BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom
dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal,
tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan
langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah.
Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke
dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur
yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut
janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat
pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama
masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat
robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan
masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila
ada pembukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi pada wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom
janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus
yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal
dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1
: 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
Dalam kenyataannya memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun kondisi
ini dapat mengakibatkan kematian ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi,
emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita
meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan
yang tidak terkendali. Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan
ketuban terjadi pada wanita, maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang
bila meluas akan mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan
kematian jantung secara mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan
mengalami gangguan penapasan, syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi
perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati
atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83%
pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari
karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain,
perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan jaminan
ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu mengalami
EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa. Begitu
juga sebaliknya.
B. Rumusan
masalah
Adapun
rumusan masalah pada makalah ini :
1. Mengetahui
apa yang dimaksud emboli air ketuban
2. Mengetahui
penyebab timbulnya emboli air ketuban
3. Mengetahui
faktor – faktor resiko dari emboli air ketuban
4. Mengetahui
gejala klinis dari emboli air ketuban
5. Mengetahui
diagnosis sampai penanganan emboli air ketuban
C. Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
dari penulisan makalah ini :
1.
Menambah wawasan pengetahuan tentang
emboli air ketuban :
·
Definisi emboli air ketuban
·
Penyebab timbulnya emboli air ketuban
·
Faktor-faktor resiko dari emboli air
ketuban
·
Gejala klinis dari emboli air ketuban
·
Penanganan emboli air ketuban
2. Memenuhi
tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II Patologi tentang Emboli air Ketuban pada
program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar.
D. Sistematika
Penulisan
Adapun sistematika
penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
A. Definisi Cairan Ketuban
Merupakan semacam cairan yang
memenuhi seluruh rahim dan memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di
antaranya, memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala arah,
melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman dari luar tubuh
ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga membantu proses
persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan berlangsung maupun sebagai
alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis. Air ketuban mulai
terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah ibu. Namun
sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkan
air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia kehamilan, air ketuban
sebagian besar terbentuk dari air seni janin.Pada kehamilan normal, saat cukup
bulan, air ketuban jumlahnya sekitar 1.000 cc.
B.
Emboli Air ketuban
Emboli cairan ketuban merupakan
sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah
maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh
lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam.
Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak
terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post partum atau
edema pulmoner akut. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya
cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (
yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal ) dan daerah utero
plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption
plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului
atau bersamaan dengan episode emboli.
Menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG Emboli air ketuban (EAK) adalah
masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban
seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin,
dan musin/cairan kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1
: 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
EAK umumnya terjadi pada kasus
aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga
saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara mengambil sampel air
ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami trauma / benturan
berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling sering terjadi
justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik
persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin 100% aman dari risiko EAK,
karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang
memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban
merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian. Bagi yang
selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.
C.
Etiologi
Patofisiologi
belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang
fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi
maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
- Kegagalan perfusi secara masif
- Bronchospasme
- Renjatan
1. Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita
yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang
sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang
amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
2. Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat
masuk melalui pembuluh darah.
3. Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan
ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah
ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena
cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat
aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat
menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
4.
Menconium dalam cairan ketuban
5.
Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi
atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan
vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang
nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan
akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
6. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi
tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi
ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.
D. Fisiologi
Ketuban (Amnion) manusia pertama kali dapat
diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada
awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung
kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion
secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke
dalam rongga amnion.
Gambar 1. Kantung amnion pada hari
ke-10 ditampakkan pada gambar sebelah kiri dan di sebelah kanan merupakan
kantung amnion pada hari ke-12 yang selanjutnya akan tumbuh menekan mudigah .
Cairan ketuban (amnion) pada keadaan normal berwarna putih agak keruh
karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal
dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada
keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan
normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan
20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion
lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran
tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion
sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh
kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit
janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran
tersebut dalam memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan
dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan
menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma
ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis
ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan
pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan
polihidramnion
E.
Patofisiologi
Studi-studi pada primate dengan
menggunakan injeksi cairan amnion homolog, serta study yang dilakukan secara
cermat terhadap model kambing, menghasilkan penanaman yang penting tentang
kelainan hemodinamik sentral (Adamsons dkk, 1971, Hankins dkk,1993, Stolte dkk,
1976). Setelah suatu fase awal hipertensi paru dan sistemik yang singkat,
terjadi penurunan resistensi vaskuler sistemik dan indeks kerja pulsasi
ventrikel kiri ( Clark dkk, 1988). Pada fase awal sering dijumpai desaturasi oksigen
transient tetapi mencolok sehingga sebagian besar pasien yang selamat mengalami
cedera neurologist (Harvey dkk, 1996). Pada wanita yang bertahan hidup melewati
fase kolaps kardiovaskuler awal, sering terjadi fase sekunder berupa cedera
paru dan koagulopati.
Keterkaitan hipertonisitas uterus dengan
kolaps kardiovaskuler tampaknya lebih berupa efek daripada kausa emboli cairan
amnion (Clark dkk, 1995). Memang aliran darah uterus berhenti total apabila
tekanan intrauterine melebihi 35 sampai 40 mmHg (Towell, 1976). Dengan demikian
. kontraksi hipertonik merupakan waktu yang paling kecil kemungkinannya terjadi
pertukaran janin-ibu. Demikian juga, tidak terjadi hubungan sebab akibat antara
pemakaian oksitosin dengan emboli cairan amnion dan frekuensi pemakaian
oksitosin tidak meningkat pada para wanita ini (American College Of
Obstetricians and Gynecologists, 1993).
Pathophysiology dari EAK yang kurang
dipahami. Berdasarkan deskripsi awal, ia berteori bahwa cairan ketuban dan
sel-sel janin memasuki sirkulasi ibu, mungkin memicu reaksi anafilaksis
terhadap antigen janin. Namun, bahan janin tidak selalu ditemukan dalam
sirkulasi ibu pada pasien dengan EAK, dan materi berasal dari janin yang sering
ditemukan pada wanita yang tidak mengembangkan EAK.
Perjalanan cairan amnion memasuki
sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis
selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus
bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena
rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan
masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi
darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon
inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau
syok sepsis. Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah
di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat
aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada
jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di
paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga
menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun
akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan
pernafasan. Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II.
Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim
atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi
sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal.
Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan.
Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan
mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.
F.
Tanda gejala
Tanda
dan gejala embolisme cairan amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
·
Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan
reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah
terutama emboli meconium bersifat lethal.
·
Gawat janin ( bila janin belum
dilahirkan )
·
Edema paru atau sindrom distress pernafasan
dewasa.
·
Henti kardiopulmoner
·
Sianosis
·
Koagulopati
·
Dispnea / sesak nafas yang sekonyong –
konyongnya
·
Kejang , kadang perdarahan akibat KID
merupakan tanda awal.
G.
Gambaran klinis
Shock
yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar
, mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .Jika
sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea , vomitus ,
gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi
yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi . Jika
sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat
penyakit jantung , diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Pada
uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan
selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan
koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Gas
darah arteri : pO2 biasanya menurun.
2. Tekanan
vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada
kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular
cairan amninon.
3. Gambaran
koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk
pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal ,
menunjukkan DIC.
4. EKG dapat memperlihatkan regangan jantung
kanan akut.
5. Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan
perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6. Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi
dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang
sesuai dengan proses emboli paru.
H.
Penanganan
1.
Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan
secara agresif.
a)
Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi ,
bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi
)
b)
Penggatian cairan intravena & darah diperlukan
untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
c)
Oksitosin yang
di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
d)
Morfin ( 10 mg
) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
e)
Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi
intravaskular dengan menghambat proses perbekuan
f)
Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna
bila ada bronkospasme .
g)
Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv
untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg
h)
Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
i)
0ksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan
akhir ekspirasi positif (PEEP) mungkin diperlukan .
j)
Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan
plasma beku segar dan sedian trombosit.
2.
Bila anak
belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan
setelah keadaan umum ibu stabil
3.
X ray torak
memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan
ventrikel kanan.
4.
Laboratorium : asidosis
metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
5.
Terapi
tambahan :
a) Resusitasi
cairan
b) .Infuse
Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c) Adrenalin
untuk mengatasi anafilaksis
d) .Terapi DIC
dengan fresh froozen plasma
e) Terapiperdarahan pasca persalinandenganoksitosin
f) Segera rawat
di ICU
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN KEBIDANA PADA NY “S” KALA I DENGAN EMBOLI
AIR KETUBAN DI
PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28
SEPTEMBER 2012
No Register : 214320
Tanggal Masuk PKM : 28 september 2012; pukul 06.00 wita
Tanggal Pengkajian : 28 september 2012; pukul 16.10 wita
Identitas Ibu / Suami
Nama : Ny “S” / Tn “M”
Umur : 40 thn / 42 thn
Lama
Nikah : ± 12 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : JL. Manuruki
2, No.5
Data
Subjektif (S)
1.
Hamil
ke empat
dan tidak pernah keguguran (GIV
PIII
A0)
2.
Terakhir
kali haid tanggal 3 januari 2012
3.
Nyeri
perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan lendir dan
darah sejak tanggal
27
september 2012 pukul 23.00 wita.
4.
Sifat
nyeri hilang timbul
5.
Berusaha
mengatasi nyeri dengan mengelus-elus pinggang
6. Ibu
mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya
Data Objektif (O)
1.
Keadaan
umum ibu baik, kesadaran komposmentis
2.
Tanda-tanda
vital
a. Tekanan darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/ menit
c. Suhu : 36,5 ˚ c
d. Pernafasan : 18 x/ menit
3.
Kepala
dan wajah
a. Ekspresi
wajah ibu nampak cemas
b. Tidak ada oedema pada wajah
c. Tidak ada nyeri tekan
d. Konjungtiva merah mudah, sklerah
putih bersih
4.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, kelenjar thyroid dan vena jugularis
5.
Payudara
a. Simetris kiri dan kanan
b. Putting susu terbentuk, bersih,
hiperpigmentasi pada putting susu dan areolla
c. Tidak ada nyeri tekan.
d. ASI keluar bila putting dipencet.
6.
Abdomen
a. Tidak ada luka bekas operasi
b. Tonus otot perut tegang
c. Palpasi
1) TFU 33 cm, punggung kanan, teraba
kepala, kepala sudah masuk PAP
2) Lingkar perut 98 cm
3) TBJ : TFU x lingkar perut
:
33
cm x 104
cm
:
3432
gram
4)
DJJ
terdengar jelas dan teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi
137 kali/menit.
5) Kontraksi uterus 3 kali dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik
6) Tidak ada nyeri tekan saat
dipalpasi
2.
Genetalia
(VT) pukul 06.15 wita
a. Vulva / vagina tidak ada kelainan
b. Portio lunak dan tebal
c. Ketuban (+)
d. Pembukaan 5 cm
e. Presentasi kepala
f. Molase tidak ada
g. Tidak ada penumbungan
h. Penurunan kepala Hodge II
i.
Kesan
panggul normal
j.
Pelepasan
lender dan darah
3.
Ekstrimitas
Tidak ada oedema dan varises.
4.Pemeriksaan labolatorium
a. HB : 10,8 gr / dl
b. Albumin: -
c. Reduksi : -
Assessment
(A)
inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.
Planning
(P)
Tanggal 28 september 2012, pukul 06.20 wita
1. Menyampaikan hasil pemeriksaan
pada ibu ; ibu mengerti keadaannya
2. Memberi support dan motifasi pada
ibu
3. Menganjurkan ibu untuk tidur
miring kekanan atau ke kiri ; ibu tidur miring ke kiri
4. Menjelaskan pada ibu tentang
penyebab nyeri dalam persalinan ; ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang
timbul
5. Mengajarkan teknik relaksasi dan
pengaturan napas saat timbul kontraksi yaitu dengan menarik napas melalui
hidung dan menghembuskannya melalui mulut ; ibu melakukannya
6. Memberi hidrasi dan intake yang
cukup ; ibu makan nasi dan minum air putih
7. Mengobservasi kemajuan persalinan
serta keadaan ibu dan janin.
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN
KEBIDANAN NY “S” KALA II
DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI PUSKESMAS KASSI-KASSI
MAKASSAR
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012
Data Subjektif (S) :
1.
mengatakan perutnya sangat terasa mulas-mulas yang sangat kuat (his yang
sangat kuat), His yang
muncul dirasakan ibu terus-menerus.
2.
mengatakan mual
muntah dan sangat gelisah.
3.
Merasakan
dorongan yang kuat untuk meneran saat timbul kontraksi
4.
Merasa
ingin BAB
Data Objektif (O) :
1. Kontraksi uterus 5-7
kali dalam 10 menit,
durasi > 40 detik
2.
DJJ
136 x/menit
3.
Hasil
pemeriksaan dalam pukul 10.15 Wita
a.
Vulva/vagina
tidak ada kelainan
b.
Portio
tidak teraba
c.
Ketuban
pecah,jernih
d.
Pembukaan
10 cm
e.
Presentase
kepala,ubun-ubun kecil kanan depan tepat di bawah simpisis
f.
Molase
tidak ada
g.
Penumbungan
tidak ada
h.
Penurunan
kepala Hodge IV
i.
Kesan
panggul normal
j.
Pelepasan
lender,darah dan air jernih
4.
Tanda-tanda
vital
a.
Tekanan
darah : 100/70 mmHg
b.
Nadi : 90x/menit
c.
Suhu : 37°C
d.
Pernapasan : 28 x/menit
5.
Perineum
tampak menonjol
6.
Vulva
dan anus terbuka
Assesment (A)
:
Inpartu kala
II, dengan emboli air ketuban
Planning (P)
:
1.
Melihat tanda dan gejala kala II : ada
dorongan yang kuat untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
dan vagina terbuka.
2.
Memastikan kelengkapan alat dan bahan
pertolongan persalinan : alat sudah lengkap
3.
Memakai celemek
4.
Memastikan lengan/tangan tidak memakai
perhiasan dan mencuci tangan dengan abun dibawah air mengalir dan keringkan
dengan handuk bersih
5.
Memakai sarung tangan DTT
6.
Mengisi spoit dengan oksitosin 10 IU
7.
Membersihkan vulva dan perineum
8.
Melakukan pemeriksaan dalam
9.
Mendekontaminasi sarung tangan
10.
Mengobservasi DJJ : 136x/menit
11.
Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah
lengkap, keadaan janin baik
12.
Membantu ibu mengambil posisi meneran ;
ibu dalam posisi litotomi
13.
Memimpin ibu meneran saat ada his
14.
Memasang handuk bersih diatas perut ibu
dan duk steril di bawah bokong ibu
15.
Memakai handskun steril/DTT
16.
Menyokong perineum saat kepala bayi
membuka vulva 5-6 cm dengan tangan kanan dan menahan puncak kepala dengan
tangan kiri
17.
Membersihkan muka, mulut dan hidung bayi
dengan kasa steril
18.
Memeriksa adanya lilitan tali pusat ;
tidak ada lilitan tali pusat
19.
Menunggu kepala melakukan putaran paksi
luar
20.
Melahirkan bayi dengan cara kedua tangan
diletakkan secara biparietal pada kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah
untuk melahirkan bahu depan dan menarik kepala keatas untuk melahirkan bahu belakang, kemudiaan
melahirkan bayi secara sangga susur ; bayi lahir pukul 06.25 Wita, jenis
kelamin laki-laki
21.
Menilai bayi segera setelah lahir ;
menangis spontan, kulit kemerahan, pergerakan aktif
22.
Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan
kain bersih dan kering
23.
Memeriksa fundus uteri untuk memastikan
janin tunggal ; janin tunggal
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN PADA NY “S”
KALA III DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI PUSKESMAS
KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28
SEPTEMBER 2012
Data Subjektif (S)
:
1. mengatakan
perutnya terasa sangat mulas
2. Ibu
mengatakan terasa mual dan mau muntah
3. mengatakan
sesak nafas
4. mengatakan
badan terasa lemah
Data Objektif (O)
:
1.
keadaan umum ibu Nampak lemah
2.
Kala
II berlangsung 10 menit
3.
Bayi
lahir pukul 06.25
wita, dengan jenis kelamin laki-laki
4.
TFU
setinggi pusat
5.
Kontraksi
uterus baik, uterus teraba keras dan bundar
6.
Tali
pusat bertambah panjang
Assesment (A):
Inpartu kala
III, dengan emboli air ketuban
Planning (P):
1.
Memberitahu
ibu bahwa akan disuntik oksitosin
2.
Menyuntikkan
oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian luar
3.
Menjepit
tali pusat dengan klem pertama ± 3 cm dari perut bayi, dan memasang klem kedua ± 2 cm dari klem
pertama, memotng tali pusat dan mengikatnya dengan pengikat tali pusat yang
steril
4.
Mengganti
kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
5.
Melakukan
IMD
6.
Memindahkan
klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
7.
Meletakkan
tangan kiri di atas simphisis dan tangan kanan memegang tali pusat
8.
Menunggu
uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri melakukan tekanan pada uterus secara
dorsocranial
9.
Jemput
plasenta dengan kedua tangan, putar
plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan selaput ketuban lahir; plasenta
dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.30 wita
PENDOKUMENTASIAN
HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S” KALA IV DENGAN
EMBOLI AIR KETUBAN DI
PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28
SEPTEMBER 2012
Data Subjektif (S) :
1.
Ibu mengatakan perut masih terasa mulas
2.
Ibu mengatakan
nafas terasa sesak
3.
Ibu mengatakan badan terasa lemah
Data Objektif (O)
:
1.
Plasenta
lahir lengkap jam 06.30 wita
2.
Ibu nemapak
pucat, sianosis, lemah
3.
Tanda-tanda vital :
TD : 90/70 mmHg
N : 90 x/menit
P : 28 x/menit
4. TFU 2 jari
dibawah pusat
5. Kontraksi
uterus kuat
6. Perdarahan ± 300 cc
mengalir
Assesment (A)
:
Inpartu kala IV, dengan emboli air ketuban
Planning (P)
:
1.
Melakukan
masase uterus; uterus teraba keras dan bundar
2.
Memeriksa
robekan jalan lahir; ada robekan jalan lahir tingkat
II
3.
Memasang infuse
4.
memasang O2
5.
Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini dan harus dirujuk
6.
Berikan suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan
orang terdekat
7.
Persiapan
rujukan dengan BAKSOKU
8.
Merujuk ibu
ke RS yang memiliki fasilitas lengkap
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi
gangguan pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua
tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah
vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan
daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan
ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian
ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya Kematian janin
intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih dari 30
tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan
ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan
terjadi penyumbatan aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu,
bila meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan kematian,
terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan
ketuban, sehingga pasien akan mengalami kekurangan volume cairan akibat
perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien dapat mengalami syok.
B. Saran
Dengan makalah ini penulis berharap,
mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan kebidanan emboli cairan ketuban,
meskipun emboli cairan ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus
tetap waspada akan terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak
langsung dapat mengurango mortalitas ibu dan bayi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I. Jakarta : Media Ascula Plus
Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku
Panduan Paktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Bambang Widjanarko,
2009.Emboli-air-ketuban http://reproduksiumj.blogspot.com
Midwiferyeducator, 2010. Emboli-Cairan-Amnion-Eca http://Midwiferyeducator.Wordpress.Com
Aini, 2011.
emboli-cairan-ketuban. http://ainicahayamata.wordpress.com
Emir Fakhrudin, 2009.
fisiologi-dan-patologi-cairan-amnionhttp://www.emir-fakhrudin.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar