KATA
PENGANTAR
Pertama tama, kami memanjatkatkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis
berhasil menyusun makalah ini.
Mengingat
besarnya akibat yang ditmbulkan dari ketidak ketepatannya penangan terhadap
suatu kasus persalinan khususnya pada kasus Malposisi dan Malpresentasi, maka
pada makalah ini kami membahas tentang apa itu Malposisi dan Malpresentasi,
bagaimana mendiaknosis dan penanganannya. Itu bertujan untuk mendeteksi dini
kelainan yang terjadi pada ibu hamilagar penangana yang tepat dapat diberikan
jika terjadi kesulitan pada proses persalinan nanti.
Dan kami
sebagai penulis sungguh menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, sehingga para pembaca dapat mengaplikasikanya sebagai wujud pelayanan
kepada masyarakat.
Makassar, 17
oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar .......................................................................................................... i
Daftar isi ........................................................................................................... ii
BAB. I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 .
Tujuan
.................................................................................................... 1
BAB. II. PEMBAHASAN
A.
Defenisi Malposisi dan Malpresentasi ....................................................... 2
B. Konsep dasar kelainan pada Malpresentasi ........................................... 2
1.
Presentasi oksiput posterior
...................................................................... 2
2.
Presentasi puncak kepala
........................................................................... 3
3.
Presentasi dahi
........................................................................................... 5
4.
Presentasi muka
........................................................................................ 7
C. Konsep
dasar kelainan pada Malposisi
................................................... 8
1. Letak
sungsang
......................................................................................... 9
2. Letak
lintang ............................................................................................ 16
D.
Kajian asuhan
......................................................................................... 19
BAB. III. PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................. 28
B. Saran
............................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Gangguan
terhadap jalannya proses persalinan dapat disebabkan oleh berbagai factor,
antara lain dengan adanya kelainan presentasi, posisi dan perkembangan janin
intra uterine. Diagnosa distosia akibat janin bukan hanya disebabkan oleh janin
dengan ukuran yang besar, janin dengan ukuran normal namun dengan kelainan pada
presentasi intra uterin juga tidak jarang menyebabkan gangguan proses
persalinan.
Saat
ini tidak ada metode yang akurat untuk meramalkan secara pasti tentang adanya
Disproporsi Fetopelvik baik secara klinis maupun menggunakan alat radiologis
oleh sebab itu tenaga kesehatan sangat perlu mengetahui bagaimana mendeteksi
secara dini penyulit- penyulit yang akan terjadi pada ibu hamil, ibu bersalin,
dan janin. Terutama kasus malposisi dan
malpesentasi, agar tenaga kesehatan khususnya tenaga bidan dapat melakukan
penanganan yang tepat.
B.
Tujuan
a. Tujuan
Umum
Untuk menambah
pengetahuan tentang apa itu Malposisi dan Malpresentasi.
b. Tujuan
Khusus
Tujuan khusus
penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk
mengetahui apa itu Malposisi dan Malpresentasi.
2. Untuk
mengetahui Jenis Malposisi dan Malpresentasi.
3. Untuk
mengetahui: Etiologi, Patofisiologi, Diagnosis, dan Penanganan dari Malposisi
dan Malpresentasi.
4. Kajian
Asuhan.
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. DEFENISI
Pengertian Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain
vertex,sedangkan Malposisi adalah kepala janin relative terhadap pelvix dengan
oksiput sebagai titik referensi,masalah: janin yang dalam keadaan malpresntasi dan
malposisi kemungkinan menyebabkan partus lama atau partus macet.
B. KONSEP
DASAR KELAINAN DASAR PADA MALPRESENTASI
1. Presentasi Oksifut Posterior
Pada letak belakang kepala biasanya ubun- ubun
kecil akan memutar ke depan dengan sendirinya dan janin lahir secara
spontan. Kadang -kadamg UUK tidak
berputar kedepan tetapi tetap
berada di belakang, yang disebut POSITIO
OCIPUT POSTERIOR. Dalam
mengahadapi persalinan d imana UUK terdapat di belakang kita harus sabar, sebab rotasi kedepan kadang-kadang baru terjadi di dasar
panggul.
a)
Etiologi
a.
Sering dijumpai pada
panggul andropoid, endroid
dan kesempitan midpelvis.
b. Letak
c.
punggung janin
dorsoposterior
d. Putar paksi salah satu tidak
berlangsung pada :
e.
Perut gantung
f.
Janin kecil atau janin mati
g. Arkus pubis sangat luas
h. Dolichocephali
i.
Panggul sempit
b)
Patofisiologi
Kelahiran janin dengan ubun- ubun kecil dibelakang menyebabkan regangan yang besar pada vagina dan perineum, hal ini disebabkan
karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal tidak dapat menambah
fleksinya lagi. Selain itu seringkali fleksi kepala tidak
dapat maksimal, sehingga kepala lahir melalui pintu bawah panggul dengan
sirkumferensia frontooksipitalis yang lebih besar dibandingkan dengan
sirkumferensia suboksipito bregmatika. Oleh sebab itu persalinan pada
umumnya berlangsung lama, yang mengakibatkan kerusakan jalan
lahir lebih besar,
dan kematian perinatal lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan
di mana ubun- ubun kecil berada di depan.
c)
Diagnosis
a.
Pemeriksaan abdomen
Bagian bawah perut mendatar, ekstremitas janin teraba
anterior.
b. Auskultasi
DJJ terdengar di samping
c.
Pemeriksaan vagina
Fontanella posterior dekat sakrum, fontanella anterior
dengan mudah teraba jika kepala dalamkeadaan defleks.
d)
Penanganan
Dalam
menghadapi persalinan dengan ubun- ubun
kecil di belakang sebaiknya dilakukan pengawasan persalinan yang saksama
dengan harapan terjadinya persalinan spontan. Tindakan untuk mempercepat
persalinan dilakukan apabila kala II terlalu lama, atau adanya tanda- tanda bahaya terhadap janin.
Tindakan yang dilakukan yaitu : ekstraksi cunam atau ektraksi vakum.
2.
Presentasi
puncak kepala
Presentasi
puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian terendah,
hal ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan.
Presentasi puncak kepala
adalah presentasi kepala dengan defleksi/ekstensi minimal dengan sinsiput
merupakan bagian terendah.
Presentasi puncak kepala adalah
bagian terbawah janin yaitu puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang
paling rendah, dan UUB sudah berputar ke depan (Muchtar, 2002).
a) Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh
persalinan. Letak defleksi ringan dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan
Patologi (2002) biasanya disebabkan:
a. Kelainan panggul (panggul picak)
b. Kepala bentuknya bundar
c. Anak kecil atau mati
d. Kerusakan dasar panggul
Sedangkan
sebab lainnya yaitu :
Penyebabnya
keadaan – keadaan yang memaksa terjadi defleksi kepala atau keadaan yang
menghalangi terjadinya fleksi kepala.
a. Sering ditemukan pada janin besar
atau panggul sempit.
b. Multiparitas, perut gantung
c. Anensefalus, tumor leher bagian
depan.
b)
Patofisiologi
Pada kehamilan normal, kepala janin
pada waktu melewati jalan lahir berada dalam keadaan fleksi tetapi pada kasus ini
fleksi tidak terjadi sehingga kepala dalam keadaan defleksi, jadi yang melewati
jalan lahir adalah sirkumferensia frontooksipitalisdengan titik perputaran yang
berada di bawah simfisis ialah glabella (Sarwono,2005).
Dengan posisi seperti itu mengakibatkan terjadinya partus
lama dan robekan jalan lahir yang lebih luas selain itu karena partus lama dan
moulage yang hebat maka mortalitas perinatal agak tinggi (9%) (Moctar,2002).
c) Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan
berputar ke depan atau sesudah anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Diagnosis kedudukan : Presentasi puncak kepala
a. Pemeriksaan abdominal
(1)Sumbu panjang janin sejajar
dengan sumbu panjang ibu
(2)Di atas panggul teraba kepala
(3)Punggung terdapat pada satu sisi,
bagian-bagian kecil terdapat pada
sisi yang berlawanan
(4)Di fundus uteri teraba bokong
Oleh
karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka tidak teraba dengan jelas adanya
tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun sisi lainnya.
b.
Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar
paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung
janin
c. Pemeriksaan vaginal
1)
Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa
panggul,
2)
Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba dan
dikenal.
Keduanya sama tinggi dalam panggul.
3)
Pemeriksaan sinar- X
4)
Pemeriksaan radiologis Presentasi Puncak Kepala membantu
dalam
menegakkan
diagnosis kedudukan dan menilai panggul.
d. Penanganan
1)
Dapat ditunggu kelahiran spontan
2)
Episiotomi
3)
Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi
sudah didasar
panggul, maka dilakukan ekstraksi
forcep. Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.
Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir di
dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002).
3.
Presentasi dahi
Persentase dahi adalah keadaan dimana kedudukan kepala
berada diantara fleksi maksimal,sehingga dahi merupakan bagian terendah. Pada
umumnya presentasi dahi ini hanya bersifat sementara, dan sebagian besar akan
berubah menjadi presentasi muka atau belakang kepala.
a.
Etiologi
Sebab
terjadinya presentasi dahi pada dasarnya sama dengan sebab terjadinya presentasi
muka yaitu:
1) Panggul
sempit
2) Janin
besar
3) Multiparitas
4) Kelainan
janin (anansefalus)
b.
Patofisiologi
Karena
kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia
maksilloparietalis (35cm) yang lebih besar daripada lingkar pintu atas panggul
maka janin dengan berat dan besar normal tidak bisa lahir secara pervaginam
kecuali janin yang kecil masih mungkin lahir spontan. Hal itu bisa
mengakibatkan persalinan lama, robekan jalan lahir yang lebih luas dan kematian
perinatal.
c. Diagnosis
1) Pemeriksaan
abdomen
Dada
janin akan teraba seperti punggung, dan bagian kepala menonjol diarah yang
berlawanan.
2)
Auskultasi
DJJ
terdengar jelas di salah satu sisi abdomen ibu
3)
Pemeriksaan vagina
Akan
teraba sutura frontalis, yang bila diikuti, pada ujung yang satu diraba ubun-
ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan lingkaran orbita.
d.
Penanganan
Presentasi dahi dengan ukuran panggul dan
janin yang normal, tidak akan dapat lahir spontan per vaginam, sehingga harus
dilahirkan dengan seksio sesarea. Pada janin yang kecil dan panggul yang luas
pada garis besarnya sikap dalam mengahadapi persalinan presentasi dahi sama
dengan sikap dalam menghadapi presentasi muka.Bila persalinan menunjukkan
kemajuan, tidak perlu dilakukakn tindakan. Demikian pula bila harapanpresentasi
dahi dapat berubah menjadi presentasi belakang kepala atau presentasi muka.Jika
pada akhir kala I kepala belum masuk kedalam kedalam rongga panggul, dapat
diusahakan mengubah presentasi dengan parasat thorn, tetapi jika tidak
berhasil, sebaiknya dilakukan SC. Meskipun kepala sudah masuk ke rongga
panggul, tetapi bila kala II tidak mengalami kemajuan sebaiknya dilakukan SC.
Penanganan lain yaitu : jika janin mati
dan pembukaan lengkap dilakukan kraniotomi.
4.Presentasi
muka
Letak muka adalalah letak kepala dengan defleksi maksimal, hingga
occiput mengenai punggung dan muka terarah kebawah. Presentasi muka dikatakan
primer apabila sudah terjadi sejak masa kehamilan, dan dikatakan sekunder bila
baru terjadi pada waktu persalinan.
a. Etiologi
Pada umumnya penyebab terjadinya
presentasi muka adalah keadaan- keadaan yang memaksa terjadinya defleksi kepala
atau keadaan-keadaan yang menghalangi terjadinya defleksi kepala. Yaitu karena:
1)
Panggul sempit
2)
Janin besar
3)
Multiparitas
4)
Perut gantung
5)
Kelainan janin
(anensefalus)
6)
Lilitan tali pusa.
b.
Patofisiologi
Pada
umumnya persalinan pada presentasi muka berlangsung tanpa kesulitan. Hal ini
dapat dijelaskan karena kepala masuk ke dalam panggul dengan sirkumferensia
trakeloparietal yang sedikit lebih besar dari pada sirkumferensia
suboksipitobregmatika. Tetapi kesulitan dapat terjadi karena adanya kesempitan panggul dan janin besar
yang merupakan penyebab terjadinya presentasi muka karena kepala menagalami
defleksi.
c. Diagnosis
1) Pemeriksaan
abdomen
Sama
pada presentasi dahi yaitu ketika dipalpasi akan teraba dada yang seperti
punggung, bagian kepala yang menonjol yang berada di sebelah berlawanan dengan
letak dada.
2) Auskultasi
3) DJJ
terdengar jelas di bagian sisi abdomen ibu
Pemeriksaan
vagina
Akan
teraba dagu, mulut, hidung dan pinggir orbita.
d. Penanganan
Pada
persalinan dengan presentasi muka harus dilakukan pemeriksaan yang teliti untuk
menentukan adanya disproporsi sefalopelvik dan apabila ada harus dilakukan
seksio sesarea. Dan indikasi lain dilakukannya Sc yaitu posisi mento posterior
persistens dan sulitnya kepala turun dalam rongga panggul (CPD). Dan apabila
pembukaan belum lengkap, dan tidak ada tanda- tanda CPD, dilakukan drip
oksitosin dan lakukan persalinan sama dengan persalinan vertex.
Dalam
keadaan tertentu dapat dicoba untuk mengubah presentasi muka menjadi presentasi
belakang kepala dengan cara perasat Thorn. Dan syarat yang harus dipenuhi
yaitu:
1) Dagu
harus berada dibelakang, sebab bila dagu berada di depan akan
terjadi
presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil dibelakang yang
tidak
lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan presentasi muka
dengan
dagu di depan.
2) Kepala
belum turun ke dalam rongga panggul dan masih mudah didorong ke
atas.
C. KONSEP
DASAR KELAINAN PADA MALPOSISI
1) Letak sungsang
a) Defenisi
dan kiteria
Letak sungsang adalah letak memanjang
dengan bokong sebagai bagian
yang
terendah (persentasi bokong ) di bagi menjadi:
Letak bokong murni
(franch breech) : bokong yang menjadi bagian depan ,kedua tungkai lurus keatas
Letak bokong kaki
(complete breech) : di samping bokong teraba kaki,biasa disebut letak bokong
kaki sempurna jika di samping bokong teraba kedua kaki atau tidak sempurna jika
di samping bokong teraba satu kaki
Letak bokong tak sempurna:
teraba bokong dan disamping bokong teraba kaki.
Letak kaki ( incomplete
brech presentation ) : bila bagian terendah teraba salah satu dan kedua kaki
atau lutut. Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah, letak lutut bila
lutut yang terendah.
a)
Etilogi
1)
Sudut ibu
Keadaan rahim
Rahim arkuatus
Septum pada
rahim
Uterus dupleks
Mioma bersama
kehamilan.
2) Keadaan
plasenta
Plasenta letak
rendah
Plasenta previa
3) Keadaan jalan
lahir
Kesempitan
panggul
Deformitas
tulang panggul
Terdapat tumor menghalangi
jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala.
4) Sudut janin
Tali pusat
pendek atau lilitan tali pusat
Hidrosefalus
atau anensefalus
Kehamilan
kembar
Hidramnion atau
oligohidramnion
Prematuritas
b) Patofisiologi
1) Bayi
letak sungsang disebabkan :
Hidramnion : anak mudah bergerak karena
mobilisasi
2) Plasenta
Previda : Menghalangi kepala turun
ke panggul
3) Panggul
Sempit : Kepala susah menyesuaikan
ke jalan lahir
c)
Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosa maka yang harus dilakukan oleh seorang bidan
adalah dengan melakukan:
1)
Anamnesis
Pergerakan anak teraba oleh ibu di bagian
perut bawah, ibu sering merasa ada benda keras(kepala) yang mendesak tulang dan
rasa nyeri pada daerah iga karena kepala janin.
2)
Palpasi
Teraba bagian keras , bundar, melenting
pada fundus. Punggung dapat diraba pada salah satu sisi perut , bagian kecil,
pada sisi yang berlawanan,jelas pada tempat diatas simpisis teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
3)
Auskultasi : Denyut
jantung janin(DJJ) sepusat atau DJJ ditemukan paling jelas pada tempat yang
lebih tinggi( sejajar atau lebih tinggih dari pusat).
4)
Vagina toucher : Terbagi 3 tonjolan tulang yaitu kedua tubera ossis ischii dan
ujung os sacrum , anus, genetalia anak jikan oedema tidaknterlalu besar dapat diraba.
d)
Konsep penatalaksanaan letak sungsang
Pertolongan persalinan letak
sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan,
cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Menghadapi kehamilan letak sungsang
dapat diambil tindakan:
1)
Saat kehamilan
melakukan versi luar.
2)
Persalinan diselesaikan
dengan:
· Pertolongan
persalinann pervaginam
a) Pertolongan
fisiologis secara Brach
b) Ekstraksi
pasial
a. Secara
Klasik
b. Secara
Muller
c. Secara
Loevset
c)
Persalinan kepala
a. Secara
Mauriceuw veit Smellie
b.
Mempergunakan ekstraksi forsep
d)
Ekstraksi bokong murni
a. Ekstraksi
bokong
b. Ekstraksi
kaki
· Pertolongan
persalinan dengan seksio sesarea
a) Saat
kehamilan
Diusahakan
melakukan persi luar kearah letak kepala. Versi luar (ekternal versi) dialkukan
pula pada kasus letak lintang yang menuju letak kepala atau letak bokong.
b) Pertolongan
persalinan sungsang pervaginam
Pertolongan persalinan letak
sungsang pervaginam yang tidak sempat atau tidak berhasil dilakukan versi luar
adalah:
1) Persalinan
menurut metode Brach
Persalinan
brach berhasil bila berlangsung dalam satu kali his dan mengejang,sedangkan
penolong membantu melakukan hiperlordose yaitu dengan cara:
a. saat
bokong tampak disuntikan oksitosin 5 unit
b. setelah
bokong lahir, bokong dipengang secara Brach
kedua ibu jari pada paha bayi, dan keempat jari kedua
tangan lainnya memegang bokong bayi).
c.
Dilakukan hiperlordose dengan melengkungkan bokong
kearah
perut ibu
d. Seorang membantu
melakukan tekanan Kristeller pada
fundus uteri,saat his dan mengejang
e. Lahir berturut-
turut dagu, mulut, hidung, muka, dan kepa bayi
f. Bayi diletakakan
diperut ibu untuk pertolongan tali pusat dan selanjutnya
dirawat sebagai mana mestinya.
Jika persalinan dengan satu kali his dan
mengejang tidak berhasil, maka pertolongan brach dianggap gagal, dan
dilanjutkan dengan ekstraksi (manual aid).
2) Ektraksi
bokong parsial
Persalinan
dengan ekstraksi bokong parsial dimaksudkan bahwa:
a. Persalinan
bokong sampai umbilicus berlangsung denga kekuatan
Sendiri
b. Terjadi
kemacetan persalinan badan dan kepala
c. Dilakukan
persalinan bantuan dengan jalan: secara klasik, secara muller, dan louset.
1) Pertolongan
ekstraksi bokong secara klasik
ΓΌ Tangan
memegang bokong dengan telunjut pada spina ishiadica
anterior posterior.
ΓΌ Tarik
cunam kebawah sampai ujung scapula tampak.
ΓΌ Badan
anak dipegang sehingga perut anak didekatkan keperut
ibu, dengan demikian kedudukan bahu
belakang menjadi rendah.
ΓΌ Tangan
lainnya (analog) menelusuri bahu belakang sampai
mencapai persendian siku.
ΓΌ Tangan
belakang dilahirkan, dengan mendorong persendian siku
menelusuri tangan bayi.
ΓΌ Selanjutnya
tangan bayi dipegang sedemikian rupa, sehingga
punggung anak mendekati panggul ibu.
ΓΌ Tangan
lainnya menelusuri bahu depan, menuju persendian
siku, selanjutnya lengan atas dilahirkan
dengan dorongan pada
persendian siku.
ΓΌ Persalinan
kepala dilakukan sebagai berikut:
Badan bayi seluruhnya ditunggakakan pada tangan kiri.Jari
tengah dimasukkan ke dalam mulut bayi, untuk mempertahankan situasi fleksi.Dua
jari lainya menekan pada os maksilaris, untuk membantu fleksi kepala.Tangan
kanan memegang leher bayi, menarik curam ke bawah sehingga suboksiput berada
dibawah simpisis sebagai hipomoklion.Kepala bayi dilahirkan dengan melakukan
tarikan tangan kanan, sambil melakukanputaran ke arah perut ibu.Berturut- turut
lahirlah dagu, mulut,muka,dahi dan kepala seluruhnya.Setelah bayi lahir
diletakkan diatas perut ibu, tali pusat dipotong, lender dibersihkan, dan
selanjutnya dirawat sebagimana mestinya.
2) Persalinan
ektraksi bokong persial menurut Mueller
Persalinan
ektraksi bokong parsial menurut Mueller tidak banyak mempunyai perbedaan dengan
secara “klasik”. Perbedaannya terletak pada persalinan lengan depan dilakukan
terlebih dahulu denganjalan:
ΓΌ punggung
bayi dedakatkan kepunggung ibu, sehingga scapula tampak.
ΓΌ tangan
lain menelusuri bahu depqn menuju lengan atas, sampai persendian siku untuk
melahirkan lengan atas.
ΓΌ perut
bayi didekatakan ke perut ibu, tangan lain menelusuri bahu belakang, sampai
persendian siku, dan selanjutnya lengan belakang dilahirkan.
ΓΌ persalinan
kepala dilakukan menurut teknik Mauriceau.
ΓΌ setelah
bayi lahir tali pusat dipotongdan dibersihkan untuk dirawat sebagai mana
mestinya.
3)
Pertolongan persalinan
bahu menurut Loevset
Konsep
teknik loevset untuk melahirkan bahu berdasarkan:
ΓΌ perbedaan
panjang jalan lahir depan dan belakang.
ΓΌ bahu
depan yang berada dibawah simpisis bila diputar menjadi bahu belakang
kedudukannya menjadi lebih rendah sehingga otomatis terjadi persalinan.
ΓΌ bahu
belakang setelah putaran 90o menjadi bahu depan, kedudukannya
menjadi lebih rendah sehinnga otomatis terjadi persalinan.
ΓΌ pada
waktu melakukan putaran disertai tarikan sehingga dengan putaran tersebut kedua
bahu dapat dilahirkan.
ΓΌ persalinan
kepala dapat dilakukan dengan teknik Mauriceau.
4)
Pertolongan persalinan
kepala
a)
Pertolongan persalinan
kepala menurut Mauriceau-veit Smellie.
Jika terjadi kegagalan persalinan kepala
dapat dilakukan pertolongan denga cara Mauriceu ( Veit Smellie)
1) Badan
bayi ditunggangkan pada tangan kiri.
2) Tali
pusat dilonggarkan.
3)
Jari tengah dimasukkan
ke dalam mulut bayi, dua lain diletakkan pada tulang pipi serta menekan kearah
badan bayi sehingga fleksi kepala dapat dipertahankan.
4)
Tangan kanan memegang
leher bayi, menarik curam ke bawah sampai suboksifut sebagai hipomoklion,
kepala bayi diputar ke atas sehingga berturut- turut lahir dagu, mulut, hidung,
mata, dahi, kepala bayi dan seluruhnya.
5)
Persalinan kepala
dengan ekstraksi forsep.
a)
Kegagalan persalinan
kepala dengan teknik Maureceau Viet Smellie dapat diteruskan denga ekstraksi
forsep: Seluruh badab bayi dibungkus dengan duk steril diangkat ke atas
sehingga kepala bayi mudah dilihat untuk aplikasi forsep.
b)
Daun forsep kiri
dipasang terlebih dahulu, diikuti daun forsep kanan, dilakukan penguncian
forsep.
c)
Badan bayi
ditunggangkan pada gagang forsep.
d)
Dilakukan tarikan curam
ke bawah sehingga suboksiput berada dibawah simfisis, dilakukan tarikan ke atas
sehingga berturut- turut lahir dagu, mulut, dan hidung.
e)
Mata dan dahi diikuti seluruh kepala bayi.
f)
Bayi diletakkan di atas perut ibu, untuk
memotong tali pusat.
g)
Lender dibersihkan dari jalan napas.
h)
Selanjutnya dilakukan
perawatan sebagaimana mestinnya.
6) Ektraksi bokong total.
Ektraksi bokong total bila proses
persalinan letak sungsang seluruhnya dilakukan dengan kekuatan dari penolong
sendiri. Bentuk pertolongan ekstraksi bokong total menjadi ektraksi bokong dan
ektraksi kaki ( satu kaki, dua kaki)
a) Ektraksi
bokong
Ektraksi
bokong dilakukan sebagai berikut:
1)
Jari telunjuk tangan
kanan dimasukkan agar dapat mencapai pelipatan paha depan.
2)
Dengan mengait pada
spina ishiadica anterior superior dilakukan dengan tarikan curam ke bawah
sehingga trichanter depan dapat dilahirkan.
3)
Setalah stochanter
depan lahir dilakukan tarikan ke atas sehingga trokhanter belakang mencapai
perineum.
4)
Setelah trokhanter
belakang mencapi perineum telunjuk tangan kiri diamsukkan ke lipatan paha,dan
mencapai spina ishiadica anterior superior kebelakang.
5)
Dengan kedua telunjuk
dilakukan persalinan seperti metode secar klasik, kombinasi dengan tindakan
loevset.
6)
Persalinan kepala
dilakukan menurut Maurceau V.Smellie
7)
Setelah bayi lahir
dilakukan perawatan sebaimana mestinya.
Ekstraksi kaki.
Ekstraksi
kaki lebih muda diabndingkan dengan ekstraksi bokong. Oleh karena itu, bila
diperkirakan, akan melakukan ekstraksi bokong diubah menjadi letak kaki.
Menurunkan kaki berdasarkan profilaksis pinard,yaitu pembukaan sedikitnya 7 cm,
ketuban telah pecah atau dipecahkan., dan diturunkan kaki ke depan. Bila
terdapat indikasi dilakukan ekstraksi, kaki dengan seluruh kekuatan berasal
dari penolong persalinan. Teknik lainnya sama dengan ektraksi bokong.
2). Letak Lintang
a)
Definisi dan Kriteria
Letak
lintang adalah sumbuh memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara
tegak lurus mendekati 90o. jika sudut yang dibentuk kedua sumbuh ini
tajam disebut Obligue lie, terdiri
dari :deviated head presentation (
letak kepala mengolak) dan deviated
breech presentation (
letak bokong mengolak).
Menurut
letak kepala: letal lintang I (kepala kiri)dan letak lintang II (kepala kanan),
menurut posisi punggung: dorso anterior, posterior, superior, dorso inferior.
b) Etiologi
1) Sudut
ibu
(a) Multiparitas
(b)
CPD
(c) Tumor di dasar
panggul
(d) Kelainan rahim
(uterus arkuatus atau uterus subseptus)
2) Sudut
janin
(a)
Prematuritas
(b)
Hidroamnion
(c)
Gemeli
(d)
Plasenta previa
(d)
Kelainan janin (hidrosepalus, ansefalus)
c)
Patofisiologi
Meskipun
letak lintang dapat diubah menjadi presentasi kepala, tetapi kelainan –
kelainan yang menyebabkan letak lintang, seperti misalnya panggul sempit, tumor
panggul dan plasenta previa masih tetap dapat menimbulkan kesulitan pada
persalinan. Persalinan letak lintang memberikan prognosis yang jelek, baik
terhadap ibu maupun janinnya.
♦
Bagi ibu
Bahaya
yang mengancam adalah ruptura uteri, baik spontan, atau sewaktu versi dan
ekstraksi. Partus lama, ketuban pecah dini, dengan demikian mudah terjadi
infeksi intrapartum.
♦
Bagi janin
Angka kematian tinggi (25 – 49 %), yang dapat disebabkan
oleh :
(1) Prolasus funiculi
(2) Trauma partus
(3) Hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus
(4) Ketuban pecah dini
d) Diagnosis
1) Dengan
inspeksi: uterus tampak lebih lebar dan fundus uteri lebih rendah tidak sesuai
dengan umur kehamilan.
2) Dengan
palpasi: fundus uteri kosong, kepala janin berada di samping dan di atas
simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun ke dalam panggul.
3) Dengan
djj: djj janin ditemukan disekitar
umbilicus.
4) Dengan
pemeriksaan dalam: bila bahu sudah masuk ke dalam panggul maka, akan diraba
bahu dan tulang-tulang iga. Terkadang teraba ketiak, punggung dapat ditentukan
dengan terabanya scapula dan ruas tulang belakang, dada dengan terabanya
klavikula, tali pusat yang menumbung.
e) Penanganan
1) Pada kehamilan
a. Pada primigravida umur kehamilan
kurang dari 28 minggu
dianjurkan
posisi lutut dada, jika lebih dari 28 minggu dilakukan
versi luar, kalau
gagal dianjurkan posisi lutut dada sampai
persalinan.
b. Pada multigravida umur kehamilan
kurang dari 32 minggu posisi
lutut dada, jika lebih dari 32 minggu
dilakukan versi luar, kalau
gagal
posisi lutut dada sampai persalinan.
2) Pada persalinan
Pada letak lintang belum kasep,
ketuban masih ada, dan pembukaan kurang dari 4 cm, dicoba versi luar. Jika
pembukaan lebih dari 4 cm pada primigravida dengan janin hidup dilakukan sectio
caesaria, jika janin mati, tunggu pembukaan lengkap, kemudian dilakukan
embriotomi. Pada multigravida dengan janin hidup dan riwayat obstetri baik
dilakukan versi ekstraksi, jika riwayat obsterti jelek dilakukan SC.
Usahakan jadi letak membujur (kepala
atau bokong) dengan melakukan versi luar pada primi dengan usia kehamilan 34-38
minggu, atau multi pada kehamilan 36-38 minggu.
Dalam persalinan janin dapat
dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan:
Versi dan ekstraksi
Embriotomi
(dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal
Syarat versi:
1.Diameter pembukaan <4 cm
2.Ketuban belum pecah
3.Anak hidup
4.Dapat lahir pervaginam
5.Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Syarat versi:
1.Diameter pembukaan <4 cm
2.Ketuban belum pecah
3.Anak hidup
4.Dapat lahir pervaginam
5.Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Kontra indikasi versi:
1.Syarat tidak terpenuhi
2.Keadaan yang membahayakan ibu dan
anak : plasenta
previa/solution plasenta hipertensi
/preeklamsia cacat rahim
3.Gemeli
4.Tanda ruptura uteri imminens
5.Primi tua.
D. KAJIAN ASUHAN
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN PADA NY”E”
GESTASI
38- 40 MINGGU DENGAN LETAK SUNGSANG
DIPUSKESMAS
PLUS BARA-BARAYA
MAKASSAR
Tgl.masuk :
07- 07- 2012, jam 07.50 wita
Tgl. Pemgkajian : 07- 07- 2012, jam 07.50 wita
Identitas istri/ suami:
Nama :
Ny.E/ Tn. I
Umur : 37 tahun/ 38 tahun
Nikah :
± 19 tahun
Suku :
Makassar/ Makassar
Agama :
Islam/ Islam
Pendidikan : SMA/ SMA
Pekerjaan : IRT/ Swasta
Alamat :
jl.vetarani
Kala II:
Pukul: 08.00 wita
Subjektif:
- Ibu mengatakan
ini hamil anak ke-4
dan tidak pernah keguguran
- Ibu mengatakan
menstruasi terakhir tanggal 01-
10- 2011
-
Ibu mengatakan hamil 9
bulan
- Ibu mengatakan
kehamilan ini terasa berbeda dengan kehamilan yang
ketiga
- Ibu mengatakan
sering merasa sesak
- Ibu merasakan
pergerakan janinnya kuat dan tidak merasa nyeri
saat bergerak
- Ibu mengatakan
perutnya merasa mules, nyeri pinggang menjalar ke
perut
bagian
bawah
dan keluar lendir bercampur darah dari
kemaluannya sejak 02.00 Wita.
-
Ibu mengatakan anak ketiga lahir normal, ditolong bidan JK ♀, BB 2600 gram
- Ibu mengatakan tidak pernah
menderita penyakit DM, jantung, hipertensi dan asma.
- Ibu mengatakan dalam keluarga
tidak ada yang menderita DM, jantung, hipertensi,
asma dan
tidak ada keturunan kembar
Objektif:
Pemeriksaan Umum
KU :Baik
Kesadaran :Composmentis
TD :120/80 mmHg
P :20x/menit
N :80 x/ menit
Lila : 24 cm
BB : 56 Kg
TB : 158 cm
Suhu : 36,50C
TP : 08-07-2012
UH : 40 minggu
Pemeriksaan
Fisik :
Muka : Bersih, warna tidak pucat,
cloasmagravidarum ada, oedema tidak ada,
kelainan
tidak ada.
Mata :
Simetris, bersih, conjungtiva anemis, sklera ikterik, reaksi pupil
(+),
kelainan tidak ada.
Payudara
: Simetris, bersih, papila mamae
menonjol, areola mamae
hyperpigmentasi, nodule axilla tidak ada, colostrum ada,kelainan tidak
ada.
Abdomen : Bersih, bekas operasi tidak ada, pembesaran sesuai dengan UH, linea
alba dan striae gravidarum ada, kelainan tidak ada
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px (33 cm), pada fundus teraba bulat,
keras dan
melenting.
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba panjang, datar dan ada tahanan
seperti
papan. Bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil-kecil janin.
Leopold III : Bagian terendah perut ibu tidak teraba bundar, lunak dan tidak
melenting.
Leopold IV : Divergen
Auskultasi
DJJ : (+)
PM :
3 jari diatas pusat sebelah kanan perut ibu
Sifat :
Kuat dan teratur
Frekuensi : 120x/ menit
TBJ :
32 X 91= 2912 gram
His :
4x dalam 10 menit lamanya 40 detik,
Genitalia :
Varises dan oedema tidak ada, pengeluaran lendir bercampur darah
ada, flour albus tidak ada, kelainan tidak ada.
PD :
Jam 08.00 Wita
Portio tidak teraba lagi, pendataran servik 100%, pembukaan
10cm, ketuban (presentasi bokong, penurunan di hodge IV.
Ekstremitas :
Atas : Simetris, bersih,
oedema tidak ada, ujung jari kuku tidak pucat,kelainan tidak
ada
Bawah : Simetris, bersih, varises
dan oedema tidak ada, ujung jari kukutidak pucat,
kelainan tidak ada.
Asesmen (
A).
Ny.E,
umur 37 tahun G1VP3Ao dengan usia kehamilan 40 minggu,
janin tunggal, hidup, intra uteri, presentasi bokong, keadaan jalan lahir baik,
KU ibu dan janin baik dengan inpartu kala II.
Masalah :
Kelainan letak
Kebutuhan :
Support mental, atur posisi dan pemenuhan nutrisi
Masalah
Potensial : 1. Ibu : Perdarahaan
2. Janin :
After Coming head, Asfiksia
Tindakan
segera : Pertolongan persalinan sungsang
Planning:
1.
Menjelaskan pada ibu bahwa dia akan segera melahirkan
2. Mengatur posisi ibu dalam posisi litotomi dan
bokong ibu berada di ujung tempat
tidur.
3.
Menganjurkan kepada keluarga untuk mendampingi ibu agar member support
mental
pada ibu.
4.
Mendekatkan alat- alat partus set dan cunam dan pasang alas bokong.
5.
Melakukan pertolongan persalinan sungsang yaitu melahirkan bayi dengan cara Setelah
bokong membuka vulva suntikan oksitosin 2-5 unit IM, segera setelah bokong
lahir bokong dicekam secara bracht dengan ibu jari berada di sepanjang paha dan
ke empat jari berada di krista iliaka, setelah adanya his ibu dipimpin
mengedan, setelah TP lahir regangkan. Setelah angulus scapula inferior berada
di bawah simpisis suruh asisten melakukan ekspresi kristeller, ikuti gaya berat
janin sehingga punggung janin mendekati perut ibu. Lakukan hiperlordosis
sehingga lahirlah berturut- turut mulai dagu, mulut, hidung, mata dan lahirlah
kepala secara keseluruhan.
Sedangkan
dengan melahirkan secara klasik yaitu mengeluarkan bahu belakang terlebih
dahulu yaitu pergelangan kaki dipengang dengan tangan kanan kemudian tangan
kiri menelusuri skapula,humerus, fosa cubiti, tangan menjadi bidai seolah-olah
bayi mengusapmuka, maka lahirlah bahu belakang dan untuk melahirkan bahu depan
pegang pergelangan kaki janin dengan tangan kiri kemudian curamkebawah dan
tangan kanan menelusuri skapula, humerus, fosa cubiti,tangan menjadi bidai
seolah-olah bayi mengusap muka, sehingga lahirlah kedua bahu atau punggung
bayi.
Sedangkan
cara Muller mengeluarkan bahu depan, pegang secara femero pelvik tarik curam
kebawah kaitkan tangan kita untuk melahirkan bahu depan, elevasikan keatas maka
lahir juga bahu belakang.
Cara
Lovset dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala
setelah bokong dan kaki lahir bayi dengan kedua tangan memutar bayi 180 derajat
dengan lengan bayi yang terjungkit kearah penunjuk jaritangan yang nuchal dan
memutar kembali 180 derajat kearah yang berlawanan kearah kiri/kanan beberapa
kali hingga kedua bahu dan lengan lahir.
Mouricceu
yaitu melahirkan kepala. Janin seperti menunggang kuda, jari tengah masuk
kedalam mulut bayi dan jari manis dan telunjuk berada dimaksila, sedangkan
tangan kiri berada di tengkuk, tarik curam kebawah setelah suboksiput berada di
bawah simpisis lakukan hiperlordosis. Lahirlah kepala secara keseluruhan.
Ekstraksi
kaki dilakukan apabila kala II tidak maju atau terjadi gawat pada ibu dan
mengharuskan bayi segera dilahirkan, caranya tangan kiri membuka. vulva dan
tangan kanan masuk secara obstetric menelusuri bokong pangkal paha sampai lutut
kemudian melakukan abduksi, fleksi dan menuntut kaki bayi hingga keluar vagina
sampai lutut, kedua tangan penolong memegang betis sejajar sumbu panjang paha
dan jari lain di depan betis, kaki curam kebawah sampai pangkal paha lahir,
pegangan kita pindahkan setinggi mungkin lalu curam kebawah sampai trokanter
lahir, setelah trokanter lahir untuk melahirkan trokanter belakang, kita
elevasikan keatas apa bila trokanter lahir maka bokong lahir dan untuk
melahirkan punggung kita lakukan dengan cara klasik atau muller.
Sedangkan
ekstraksi bokong yaitu dengan cara jari telunjuk penolong yang searah bagian
kecil janin dimasukkan kedalam jalan lahir 2 jari kemudian diletakkan di paha
bagian depan dengan jari ini lipat paha atau krista illiaka dikait dan ditarik
curam kebawah.
Untuk memperkuat tenaga tarikan ini
maka tangan lain penolong mencekam pergelangan tadi dan turut menarikcuram
kebawah, bila dengan tarikan trokhantor depan mulai tampakdibawah simfisis,
maka jari telunjuk penolong lain mengkait lipatan paha ditarik curam kebawah
sampai bokong lahir, setelah bokong lahir bayi dilahirkan secara klasik atau
Muller dan untuk mengeluarkan kepala dengan Marriceau, jika Marriceau kepala
tidak dapat lahir, maka kita lakukandengan cara cunam piper yaitu dengan cara
tangan dan badan bayidibungkus kain steril, diangkat keatas, cunam piper
dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik curam kebawah dan
keatas, maka lahirlah bayi seluruhnya pukul 08.30 Wib. Nilai dan keringkan
bayi. Lalu selimuti. Melakukan palpasi, untuk mengetahui apakah ada bayi ke-2/
tidak, jikatidak ada suntikkan oksitosin kemudian lakukan pemotongan dan
pengikatan tali pusat.
Lakukan Inisiasi Menyusui Dini atau
skint to skint kepada ibunya.
Kala III: Pukul: 08.45Wita
Subjektif:
-
Ibu mengatakan lega dan gembira karena ia dan bayinya
selamat.
-
Ibu mengatakan masih merasa mules.
Objektif:
- KU
: Baik, kontraksi uterus baik, TP memanjang, keluar darah secara tiba- tiba
dan uterus membulat.
Asesment:
-
Ny.E, umur 37 tahun P4A0, KU ibu baik
dengan inpartu kala III
- Masalah : Tidak ada
- Kebutuhan : Manajemen aktif kala III
- Masalah Potensial : Tidak ada
- Tindakan segera : Tidak ada
Planning:
1. Lihat tanda pelepasan plasenta
bila TP memanjang dan terjadi semburan darah, maka lahirkan plasenta dengan
cara melakukan PTT dengan cara pindahkan klem dengan jarak 5-10 cm depan vulva.
Jika plasenta masuk ke dalam berarti plasenta belum lepas, tapi jika plasenta
diam dan memanjang berarti plsenta sudah lepas.
2. Melahirkan plasenta yaitu
regangkan TP dengan tangan kanan, sementara tangan kiri berada di supra
simpisis secara dorsocranial, tarik curam kebawah, keatas dan sejajar lantai
setelah nampak di vulva cengkram dengan kedua tangan. Putar searah jarum jam,
plasenta lahir lengkap dan spontan.
3. Melakukan masase fundus dan
mengajarkan pada ibu cara menilai kontraksi dan masase bila uterus membulat dan
keras berarti kontraksi baik dan masase dengan menggunakan 3 jari dengan
gerakan melingkar.
4. Mengecek kelengkapan plasenta dan
keutuhan plasenta.
5. Mengecek laserasi jalan lahir
untuk mengetahui ada atau tidaknya robekan.
Kala
IV : Pukul : 09.00 Wita
Subjektif:
- Ibu mengatakan lega setelah plasenta lahir
- Ibu mengatakan lega karena proses persalinan berjalan
lancar.
Objektif:
KU :
Baik
Kesadaran : Compos
mentis
TD : 110/70 mmhg
N : 80 x/mnt
P :
20 x/mnt
Temp : 36,40C
TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi
baik, blass kosong, pengeluaran darah 50 cc
Asesmen:
Ny. E, umur 37 tahun P4A0,KU ibu baik
dengan inpartu Kala IV.
Masalah
: Tidak ada
Kebutuhan : Penanganan Masa Nifas
Masalah
Potensial : Tidak ada
Tindakan
segera : Tidak ada.
Planning:
1. Mengobservasi tanda-tanda vital,
kontraksi uterus, blass dan perdarahan setiap 15
menit pada 1 jam
pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
(Ibu
mengerti dengan penjelasan bidan)
2. Membersihkan ibu dari darah,
cairan ketuban kemudian mengenakan pakaian ibu dengan pakaian kering dan bersih
serta membersihkan tempat tidur dan alat untuk menghindari kuman dan menjaga
kenyamanan ibu.
(Ibu
sudah dibersihkan dan sudah mengenakan pakaian bersih).
3.
Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi yang mengandung
karbohidrat seperti nasi, sayur-sayuran hijau, ikan, telur,tempe dan lain-lain
agar tenaga ibu pulih kembali.
(Ibu mau mengkonsumsi makanan bergizi).
4.
Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup agar tenaga yang terpakai pada
saat proses persalinan dapat kembali pulih.
(Ibu maumengikuti anjuran bidan).
5. Menganjurkan untuk inisiasi dini yaitu
menyusui bayinya sesegera dan sesering
mungkin untuk merangsang produksi ASI dan
merangsanginvolusi uterus.
(Ibu mau menyusui bayinya)
6. Mengajarkan pada ibu perawatan tali pusat
dengan menggunakan kassa steril yang
kering dan mengajarkan ibu untuk menilai
kontraksi yang baikdan apabila uterus
terasa lembek ibu harus menghubungi bidan.
(Ibu maumengikuti semua yang telah
diajarkan bidan tentang perawatan tali pusat)
7. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas
yaitu merasakan nyerikepala yang
hebat, penglihatan berkunang-kunang, suhu
tubuh meningkat,perdarahan lebih dari
normalah atau berdarah.
(ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya
masa nifas)
8. Memberitahu kepada ibu tanda-tanda bahaya
pada bayi seperti ikterik, kebiruan,
bayi rewel, hipotermi, malas menyusui, dan
TP tampak merah.
(Ibu mengerti tanda bahaya pada bayi)
9. Menganjurkan pada ibu untuk bonding
attachment dengan skin to skin agarterjalin
hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi.
(Ibu mau
mengikutianjuran bidan tentang bonding attachment)
10.
Menganjurkan pada ibu untuk melakukan mobilisasi dini 2 jam kemudianyaitu
dengan cara miring ke kiri dan kanan.
(Ibu mau mengikutinya)
11. Menjelaskan pada ibu tentang KB pasca
persalinan yaitu KB yang mantap
misalnya AKDR/AKBK agar tidak
terjadi/guna menjarakkan kelahiranpada anak
berikutnya.
(Ibu mau menggunakan KB).
12. Menganjurkan pada ibu untuk mengimunisasikan
anaknya agar kebal dari penyakit.
(Ibu akan mengimunisasikan anaknya).
13. Melengkapi partograf dan melakukan
dokumentasi.
(Partograf telah diisi).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bersadarkan pemaparan diatas kita
dapat menyimpulkan bahwa adanya kelaianan Malposisi dan Malpresentasi dapat
mengganggu terjadi persalinan, yaitu dapat mengakibatkan partus macet, dan
kematian perinatal. Oleh sebab itu tenaga kesehatan terkhusus bidan sangat
penting mengetahui bagaimana itu Malposisi dan Malpresentasi, termasuk
Etiologi, patofisiolog, diagnosis, dan penanganannya. Agar supaya penanganan
yang tepat dapat diberikan dengan baik dan hal-hal yang buruk yang merugikan
kedua belah pihak dapat diatasi.
B. Saran
Sekiranya para pembaca makalah ini
dapat mengerti tentang apa yang telah dipaparkan penulis khususnya tenaga
bidan, dan mengaplikasikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba.
1998. “Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan”. Buku Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Rukiah,
Ai. 2010. “Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan)”. Buku Kesehatan: Jakarta.
Winkjosastro, Hanifa, 2006. “Ilmu kebidanan” Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.
Chellious.
2011.” Malpresentasi Janin”,http://www.Worpres.com/diakses
tanggal 13 oktober 2012.
PROSEDUR PERSALINAN
BAYI SUNGSANG
LANGKAH
KLINIK
|
A.
PERSETUJUAN
TINDAKAN MEDIK
|
B.
PERSIAPAN
SEBELUM TINDAKAN
|
I.
Pasien
|
a). Ibu dalam posisi
litotomi pada tempat tidur persalinan.
|
b). mengosongkan
kandung kemih, rectum serta membersihkan daerah perineum dengan anti septic.
|
II. Instrumen (Bahan dan alat)
|
a.
Perangkat untuk
persalinan
b.
Perangkat untuk
resusitasi bayi
c.
Uteritonika
(Ergometrin maleat, Oksitosin)
d.
Anestesi local
(Lidokain 2%)
e.
Cunam Piper. Jika
tidak ada,sediakan cunam panjang.
f.
Semprit dan jarum
no.23 (sekali pakai)
g.
Alat – alat infuse
h.
Povidom Iodin 10%
i.
Perangkat episiotomi
dan penjahitan luka episiotomi
|
III.
Penolong
|
1. Pakai
baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung.
|
2. Cuci
tangan hingga siku dengan sabun di bawah air mengalir.
|
3. Keringkan
tangan dengan handuk DTT
|
4. Pakai
sarung tangan DTT/ steril
|
5. Memasang
duk (kain penutup)
|
C.
TINDAKAN
PERTOLONGAN PERSALINAN PARTUS SUNGSANG
|
1. Lakukan
periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput dan penurunan bokong
serta kemungkinan adanya penyulit.
|
2. Intruksikan
pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
ΓΌ Mengedang
dengan benar: mulai dengan menarik nafas dalam, katupkan mulut, upayakan
tangan mendorong ke abdomen dan anus. Kedua tangan menarik lipatan lutut,
angkat kepala dan lihat ke pusat.
|
3. Pimpin
berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul. Lakukan epiosotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
|
4. Melahirkan
bayi
a. Cara
Bracht
·
Segera setelah bokong
lahir, bokong dicekam secara Bracht ( kedua ibu jari penolong sejajar dengan
panjang paha, jari- jari yang lain memegang daerah panggul).
·
Sementara langkah ini
dilakukan, seorang asisiten melakukan perasat Wigand M. Wingkel
·
Jangan melakukan
intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
·
Bila terdapat
hambatan pada tahapan lahir setinggi scapula, bahu atau kepala maka segera
lanjut ke metode manual aidnyang sesuai.
·
Longgarkan tali pusat
setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
·
Lakukan hiperlordosis
janin pada saat angulus scapula inferior tampak dibawah simfisis ( dengan
mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan kea rah
perutibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
·
Gerakkan ke atas
hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
§ Pada
umumnya, bayi dengan presentasi bokong memerlukan perawatan segera setelah
lahir sehingga siapkan keperluan tersebut sebelum memimpin persalinan.
·
Letakkan bayi di
perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas bayi oleh
asisten, tali pusat dipotong.
·
Setelah asuhan bayi
baru lahir, berikan pada ibu untuk laktasi/ kontak dini.
|
v Catatan: Bila
tahap ini ternyata terjadi hambatan pengeluaran saat tubuh janin mencapai
daerah scapula interior, segera lakukan pertolongan dengan cara klasik atau
muller( manual aid).
|
b. Cara
klasik
ΓΌ Pengeluaran
bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan cara Bracht bahu dan
tangan tidak bisa lahir.
ΓΌ Prosedur…
·
Segera setalah bokong
lahir, bokong dicekam dn dilahirkan sehingga bokong dan kaki lahir.
·
Tali pusat
dikendorkan.
·
Pegang kaki pada
pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas.
Γ Dengan
tangan kiri dan menariknya kearah kanan atas ibu, untuk melahirkan bahu kiri
bayi yang berada di belakang.
Γ Dengan
tangan kanan dan menariknya kea rah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada di belakang.
·
Masukkan dua jari tangan kanan/ kiri (sesuai letak
bahu belakang) sejajar denga lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang
bayi.
·
Setelah bahu dan
lengan belakang lahir kedua kaki ditarik de arah bawah kontra lateral dari
langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi depan dengan cara
yang sama.
v Catatan:
Bila pada tahap ini, sulit untuk melahirkan bahu belakang maka lakukan cara
Muller ( melahirkan bahu depan terlebih dahulu).
|
c. Cara
muller
ΓΌ Pengeluaran
bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika cara Bracth bahu dan tangan
tidak lahir.
|
·
Melahirkan bahu depan
terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang sama sperti
klasik, kea rah belakang kontra lateral dan letak bahu depan.
·
Setalah bahu dan
lengan depan lahir dialnjutkan langkah yang sama untuk melahirkan bahu dan
lengan belakang.
|
d. Cara
Lovset ( dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala/ nuchal arm).
·
Setalah bokong dan
kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan.
·
Memutar bayi 180
derajat dengan lengan bayi yang terjungkit kea rah penunjuk jari tangan yang
nuchal.
·
Memutar kembali 180
derajat kea rah yang berlawanan ke kiri/ ke kanan. Beberapa kali hingga kedua
bahu dan lengan dialhirkan secara klasik/ Muller.
|
e. Ekstraksi
kaki ( dilakukan bula kala II tak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-
bayi. Keadaan ibu/ janin yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
·
Tangan kanan masuk
secara obsestrik menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian
melakukan abdukasi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi, tangan yang lain mendorong fundus kebawah. Setelah kaki fleksi
pergelangan kaki dipegang dengan dua jari dan tuntun keluar dari vagina
sampai batas lutut.
·
Kedua tangan penolong
memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di belakang betis sejajar sumbuh panjang paha dan jari-
jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah sampai pangkal paha
lahir.
·
Pegangan dipindah ke
pangkal paha setinggi mungkin denga kedua ibu jari di belakang paha, sejajar
sumbuh panjang paha dan jari lain di depan paha.
·
Pangkal paha ditarik
curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir. Kemudian pangkal paha dengan
pegangan yang sama dielevasi keatas hingga trikhanter belakang lahir. Bila
kedua triokhanter telah lahir berarti bokong lahir.
·
Sebaliknya bila
kaki belakang yang dilahirkan lebih
dahulu, maka yang akan lahir lebih dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk
melahirkan trokhanter depan maka pangkal paha ditarik terus curam kebawah.
·
Setalah bokong lahir
maka dilanjutkan cara “b” atau “c” atau “d”.
|
f. Teknik
ekstraksi bokong
Dikerjakan jika presentasi bokong
murni dan bokong sudah turun didasar panggul, bila kala II tidak maju atau
tampak keadaan janin / ibu yang mengharuskan bayi segera dilahirkan.
·
Jari telunjuk
penolong yang searah dengan bagian kecil janin, dimasukkan kedalam jalan
lahir dan diletakkan dilipatan paha bagian depan. Dengan jari ini lipat paha/
Krista iliaka dikait dan ditarik curam kebawah. Untuk memperkuat tenaga-
tenaga tarik ini, maka tanagn penolong yang lain mencekam pergelangan tadi
dan turut menarik curam kebawah.
·
Bila dengan tarikan
ini trokhanter depan mulai tampak dibawah simpisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain menkait lipatan paha ditarik curam ke bawah sampai bokong
lahir.
·
Setelah bokong lahir,
bayi dilahirkan secara “b” atau “c” atau “d”.
v Catatan:
Ekstraksi bokong lebih berat/ sukar dari pada ekstraksi kaki, oleh karena itu
perlu dilakukan Perasat Pinard pada presentasi bokong murni.
|
Cara Melahirkan Kepala Bayi
Cara
Mauriceau ( dilakukan bila bayi dilahirkan
secara manual aid/ bila dengan
bracht kepala belum lahir).
·
Letakkan badan bayi
diatas tanagn kiri sehingga badab bayi seolah-olah menunggang kuda ( untuk
penolong kidal meletakkan badan bayi diatas tanga kanan).
·
Satu jari dimasukkan
dimulut dan dua jari dimaksila.
·
Tangan kanan
memengang/ mencengkam bahu tengkuk bayi.
·
Minta seorang asisten
menekan fundus uteri.
·
Bersamaan dengan
adanya hiss, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan ke bawah sesuai arah sumbuh jalan lahir dibimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu/ mulut.
Cunam
Piper : digunakan kalau pengeluaran kepala
bayi dengan bracht atau mauricau gagal.
Caranya:
tangan dan badan bayi dibungkus kain steril, diangkat ke atas, cunam piper
dipasang melintang terhadap panggul dan kepala kemudian ditarik.
|
D.
Manajemen
Kala III
1. Lahirkan
plasenta secara spontan atau manual apabila ada indikasi.
|
2. Luka
episotomi/ robekan perineum dijahit.
|
3. Beri
uterotonika atau medikamentosa yang diperlukan.
|
4. Awasi
kala IV .
|
5. Lakukan
pemeriksaan dan pengawasan nifas.
|
E.
DEKONTAMINASI
|
F.
CUCI
TANGAN PASCA TINDAKAN
|
G.
PERAWATAN
PASCA TINDAKAN
|
1. a.
Periksa kembali tanda vital pasien, segera buat intruksi bila diperlukan
b. Catatat kondisi pasien dan
buat laporan tindakan dalam kolom yang tersedia.
|
2. Beritahukan
pada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilaksanakan da
masih memerlukan perawatan.
|
3. Jelaskan
pada petugas perawatan, jadwal penobatan dan pemantauan serta gejala- gejala
yang harus diwaspadai.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar