Rabu, 21 November 2012

EMBOLI AIR KETUBAN + ASKEB


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock.  Sindrom cairan ketuban adalah sebuah gangguan langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki aliran darah. Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban dalam sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek sekalipun pada persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan masuknya cairan ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding pembuluh darah dan dapat terjadi pada  wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun, sindrom janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi uterus yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat. Dalam kenyataannya memang emboli cairan ketuban jarang dijumpai, namun kondisi ini dapat mengakibatkan kematian ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali. Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada wanita, maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan kematian jantung secara mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan mengalami gangguan penapasan, syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi perubahan pada membran mukosa akibat dari hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83% pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain, perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan sebelumnya ibu mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya akan mengalami kasus serupa. Begitu juga sebaliknya.
B.     Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini :
1.      Mengetahui apa yang dimaksud emboli air ketuban
2.      Mengetahui penyebab timbulnya emboli air ketuban
3.      Mengetahui faktor – faktor resiko dari emboli air ketuban
4.      Mengetahui gejala klinis dari emboli air ketuban
5.      Mengetahui diagnosis sampai penanganan emboli air ketuban

C.     Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penulisan makalah ini :
1.      Menambah wawasan pengetahuan tentang emboli air ketuban :
·         Definisi emboli air ketuban
·         Penyebab timbulnya emboli air ketuban
·         Faktor-faktor resiko dari emboli air ketuban
·         Gejala klinis dari emboli air ketuban
·         Penanganan emboli air ketuban
2.      Memenuhi tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan II Patologi tentang Emboli air Ketuban pada program DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan Makassar.


D.    Sistematika Penulisan
       Adapun sistematika penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Cairan Ketuban
Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya, memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala arah, melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman dari luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga membantu proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat persalinan berlangsung maupun sebagai alat bantu diagnostik dokter pada pemeriksaan amniosentesis. Air ketuban mulai terbentuk pada usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah ibu. Namun sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia kehamilan, air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni janin.Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya sekitar 1.000 cc.

B.        Emboli Air ketuban
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post partum atau edema pulmoner akut. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal ) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG  Emboli air ketuban (EAK) adalah masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban  seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.
EAK umumnya terjadi pada kasus aborsi, terutama jika dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis (tindakan diagnostik dengan cara mengambil sampel air ketuban melalui dinding perut). Ibu hamil yang mengalami trauma / benturan berat juga berpeluang terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling sering terjadi justru saat persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin 100% aman dari risiko EAK, karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian. Bagi yang selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.

C.       Etiologi
Patofisiologi belum jelas diketahui secara pasti. Diduga bahwa terjadi kerusakan penghalang fisiologi antara ibu dan janin sehingga bolus cairan amnion memasuki sirkulasi maternal yang selanjutnya masuk kedalam sirkulasi paru dan menyebabkan :
  • Kegagalan perfusi secara masif
  • Bronchospasme
  • Renjatan
1.      Multiparitas dan  Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
2.      Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.

3.      Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian mendadak.
4.      Menconium dalam cairan ketuban
5.      Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
6.      Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah ibu.

D.    Fisiologi
Ketuban (Amnion) manusia pertama kali dapat diidentifikasi pada sekitar hari ke-7 atau ke-8 perkembangan mudigah. Pada awalnya sebuah vesikel kecil yaitu amnion, berkembang menjadi sebuah kantung kecil yang menutupi permukaan dorsal mudigah. Karena semakin membesar, amnion secara bertahap menekan mudigah yang sedang tumbuh, yang mengalami prolaps ke dalam rongga amnion.

Gambar 1.  Kantung amnion pada hari ke-10 ditampakkan pada gambar sebelah kiri dan di sebelah kanan merupakan kantung amnion pada hari ke-12 yang selanjutnya akan tumbuh menekan mudigah .
Cairan ketuban (amnion) pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion.
Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion

E.     Patofisiologi
Studi-studi pada primate dengan menggunakan injeksi cairan amnion homolog, serta study yang dilakukan secara cermat terhadap model kambing, menghasilkan penanaman yang penting tentang kelainan hemodinamik sentral (Adamsons dkk, 1971, Hankins dkk,1993, Stolte dkk, 1976). Setelah suatu fase awal hipertensi paru dan sistemik yang singkat, terjadi penurunan resistensi vaskuler sistemik dan indeks kerja pulsasi ventrikel kiri ( Clark dkk, 1988). Pada fase awal sering dijumpai desaturasi oksigen transient tetapi mencolok sehingga sebagian besar pasien yang selamat mengalami cedera neurologist (Harvey dkk, 1996). Pada wanita yang bertahan hidup melewati fase kolaps kardiovaskuler awal, sering terjadi fase sekunder berupa cedera paru dan koagulopati.
Keterkaitan hipertonisitas uterus dengan kolaps kardiovaskuler tampaknya lebih berupa efek daripada kausa emboli cairan amnion (Clark dkk, 1995). Memang aliran darah uterus berhenti total apabila tekanan intrauterine melebihi 35 sampai 40 mmHg (Towell, 1976). Dengan demikian . kontraksi hipertonik merupakan waktu yang paling kecil kemungkinannya terjadi pertukaran janin-ibu. Demikian juga, tidak terjadi hubungan sebab akibat antara pemakaian oksitosin dengan emboli cairan amnion dan frekuensi pemakaian oksitosin tidak meningkat pada para wanita ini (American College Of Obstetricians and Gynecologists, 1993).
Pathophysiology dari EAK yang kurang dipahami. Berdasarkan deskripsi awal, ia berteori bahwa cairan ketuban dan sel-sel janin memasuki sirkulasi ibu, mungkin memicu reaksi anafilaksis terhadap antigen janin. Namun, bahan janin tidak selalu ditemukan dalam sirkulasi ibu pada pasien dengan EAK, dan materi berasal dari janin yang sering ditemukan pada wanita yang tidak mengembangkan EAK.
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas, mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks, sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah. Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu pada jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang dan curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan yang selamat dari peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal. Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi intravaskuler.
F.      Tanda gejala
Tanda dan gejala embolisme cairan amnion ( Fahy , 2001 ) antara lain :
·         Hipotensi ( syok ), terutama disebabkan reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam darah terutama emboli meconium bersifat lethal.
·         Gawat janin ( bila janin belum dilahirkan )
·          Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
·          Henti kardiopulmoner
·         Sianosis
·         Koagulopati
·         Dispnea / sesak nafas yang sekonyong – konyongnya
·         Kejang , kadang perdarahan akibat KID merupakan tanda awal.

G.     Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea , vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi . Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung , diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.



     H.  Pemeriksaan Diagnostik
1.      Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
2.      Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris selular cairan amninon.
3.      Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial ) biasanya abnormal , menunjukkan DIC.
4.       EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
5.       Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
6.       Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai dengan proses emboli paru.

H.    Penanganan
1.      Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
a)      Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi )
b)      Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi hipovolemia & perdarahan .
c)       Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri.
d)      Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
e)      Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan menghambat proses perbekuan
f)       Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada bronkospasme .
g)      Isoproternol di berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira – kira 100 mmHg
h)      Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
i)        0ksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif (PEEP) mungkin diperlukan .
j)        Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan sedian trombosit.
2.      Bila anak belum lahir, lakukan Sectio Caesar dengan catatan dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil
3.      X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan.
4.      Laboratorium : asidosis metabolik ( penurunan PaO2 dan PaCO2)
5.      Terapi tambahan :
a)      Resusitasi cairan
b)      .Infuse Dopamin untuk memperbaiki cardiac output
c)      Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis
d)     .Terapi DIC dengan fresh froozen plasma
e)      Terapiperdarahan pasca persalinandenganoksitosin
f)       Segera rawat di ICU

















PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANA PADA NY “S”                        KALA I DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI                                                               PUSKESMAS  KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012


No Register                              : 214320
Tanggal Masuk PKM               : 28 september 2012; pukul 06.00 wita
Tanggal Pengkajian                  : 28 september 2012; pukul 16.10 wita

Identitas Ibu / Suami
Nama                           : Ny “S” / Tn “M
Umur                           : 40 thn / 42 thn
Lama Nikah                 : ± 12 tahun
Suku                            : Makassar / Makassar
Agama                         : Islam / Islam
Pendidikan                   : SMA / SMA
Pekerjaan                     : IRT / Wiraswasta
Alamat                         : JL. Manuruki 2, No.5

Data Subjektif (S)
1.      Hamil ke empat dan tidak pernah keguguran (GIV PIII A0)
2.      Terakhir kali haid tanggal 3 januari 2012
3.      Nyeri perut tembus ke belakang disertai dengan pelepasan lendir dan darah sejak tanggal 27 september 2012 pukul 23.00 wita.
4.      Sifat nyeri hilang timbul
5.      Berusaha mengatasi nyeri dengan mengelus-elus pinggang
6.      Ibu mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya

Data Objektif (O)
1.      Keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis
2.      Tanda-tanda vital
                a.    Tekanan darah       : 120/70 mmHg
                b.    Nadi                       : 80 x/ menit
                c.    Suhu                      : 36,5 ˚ c
                d.    Pernafasan : 18 x/ menit
3.      Kepala dan wajah
                a.    Ekspresi wajah ibu nampak cemas
                b.    Tidak ada oedema pada wajah
                c.    Tidak ada nyeri tekan
                d.    Konjungtiva merah mudah, sklerah putih bersih
4.      Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar thyroid dan vena jugularis
5.      Payudara
a.       Simetris kiri dan kanan
b.      Putting susu terbentuk, bersih, hiperpigmentasi pada putting susu dan areolla
c.       Tidak ada nyeri tekan.
d.      ASI keluar bila putting dipencet.
6.      Abdomen
a.       Tidak ada luka bekas operasi
b.      Tonus otot perut tegang
c.       Palpasi
1)      TFU 33 cm, punggung kanan, teraba kepala, kepala sudah masuk PAP
2)      Lingkar perut 98 cm
3)      TBJ      : TFU x lingkar perut
                  : 33 cm x 104 cm
                  : 3432 gram
4)      DJJ terdengar jelas dan teratur pada kuadran kanan bawah perut ibu dengan frekuensi 137 kali/menit.
5)      Kontraksi uterus 3 kali  dalam 10 menit dengan durasi 30-35 detik
6)      Tidak ada nyeri tekan saat dipalpasi
2.      Genetalia (VT) pukul 06.15 wita
a.       Vulva / vagina tidak ada kelainan
b.      Portio lunak dan tebal
c.       Ketuban (+)
d.      Pembukaan 5 cm
e.       Presentasi kepala
f.       Molase tidak ada
g.       Tidak ada penumbungan
h.      Penurunan kepala Hodge II
i.        Kesan panggul normal
j.        Pelepasan lender dan darah
3.      Ekstrimitas
Tidak ada oedema dan varises.
4.Pemeriksaan labolatorium
                            a.   HB : 10,8 gr / dl
                           b.   Albumin: -
                            c.   Reduksi : -

Assessment (A)
inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.
Planning (P)
Tanggal 28 september 2012, pukul 06.20 wita
1.      Menyampaikan hasil pemeriksaan pada ibu ; ibu mengerti keadaannya
2.      Memberi support dan motifasi pada ibu
3.      Menganjurkan ibu untuk tidur miring kekanan atau ke kiri ; ibu tidur miring ke kiri
4.      Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri dalam persalinan ; ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang timbul
5.      Mengajarkan teknik relaksasi dan pengaturan napas saat timbul kontraksi yaitu dengan menarik napas melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut ; ibu melakukannya
6.      Memberi hidrasi dan intake yang cukup ; ibu makan nasi dan minum air putih
7.      Mengobservasi kemajuan persalinan serta keadaan ibu dan janin.




PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN  NY “S” KALA II DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI                      PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012
Data Subjektif (S)  :
1.      mengatakan perutnya sangat  terasa mulas-mulas yang sangat kuat (his yang sangat kuat), His yang muncul dirasakan  ibu terus-menerus.
2.       mengatakan mual muntah dan sangat gelisah.
3.      Merasakan dorongan yang kuat untuk meneran saat timbul kontraksi
4.      Merasa ingin BAB

Data Objektif (O) :
1.      Kontraksi uterus 5-7 kali dalam 10 menit, durasi > 40 detik
2.      DJJ 136 x/menit
3.      Hasil pemeriksaan dalam pukul 10.15  Wita
a.       Vulva/vagina tidak ada kelainan
b.      Portio tidak teraba
c.       Ketuban pecah,jernih
d.      Pembukaan 10 cm
e.       Presentase kepala,ubun-ubun kecil kanan depan tepat di bawah simpisis
f.       Molase tidak ada
g.       Penumbungan tidak ada
h.      Penurunan kepala Hodge IV
i.        Kesan panggul normal
j.        Pelepasan lender,darah dan air jernih
4.      Tanda-tanda vital
a.       Tekanan darah       :  100/70 mmHg
b.      Nadi                       :  90x/menit
c.       Suhu                      :  37°C
d.      Pernapasan            : 28 x/menit
5.      Perineum tampak menonjol
6.      Vulva dan anus terbuka


Assesment (A)      : 
Inpartu kala II, dengan emboli air ketuban

Planning (P)       :   
1.      Melihat tanda dan gejala kala II : ada dorongan yang kuat untuk meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva dan vagina terbuka.
2.      Memastikan kelengkapan alat dan bahan pertolongan persalinan : alat sudah lengkap
3.      Memakai celemek
4.      Memastikan lengan/tangan tidak memakai perhiasan dan mencuci tangan dengan abun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk bersih
5.      Memakai sarung tangan DTT
6.      Mengisi spoit dengan oksitosin 10 IU
7.      Membersihkan vulva dan perineum
8.      Melakukan pemeriksaan dalam
9.      Mendekontaminasi sarung tangan
10. Mengobservasi DJJ : 136x/menit
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik
12. Membantu ibu mengambil posisi meneran ; ibu dalam posisi litotomi
13. Memimpin ibu meneran saat ada his
14. Memasang handuk bersih diatas perut ibu dan duk steril di bawah bokong ibu
15. Memakai handskun steril/DTT
16. Menyokong perineum saat kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan tangan kanan dan menahan puncak kepala dengan tangan kiri
17. Membersihkan muka, mulut dan hidung bayi dengan kasa steril
18. Memeriksa adanya lilitan tali pusat ; tidak ada lilitan tali pusat
19. Menunggu kepala melakukan putaran paksi luar
20. Melahirkan bayi dengan cara kedua tangan diletakkan secara biparietal pada kepala bayi lalu menarik kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan dan menarik kepala keatas untuk  melahirkan bahu belakang, kemudiaan melahirkan bayi secara sangga susur ; bayi lahir pukul 06.25 Wita, jenis kelamin laki-laki
21. Menilai bayi segera setelah lahir ; menangis spontan, kulit kemerahan, pergerakan aktif
22. Mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan kain bersih dan kering
23. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan janin tunggal ; janin tunggal























PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN PADA NY “S”                        KALA III DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI                                PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012

Data Subjektif (S)       : 
1.      mengatakan perutnya terasa sangat mulas
2.      Ibu mengatakan terasa mual dan mau muntah
3.      mengatakan sesak nafas
4.      mengatakan badan terasa lemah

Data Objektif (O)      : 
1.      keadaan umum ibu Nampak lemah
2.      Kala II berlangsung  10 menit
3.      Bayi lahir pukul 06.25  wita, dengan jenis kelamin laki-laki
4.      TFU setinggi pusat
5.      Kontraksi uterus baik, uterus teraba keras dan bundar
6.      Tali pusat bertambah panjang
Assesment (A):
Inpartu kala III, dengan emboli air ketuban

Planning (P):
1.      Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin
2.      Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha atas bagian luar
3.      Menjepit tali pusat dengan klem pertama ± 3 cm dari perut bayi,  dan memasang klem kedua ± 2 cm dari klem pertama, memotng tali pusat dan mengikatnya dengan pengikat tali pusat yang steril
4.      Mengganti kain pembungkus bayi dengan kain bersih dan kering
5.      Melakukan IMD
6.      Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
7.      Meletakkan tangan kiri di atas simphisis dan tangan kanan memegang tali pusat
8.      Menunggu uterus berkontraksi kemudian melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan tangan kanan, sementara tangan kiri melakukan tekanan pada uterus secara dorsocranial
9.      Jemput plasenta dengan kedua tangan,  putar plasenta searah jarum jam sampai plasenta dan selaput ketuban lahir; plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap pukul 06.30 wita





















PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “S”                            KALA IV DENGAN EMBOLI AIR KETUBAN DI                                                                         PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR
TANGGAL 28 SEPTEMBER 2012

Data Subjektif (S)       : 
1.      Ibu mengatakan perut masih terasa mulas
2.       Ibu mengatakan nafas terasa sesak
3.      Ibu mengatakan badan terasa lemah

Data Objektif (O)     : 
1.      Plasenta lahir lengkap jam 06.30 wita
2.      Ibu nemapak pucat, sianosis, lemah
3.      Tanda-tanda vital :
TD       :  90/70 mmHg
N         :  90 x/menit
P          :  28 x/menit   
4. TFU 2 jari dibawah pusat
5. Kontraksi uterus kuat
6.  Perdarahan ± 300 cc mengalir 

Assesment (A)      : 
Inpartu kala IV, dengan emboli air ketuban

Planning (P)       : 
1.      Melakukan masase uterus; uterus teraba keras dan bundar
2.      Memeriksa robekan jalan lahir; ada robekan jalan lahir tingkat II
3.      Memasang infuse
4.      memasang O2
5.      Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi ibu saat ini dan  harus dirujuk
6.      Berikan suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan orang terdekat
7.      Persiapan rujukan dengan BAKSOKU
8.      Merujuk ibu ke RS yang memiliki fasilitas lengkap
BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan

Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan  Usia lebih dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga pasien akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika tidak diatasi segera, pasien dapat mengalami syok.

B.     Saran
Dengan makalah ini penulis berharap, mahasiswa dapat memahami konsep teori beserta asuhan kebidanan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat mengurango mortalitas ibu dan bayi.





DAFTAR PUSTAKA


Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Ascula Plus

Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Bambang Widjanarko, 2009.Emboli-air-ketuban http://reproduksiumj.blogspot.com

Midwiferyeducator, 2010. Emboli-Cairan-Amnion-Eca http://Midwiferyeducator.Wordpress.Com


Aini, 2011. emboli-cairan-ketuban. http://ainicahayamata.wordpress.com

Emir Fakhrudin, 2009. fisiologi-dan-patologi-cairan-amnionhttp://www.emir-fakhrudin.com



Tidak ada komentar: