Abdullah bin Abbas yang mash kecil ra dan mengatakan & juga doa yang beliau panjatkan kepada Allah ketika beliau mengetahui bahwa yang memberikan air setelah beliau membuang hajatnya adalah Abdullah bin Abbas “ Ya Allah berikan dia pemahaman dalam agama-Mu ini”
Begitupun juga dengan ayat Allah Q.S As-Shaff dimana Allah akan mengangkat derajat manusia dengan ilmu yang tentusaja dengan ikhlash dan hanya mengharapakan keridhaan Allah swt
Q.S Yusuf Kami mengangkat derajat orang yang kami kehendaki. Kata Imamu Malik rahimahullah ditinggikan dengan ilmu.
Sejak masa para Sahabat dan ulama-ulama kita, mereka terkenal karna cirri khas meereka yang tetap menyibukkan diri mereka dengan  ilmu dan bashirah dimana mereka berusaha untuk senantiasa mempertahankan sunnah rasulullah dengan ilmu. Ketika para sahabat dalam keadaan sibuk, diantara mereka ada yang sibuk untuk menurus keluarga mereka, diantara mereka ada yang sibuk mengurus sawah dan lading mereka, diantara mereka pun ada yang sibuk mengurus perdagangan mereka, tapi semua ini tidakmenjadikan mereka lalai dari menuntut ilmu kepada Rasulullah saw. Sebagai contoh: Dari Umar bin Khattab ra yang diriwayatkan oleh imam bukhari: Aku dahulu bersama salah seorang Anshar yang tinggal di Bani Umayya bin Zaid dan kami pada waktu itu bergantian untuk turun kepada Rasulullah saw terkandang pada suatu hari dia yang mendekati Rasulullah saw untuk belajar dengan Rasulullah sedangkan saya menyibukkan diri degan perdagangan dengan kesibukan untuk mencari nafkah , dan saya terkadang turun satu hari itu yakni berselang seling bersama orang Anshar ini untuk belajar kepada Rasulullah maka apabila saya yang turun, saya yang belajar bersama Rasulullah maka setelah dia pulang saya kabarkan pada dia apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah saw apakah berupa wahyu yang diturunkan oleh Allah ataukah hadist-hadist nabi saw dan kalau oeang Anshar ini yang belajar bersama Rasulullah maka ketika Umar pulang maka orang inilah yang menyampaikan kepada Umar ra.
Para sahabat ditengah kesibukannya untuk mencari nafkah untuk keluarga mereka, mereka tidak melalaikan untuk menuntut ilmu kepada Rasulullah saw. Apalagi, diantara para sahabat ada yang mutakhassisuun yang khusus belajar kepada Rasulullah, yang mereka tidak memiliki pekerjaan dunia yang memang tidak memiliki kesibukan selain menuntut ilmu kepada Rasulullah saw, seperti Abu Hurairah ra, yang berbeda dengan para Sahabat. Para Sahabat yang memiliki kesibukan dunia jika mereka memiliki waktu luang maka waktunya tersebut dihabiskan dengan menuntut ilmu kepada Rasulullah saw sehingga wajarlah sahabat seperti Abu Hurairah ra beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist padahal beliau adalah sahabat yang paling singkat 3-4 tahun, namun hadist-hadist yang diriwayatkan olehnya masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan para sahabat yang lain. Kenapa demikian?
Hal ini disebutkan oleh Abu Hurairah sendiri dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari : Banyak orang yang mengatakan bahwa  Abu Hurairah telah banyak mengeluarkan hadist telah banyak memberitakan hadist. Kata Abu Hurairah kalau bukan karna ayat Allah subhanahuwataala dalam al-Qur’an, saya tidak akan membacakan kepada kalian walau satu hadist, kalau bukan karna ancaman Allah subhanahuwata’ala tentang dosa orang yang menutup atau menyembunyikan ilmu, maka saya bacakan kepada kalian karna ancaman Allah subhanahuwata’ala. Dimana Allah melaknat orang yang tidak menyampaikan ilmu. Adapun teman teman kita dari kaum Muhajirin, mereka disibukkan oleh perdagangan perdagangan mereka, adapun orang-orang Anshar, disibukka oleh persawahan dan lading mereka sedangkan Abu Hurairah ra selalu menemani Rasulullah saw dan terkadang tidak ada yang bisa mengisi perutnya, dan berlapar-lapar diri bersama Rasulullah saw maka hadirlah Abu Hurairah apa-apa yang tidak dihadiri oleh Sahabat yang lain, dan dihapallah oleh Abu Hurairah apa-apa yang tidak dihapal oleh para Sahabat yang lain. Maka kita melihat dan endengar kisah para Sahabat yang sangat bersemangat dalam menuntut ilmu kepada Rasullah yang disaksikan langsung oleh Rasulullah saw, yang dikatakan oleh Rasulullah adalah sebaik-baik generasi, yang tentunya kita sebagai seorang muslim mesti merujuk kepada mereka ra. Kesungguhan dalam menuntut ilmu tidak hanya kita dapati dari kalangan laki-laki sahabat rasulullah saw, bahkan dikalangan para wanita pun, mereka bersungguh-sungguh dalam menuntutilmu. sampai pernah terjadi kecemburuan dikalangan mereka kepada kaum laki-laki. Diriwayatkan oleh At Tirmidzi Said al Khudri: Sebagian wanita datang kepada Rasulullah saw bahwa wahai Rasulullah kami telah dikalangkan oleh kaum laki-laki, maka tolong beri kami 1 hari dari dirimu Rasulullah kami ingin belajar ilmu, kami ingin menuntut Ilmu langsung darimu ya Rasulullah. Rasulullah kemudian memberikan 1 hari untuk memberikan nasihat kepada para sahabiah, memberi mereka ilmu.
Diatara dari nasehat Rasulullah kepada para wanita:
Tidaklah dari kalian para wanita yang telah menghadapkan 3orang anaknya (meninggal) dalam keadaan belum baligh maka anak-anak ini akan menjadi hijab (penghalang) bagi orang tuanya untuk dimasukkan kedalam  neraka. Maka seorang shabiah bertanya kemudian,bagaimana jika 2 ya Rasulullah, maka Rasululah mengatakan, dua juga termasuk yang akan menjadi hijab bagi orang tuanya untuk masuk kedalam neraka.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah ra, 1orang pun termasuk: Allah subhanahu wa ta’ala berfirman : Tidaklah bagi seorang hamba-Ku yang mukmin suatu balasan apabila Aku mengambil apa  saja yang dicintainya, lalu kemudian dia ridha, mengharapkan keridhaan Allah melainkan balasannya adalah syurga.
HAdist yang lebih umum untuk anaknya yang meninggal sebelum baligh. Dari sini terlihat bagaimana semangat mereka untuk berusaha menuntut ilmu yang mana dengan ilmu inilah Allah mengangkat derajat mereka. Ketika kita melihat keadaan mereka apakah mereka orang-orang kaya, apakah mereka yang diberikan diperbanyak oleh Allah subhanahu wa ta’ala harta-harta mereka, bahkan ketika Abu Syufyan Ibn Harf ra ditanya oleh Hiraql yang diriwayatkan oleh Bukhari menjelaskan tentang pengikut-pengkut Rasulullah saw, diantara pertanyaan HIraql Apakah mulia orang-orang yang mengikuti orang yang mengaku Nabi ini?Apakah mereka mempunyai jabatan-jabatan yang tinggi ditempat-tempat mereka?Tidak, bahkan dijawab oleh Abu Sufyan bahkan yang mengikuti Rasulullah saw adalah orang-orang lemah diantara mereka, orang-orang miskin dari kalangan mereka, dan kemudian dikatakan oleh Hiraql dan mereka itulah para pengikut Rasul. Para pengikut RAsul dari setiap zaman.
Yang mengangkat mereka adalah ilmu, maka dari itu ketika berbicara tentang ilmu tidak akan habis karna ilmu Allah sangat luas.
Alangkah indahnya apa yang disebutkan oleh Hadir as kepada nabi Musa as ketika bertemu yang pada saat itu, Nabi Musa igin belajar kepada Nabi Haidir as, padahal Nabi Musa adalah Nabi Bani Israil yang paling afdhol pada saat Allah memberikan teguran kepada Nabi Musa dan menanyakan, siapakah manusia yang paling alim? Maka Nabi Musa menjawab sayalah manusia yang paling alim, maka Allah menegurnya dan mengatakan bahwa dsana ada manusia yang lebih alim dari mu. Maka ketika beliau as mengetahui ada manusia yang lebih alim, maka beliau tidak kemudian muncul rasa sombong dan pun rasa rendah dirinya. Maka kemudian beliau as bertanya kepada Allah untuk bagaimana agar bisa sampai kepadanya. Ketika bertemu dengan Nabi Haidir as, Nabi Musa mengutarakan maksudnya kepada Nabi Haidir bahwa ia datang untuk menuntut ilmu kepada Nabi HAidir, lalu kemudian NAbi Haidir berkata, Ya Musa sesungguhnya Allah mengajarkan kepadaku satu ilmu yang kamu tidak mengetahui ilmunya, dan engkau Musa, Allah mengajarkan kepadamu satu ilmu yang saya tidak tau. Masing-masing kita diberi ilmu oleh Allah subhanahu wata ala. Lalu kemudian terjadilah dialog-dialog diatas perahu. Pada saat itu, ada seekor burung yang mematuk-matuk air diatas lautan. Wahai Musa tidaklah berkurang apabila digabungkan antara ilmuku dan ilmumu dibandingkan dengan ilmu Allah melainkan seperti burung yang mengambil tetesan-tesan air di laut tersebut, itulah ilmu kita, sungguh-sungguh sangat sedikit, mereka tidaklah diberikan ilmu kecuali senagat sedikit sekali dari Allah subhanahuwata’ala
Tentunya disaat kita akan menuntut ilmu, disaat kita mengkhususkan diri untuk mengambil ilmu Rasulullah saw atau ilmu yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw kepada kita dibutuhkan didalamnya ikhlas, karna ilmu merupakan ibadah hati. Yang hanya semata-mata mengharapkan ridha Allah subhanahuwata’ala.
HR Abu DAud dari Abu Hurairah ra: BArangsiapa yang mempelajari suatu ilmu, yang ilmu ini dituntut untuk mendapatkan keridhaan Allah ternyata dia tidak menuntutnya kecuali hanya untuk mendapatkan bagian dari dunia ini, maka dia tidak akan mendapatkan baunya syurga pada hari kiamat, tidak akan mendapatkan kenikmatan syurga.
Imam Syafi’i:
WAhai saudaraku, engkau tidaka akan mendapatkan ilmu kecuali dengn 6 perkara:
Dzaka (Kepintaran)
Harsun (semangat)
Jihad (kesungguhan)
Bulghoh (materi/uang yang memampukan kita)
Imam AsySyaf’i ketika beliau tidak diberikan nafkah oleh ibunya untuk menuntut ilmu, beliau tidak kemudian duduk dan berdiam diri dirumah karna saya tidak punya kitab, saya tidak punya buku tulis untuk menuntut ilmu, tapi beliau kemudian mencari lembaran-lembaran yangmasih memiliki ruang kosong untuk ditulisi.
Apa saja yang kita bisa gunakan untuk menjaga ilmu, kita pakai, untuk menjaga ilmu itu tetap ada dengan mencatat. Hingga wajarlah jika Imam Asy Syafi’I menghafal qur’an ketika berumur 7tahun
Ustadz  guru (pengajar) yang dapat mamahamkan kita terhadap kitab yang kita pelajari.
Zaman (waktu) tidak ada batasan waktu untuk menuntut ilmu. Para ulama tidak membatasi waktu mereka dalam menuntut ilmu. Ulama yang meninggalkan istri dan anaknya hingga anaknya berumur 17 tahun.


Tidak ada komentar: