BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahikan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2001).
Ekstraksi vakum merupakan tindakan untuk melahirkan bayi.dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum.
Tehnik melahirkan bayi menggunakan alat vakum yang telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi resiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954.alat ekstraksi vakum dibuat dalam 2 bentuk. Ada yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan.Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif, sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan (Cuningham F, 2002).
Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi vakum dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan ekstraksi vakum. Ekstraksi vakum dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intrakranial.(Depkes RI,2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
persalinan yang didapat dari WHO kejadian ekstraksi vakum berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang-kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2002).
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesar yang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan ekstraksi vakum biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.
Di dalam Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001-2010 disebut bahwa dalam Rencana Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010, Making Pregnancy Safer mempunyai misi dan visi untuk mencapai Indonesia sehat 2010. Visi Making Pregnancy Safer adalah semua perempuan di Indosenia dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi dilahikan hidup sehat. Sedangkan misinya adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin ASKES terhadap intervensi yang cost-effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program pembangunan nasional. Dan tujuan Making Pregnancy Safer adalah menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir di Indonesia (Depkes RI, 2001).
Ekstraksi vakum merupakan tindakan untuk melahirkan bayi.dengan ekstraksi menggunakan tekanan negatif dengan alat vakum.
Tehnik melahirkan bayi menggunakan alat vakum yang telah diperkenalkan sejak tahun 1840 oleh Simpson, dan model alat ini terus berubah demi mengurangi resiko pada bayi yang diperkenalkan Malmstrom tahun 1954.alat ekstraksi vakum dibuat dalam 2 bentuk. Ada yang terbuat dari bahan stainless dan silastic yang masing-masing punya keunggulan.Prinsip kerja alat ekstraksi vakum adalah dengan memberikan tekanan negatif, sehingga akan membentuk kaput dikulit kepala bayi yang berguna sebagai tempat tarikan saat ibu mengejan (Cuningham F, 2002).
Adanya beberapa faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi vakum dilakukan yaitu ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung, section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Maka perlu tindakan ekstraksi vakum. Ekstraksi vakum dapat mengakibatkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu sehingga mengakibatkan perdarahan yang dapat meningkatkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan pendarahan intrakranial.(Depkes RI,2005)
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara-negara bekembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran.
Dr. Ieke menegaskan bahwa 90% kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh pendarahan (30%), infeksi (12%), eklampsia (25%), partus lama (11%), komplikasi abortus (12%) dan penyebab lainnya (Depkes RI, 2001). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan AKI dari 307 menjadi 390 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
persalinan yang didapat dari WHO kejadian ekstraksi vakum berkisar antara 38% dan pervaginam berkisar 62% pada presentase belakang-kepala. Sekalipun kejadian kecil tetapi mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian ibu 90% disebabkan oleh perdarahan yaitu (Mochtar 1998) atonia uteri 50% - 60 %, retensio plasenta 16% -17 %, laserasi jalan lahir 4% - 5%, kelainan darah 0,5% - 0,8%, infeksi, partus lama dan komplikasi lain (Depkes RI, 2002).
Alasan pemilihan alat ekstraksi vakum (alat bantu persalinan pervaginam) adalah untuk menghindari tingginya angka operasi caesar yang sudah membutuhkan biaya relatif lebih besar dan resiko dari tindakan operasi terhadap ibu bila dibandingkan dengan tindakan ekstraksi vakum, selain itu komplikasi yang terjadi pada partus buatan dengan ekstraksi vakum biasanya timbul akibat terlalu lama dan terlalu kuatnya tarikan kadang juga operator sering menemukan kendala dari pihak keluarga akibat sikap keluarga yang tidak siap operasi dan meminta dokter untuk mencoba tetap lahir pervaginam.
BAB II
KAJIAN KONSEP
A.
Ekstraksi
Vakum
Ekstraksi
vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi
vakum pada kepalanya. Alat ini dinamakan ekstrator vakum atau ventouse (Depkes
RI,2002). Menurut Mansjoer Arif (1999) tindakan ini dilakukan dengan memasang sebuah
mangkuk (cup) vakum di kepala janin dan tekanan negatif. Ekstraksi vakum adalah
tindakan obstetri yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan
sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi (CuninghamF2002).
B. Indikasi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999).
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi porcef/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung (eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat dilakukan secara normal. Untuk melahirkan secara pervaginam, maka perlu tindakan ekstraksi vakum/tindakan ekstraksi vakum menyebabkan terjadinya toleransi pada servik uteri dan vagina ibu. Di samping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan intracranial (Mansjoer Arif, 1999).
C. Syarat dari Ekstraksi Vakum:
a.
Janin aterm
b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.
b. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak ada disproporsi)
c. Pembukaan serviks sudah lengkap
d. Kepala janin sudah enganged.
e. Selaput ketuban sudah pecah atau jika belum, dipecahkan.
f. Harus ada kontraksi uterus atau his dan tenaga mengejan ibu.
D. Komplikasi Ekstraksi Vakum
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).
Pada ibu, ekstraksi vakum dapat menyebabkan perdarahan, trauma jalan lahir dan infeksi. Pada janin ekstrasi vakum dapat menyebabkan ekskoriasi kulit kepala, cepal hematoma, subgaleal hematoma. Hematoma ini cepat direabsorbsi tubuh janin. Bagi janin yang mempunyai fungsi hepar belum matur dapat menimbulkan ikterus neonatorum yang agak berat, nekrosis kulit kepala (scapnecrosis), dapat menimbulkan alopesia (Mansjoer Arif, 1999).
E. Prosedur Ekstraksi Vakum
Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999).
Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999).
Ibu tidur dalam posisi lithotomi. Pada dasarnya tidak diperlukan narcosis umum. Bila waktu pemasangan mangkuk, ibu mengeluh nyeri, diberi anesthesia infiltrasi atau pudendal nerve block. Apabila dengan cara ini tidak berhasil, boleh diberi anesthesia inhalasi, namun hanya terbatas pada waktu memasang mangkuk saja. Setelah semua bagian-bagian ekstraktor vakum terpasang, maka dipilih mangkuk yang sesuai dengan pembukaan serviks (Mansjoer Arif, 1999).
Pada pembukaan serviks lengkap biasanya dipakai mangkuk nomor 5. Mangkuk dimasukkan ke dalam vagina dengan posisi miring dan dipasang pada bagian terendah kepala, menjauhi ubun-ubun besar. Tonjolan pada mangkuk, diletakkan sesuai dengan letak denominator. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap dengan tenaga 0,2 kg/cm2 dengan interval 2 menit. Tenaga vakum yang diperlukan adalah : 0,7-0,8 kg/cm2. Hal ini membutuhkan waktu kurang lebih 6-8 menit (Rustam Mochtar, 1999).
Dengan adanya tenaga negatif ini, maka pada mangkuk akan terbentuk kaput suksedaneum arrifisial (chignon). Sebelum mulai melakukan traksi, dilakukan periksa dalam ulang, apakah ada bagian-bagian jalan lahir yang ikut terjepit. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu disuruh mengejan, dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul (Rustam Mochtar, 1999).
Pada
waktu melakukan tarikan ini harus ada koordinasi yang baik antara tangan kiri
dan tangan kanan penolong. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan
mangkuk, sedang tangan kanan melakukan tarikan dengan memegang pada pemegang.
Maksud tangan kiri menahan mangkuk ialah agar mangkuk selalu dalam posisi yang
benar dan bila sewaktu-waktu mangkuk lepas, maka mangkuk tidak akan meloncat
kearah muka penolong. Traksi dilakukan terus selama ada HIS dan harus mengikuti
putaran paksi dalam, sampai akhirnya suboksiput berada di bawah simfisis
(Rustam Mochtar, 1999).
Bila his berhenti, maka traksi juga
dihentikan. Berarti traksi dikerjakan secara intermitten, bersama-sama dengan
his. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas, sehingga
kepala janin melakukan gerakan defleksi dengan suboksiput sebagai hipomoklion
dan berturut-turut lahir bagian-bagian kepala sebagaimana lazimnya.
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pintu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
Pada waktu kepala melakukan gerakan defleksi ini, maka tangan kiri penolong segera menahan perineum. Setelah kepala lahir, pintu dibuka, udara masuk ke dalam botol, tekanan negatif menjadi hilang, dan mangkuk lepas. Bila diperlukan episiotomi, maka dilakukan sebelum pemasangan mangkuk atau pada waktu kepala membuka vulva. Kriteria Ekstraksi Vakum Gagal waktu dilakukan traksi, mangkuk terlepas sebanyak 3 kali. Mangkuk lepas pada waktu traksi, kemungkinan disebabkan:
1.
Tenaga vakum terlalu rendah
2. Tenaga negatif dibuat terlalu cepat,
sehingga tidak terbentuk kaput suksedaneum sempurna yang mengisi seluruh
mangkuk.
3. Selaput ketuban melekat antara kulit
kepala dan mangkuk sehingga mangkuk tidak dapat mencengkram dengan baik.
4. Bagian-bagian jalan lahir (vagina,
serviks) ada yang terjepit ke dalam mangkuk.
5. Kedua tangan kiri dan tangan kanan
penolong tidak bekerja sama dengan baik.
6. Traksi terlalu kuat
7. Cacat (defect) pada alat, misalnya
kebocoran pada karet saluran penghubung.
8. Adanya disproporsi sefalo-pelvik.
Setiap mangkuk lepas pada waktu traksi, harus diteliti satu persatu
kemungkinan-kemungkinan di atas dan diusahakan melakukan koreksi. Dalam waktu
setengah jam dilakukan traksi, janin tidak lahir.
F.
Keunggulan Ekstraksi Vakum
1.
Pemasangan mudah (mengurangi bahaya trauma dan infeksi)
2. Tidak diperlukan narkosis umum
3. Mangkuk tidak menambah besar ukuran
kepala yang harus melalui jalan lahir
4. Ekstraksi vakum dapat dipakai pada
kepala yang masih tinggi dan pembukaan serviks belum lengkap
5. Trauma pada kepala janin lebih
ringan (Rustam Mochtar, 1999).
G.
Kerugian Ekstraksi Vakum
1. Persalinan janin memerlukan waktu
yang lebih lama
2. Tenaga traksi tidak sekuat seperti
pada cunam. Sebenarnya hal ini dianggap sebagai keuntungan, karena kepala janin
terlindung dari traksi dengan tenaga yang berlebihan.
3. Pemeliharaannya lebih sukar, karena
bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara.
(Rustam Machtar, 1999).
1.2. ETIOLOGI
1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya
tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik pada ibu (Prawirohardjo,
2005).
2.
Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada
setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan
atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
3.
Gawat
janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
a. Denyut Jantung Janin irreguler dalam
persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa waktu. Bila Denyut
Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
b. Bradikardia yang terjadi di luar
saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi.
c. Takhikardi dapat merupakan reaksi
terhadap adanya demam pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
1.
FORCEP
Pada bayi dapat terjadi kerusakan saraf
ketujuh (nervus fasialis), luka pada wajah dan kepala, serta patah tulang wajah
dan tengkorak. Jika hal itu terjadi, bayi harus diawasi dengan ketat selama
beberapa hari. Tergantung derajat keparahannya, luka tersebut akan sembuh
sendiri. Sedangkan pada ibu, dapat terjadi luka pada jalan lahir atau robeknya
rahim (ruptur uteri)
Forsep
merupakan alat bantu persalinan yang terbuat dari logam menyerupai sendok.
Berbeda dengan vakum, persalinan yang dibantu forsep bisa dilakukan meski Anda
tidak mengejan, misalnya saat terjadi keracunan kehamilan, asma, atau penyakit
jantung. Persalinan dengan forsef relatip lebih beresiko dan lebih sulit
dilakukan dibandingkan dengan vakum. Namun kadang terpaksa dilakukan juga
apabila kondisi ibu dan anak sangat tidak baik.
Forsep digunakan pada ibu pada keadaan
sangat lemah, tidak ada tenaga, atau ibu dengan penyakit hipertensi yang tidak
boleh mengejan, forsep dapat menjadi pilihan. Demikian pula jika terjadi gawat
janin ketika janin kekurangan oksigen dan harus segera dikeluarkan. Apabila
persalinan yang dibantu forsep telah dilakukan dan tetap tidak bisa
mengeluarkan bayi, maka operasi caesar harus segera dilakukan.
2.
EMBRIOTOMI
Embriotomi
adalah tindakan pertolongan persalinan pervaginam yang dilakukan pada janin
yang telah meninggal, dengan jalan merusak janin; sehingga janin yang mati
dapat dilahirkan.Pada embriotomi,janin tidak begitu mendapat perhatian,
sedangkan ibunya perlu mendapatkan tindakan yang tidak menambah komplikasi.
Oleh karena itu persiapan pertolongan persalinan pada janin yang mati merupakan
kunci keberhasilan.Persiapan Pertolongan Persalinan Embriotomi.
1.
Persiapan umum:
a.
Informed consent dan KIE kepada ibu
tentang janinnya yang telah meninggal
b.
Rehidrasi cairan yang adekuat.
c.
Persiapan transfusi darah.
d.
Pemberian antibiotika profilaksis.
e.
Tempat untuk janin yang telah mati.
2.
Persiapan khusus:
a.
Persiapan untuk memberikan narkose
b.
Alat-alat yang diperlukan dan disesuaikan dengan kondisi sesaat.
c.
Melakukan desinfeksi tempat operasi
dan menutupnya dengan kain steril.
3.
Syarat umum Pertolongan Persalinan Embriotomi Syarat umum
embriotomi meliputi:
a. Pembukaan hampir lengkap sampai
lengkap.
b. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
c. Anak mati dan memungkinkan untuk
dilahirkanper vaginam.
d. Tidak terdapat tanda-tanda ruptura
uteri.
4. Bentuk pertolongan persalinan
embriotomi meliputi:
a.
Kraniotomi : Tindakan untuk memperkecil ukuran kepala
janin dengan cara memberi lubang dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin
dapat dilahirkan pervaginam.Tindakan kraniotomi biasanya disusul dengan
ekstraksi kepala dengan menggunakan kranioklast sehingga tindakan ini lazim
disebut sebagai tindakan perforasi & kranioklasi.
Alat yang digunakan:
1. Pisau bedah
(scalpel)
2. Perforator
SIMPSON
3. Kranioklast
4. Cunam
BOER
5. Cunam Mouzeaux
Perforator
SIMPSON:
•Peforator
memiliki dua daun dengan tepi tajam dan ujung yang runcing, masing-masing
dibatasi dengan “ bahu penahan “
•Tangkai perforator bila daun sedang
dalam keadaan tertutup, akan dalam keadaan terbuka dengan sebuah “penahan”
•“Penahan” tersebut menjaga agar
daun perforator selalu dalam keadaan tertutup
•Dengan menekan gagang secara
serempak, daun perforator akan terpisah satu sama lain ( terbuka )
Cranioclast
BRAUN:
•Terdiri dari dua daun ( sendok
jantan dan betina ) yang pemasangannya dilakukan secara terpisah.
•Sendok jantan dimasukkan kedalam
lubang ditengkorak kepala janin.
•Sendok betina diletakkan pada
daerah muka janin.
•Penguncian dilakukan setelah kedua
daun terpasang dengan benar.
Tehnik:
1. Ibu dalam
posisi lithotomi.
2. Tangan kiri
operator dimasukkan secara obstetrik kedalam jalan lahir dan diletakkan diantara kepala janin dan
bagian simfisis menghadap ke bawah.Seorang asisten melakukan fiksasi kepala
janin dari sebelah luar disebelah atas simfisis.
3. Dengan pisau
bedah, dibuat lubang pada ubun-ubun besar atau sutura sagitalis.
4. Perforator
Naegele dalamkeadaan
tertutup dimasukkan jalan lahir secara horisontal dengan bagian
lengkung berada diatas dan ujung yang runcing mengarah kebawah dibawah
perlindungan telapak tangan kiri ( agar tidak mencederai dinding vesica
urinaria) dan selanjutnya ujung perforator dalam keadaan tertutup dimasukkan
kedalam lubang pada kepala janin yang sudah dibuat sebelumnya.
5. [ memasukkan
perforator dapat dilakukan tanpa terlebih dulu membuat lubang pada ubun-ubun besar atau
sutura sagitalis yaitu dengan cara menembuskan langsung perforator ke kepala
janin ; dalam hal ini, agar ujung perforator tidak meleset maka arah
perforator harus tegak lurus dengan kepala janin ]
6. Setelah
perforator berada didalam tengkorak kepala janin,lubang
perforasi diperlebar dengan cara membuka dan menutup perforator dalam
arah tegak lurus dan horisontal sedemikian rupa sehingga lubang perforasi berbentuk
irisan silang
7. Dengan
perlindungan telapak tangan kiri, perforator dikeluarkan dalam keadaan tertutup dari jalan lahir.
8. Jaringan otak tak perlu dikeluarkan
secara khusus oleh karena akan keluar dengan sendirinya saat ekstraksi kepala.
b.
Dekapitasi : persalinan anak mati per
vaginam dengan jalan melakukan pemotongan leher.
c. Eviserasi (eksentrasi) : usaha untuk
memperkecil janin sehingga dapat lahir per vaginam dengan jalan mengeluarkan
isi abdomen dan toraks.
Indikasi:
Letak lintang Hidrops fetalis
d. Spondilotomi : usaha untuk
memperkecil janin sehingga dapat lahir pervaginam dengan jalan memotong tulang
belakang.
Indikasi:
Letak lintang dorso inferior
e. Kleidotomi : Tindakan memotong atau
mematahkan 1 atau dua buah klavikula untuk memperkecil diameter lingkar
bahu.
Indikasi: Distosia bahu
Instrumen: Gunting Dubois atau Gunting SIEBOLD
Tehnik :
• Pasien berada
pada posisi lithotomic
• Satu tangan
operator masuk jalan lahir dan langsung memegang klavikula bawah
• Dengan
spekulum yang terpasang di vagina, tangan lain melakukan
Pemotongan klavikula
bersamaan dengan tindakan ini, assisten melakukan fiksasi kepala dari arah
luar
• Bila
dengan satu klavikula yang terpotong, bahu masih belum dapat dilahirkan maka
dapat dilakukan pemotongan klavikula kontraleteral.
f. PUNGSI
Definisi:
Tindakan untuk mengeluarkan cairan dari kepala janin
Indikasi:
Hidrosepalus
Tehnik:
Transabdominal atau transvaginal
Pungsi ,
Hidrosepalus pada presentasi kepala yang menyebabkan distosia, pungsi
dilakukan melalui ubun-ubun besar (bila mungkin), Pasca pungsi, kepala mengecil
dan ditarik dengan cunam Mouseaux.
5.
KURETASI
A.
Pengertian Kuretasi
Kuretase adalah cara
mengosongkan/membersihkan hasil konsepsi dari dalam rahim dengan memakai alat
kuretase. Sedangkan kuretase untuk diagnostik adalah mengambil
jaringan endometrium.
B. Indikasi Kuretase
1. Indikasi
diagnostik meliputi :
a. Metroragia
b. Perdarahan
uterus disfungsional
c. Infertilitas
d. Amenore
sekunder (diduga adanya endometritis tuberkulosis)
e. Karsinoma
endometrium
f. Polip Uteri
2. Perdarahan
postmolar (mungkin disebabkan oleh koriokarsinoma)
Indikasi terapeutik meliputi :
v Abortus
inkomplit, abortus insipiens, missed abortion
v Sisa
jaringan plasenta pasca persalinan
v Molahidatidosa
3. Langkah
Klinik Kuretase :
·
Persetujuan tindakan medic
·
Persiapan sebelum tindakan
·
Pasien
·
Cairan dan selang infus sudah
terpasang
·
Perut bawah dan lipat paha sudah
dibersihkan dengan air dan sabun
·
Uji fungsi dan kelengkapan peralatan
resusitasi kardiopulmoner (termasuk oksigen dan regulator)
·
Siapkan kain alas bokong, sarung
kaki dan penutup perut bawah
·
Medikamentosa (kerja sama dengan
bagian anestesi)
·
Analgetika ( Pethidin 1 - 2 mg/kgBB,
Ketamin Hcl 0,5 mg/kgBB, Tramadol 1-2 mg/kgBB)
·
Sedativa (Diazepam 10
·
Atropin Sulfas 0,25 - 0,50mg/ml
·
Larutan antiseptik (Poviden Iodin
10%)
·
Oksigen dan regulator
·
Instrumen
·
Cunam
tampon
` : 1 buah
·
Cunam peluru atau
tenakulum : 1 buah
·
Klem ovum
lurus
: 1 buah dan lengkung 1 buah
·
Sendok
kuret
: 1 set
·
Senala kavum
uteri
: 1 buah
·
Spekulum Sim's atau
L : 2 buah
·
Kateter
karet
: 1 buah
·
Tabung suntik dan jarum suntik No.
23 sekali pakai : 2 buah
4. Penolong (Operator
dan asisten) :
a. Baju kamar
tindakan, topi, masker, pelapis pelastik, kacamata pelindung : 3set
b. Alas kaki :
3 pasang
c. Instrumen
d. lampu
sorot :
1 buah
e. mangkok
logam :
2 buah
f. penampung
darah dan jaringan : 1 buah
g. penampung
urine
:
1 buah
h. Pencegahan
infeksi
Cuci tangan dan lengan hingga siku
dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan handuk kering
Pakai perlengkapan kamar tindakan
dan sarung tangan steril
Pasien Dengan posisi lithotomi,
pasangkan kain penutup steril
5. Tindakan :
a. Instruksikan
untuk memberikan sedativa dan analgetika melalui karet infus (pethidin
diberikan secara intra muskuler)
b. Kosongkan
kandung kemih dan lakukan periksa dalam
c. Ganti sarung
tangan
d. Pasang
spekulum Sim's/L sampai pada posisinya dan minta asisten untuk menahan spekulum
atas pada posisinya
e. Bersihkan
vagina dan serviks dengan kapas dan larutan antiseptic
f. Jepit
serviks dengan cunam peluru pada posisi jam 11 dan jam 13
g. Lakukan
pemeriksaan dalamnya dan lengkung uterus (sondage)
h. Bersihkan jaringan yang tertahan pada canalis
servikalis dan kavum uteri dengan cunam ovum yang lengkung
i. Lanjutkan
pengerokan dinding uterus dengan sendok kuret
j. Keluarkan
semua jaringan yang masih ada dalam kavum uteri
k. Lepaskan
jepitan cunam pada serviks
l. Kontrol
perdarahan
m. Lepaskan
spekulum atas dan bawah
6. Dekontaminasi
:
a. Masukkan
semua instrumen bekas pakai ke dalam wadah yang berisi larutan klorin 0,5%
selama 10 menit
b. Buang sampah
habis pakai ke tempatnya
c. Bersihkan
sarung tangan, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
7. Perawatan
Pasca Tindakan :
a. Periksa
tanda vital, catat dan buat laporan tindakan
b. Buat
instruksi perawatan, pengobatan dan pemantauan pasca tindakan
c. Beritahukan
pada suami/walinya bahwa tindakan telah selesai dan pasien masih memerlukan
perawatan dan pengobatan lanjutan
d. Kirim
jaringan kuretase untuk pemeriksaan PA
Pemberian
obat antibiotika maupun uterotonika baik oral maupun injeksi sebelum, selama
dan sesudah tindakan sesuai dengan penatalaksanaan masing-masing diagnosis
tindakan.
8. Kemungkinan
Terjadinya Komplikasi :
a. Perforasi
uterus
b. Laserasi
serviks
c. Perdarahan
d. Infeksi
9. Penanganan
Perforasi uterus :
Observasi bila robekan berukuran
kecil, biasanya defek yang kecil sembuh dengan tanpa terjadi komplikasi. Bila
kerusakan sampai intra abdominal dan lubang perforasi besar dan masuk ke kavum
peritonium, segera lakukan laparatomi, jahit luka perforasi atau bila perlu
histerektomi dan lakukan pemeriksaan isi abdomen khususnya usus.
Laserasi serviks :
·
Bila luka cukup lebar harus dijahit
·
Perdarahan :Biasanya terjadi karena
kontraksi rahim kurang sempurna, berikan oksitosin, kalau perlu pasang
utero-vaginal tampon dan transfusi darah.
·
Infeksi :
Berikan antibiotika sesuai penanganan
infeksi pada diagnosis tindakan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN PADA NY.”P” G1POAO
DENGAN VACUM EKSTRAKSI A/I INERTIA UTERI
DI RUANG KEBIDANAN RSUD. POLEWALI
I.
IDENTIFIKASI
DATA DASAR
1.
Pengkajian
tanggal 13-07-2011 jam: 17.00 di RSUD. POLEWALI
2.
Data Subjektif
A. IDENTITAS
PASIEN
IDENTITAS SUAMI
Nama Klien : Ny. P
Umur
: 24 tahun
Agama
:
Islam
Suku Bangsa : Mandar/indonesia
Pendidikan : DIV
Alamat
:
Campalagian
Pekerjaan
: Karyawan pabrik
|
Nama
Suami : Tn. J
Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Suku
Bangsa : Mandar/Indonesia
Pendidikan
: S1
Alamat
: Campalagian
Pekerjaan
: Wiraswasta
|
B. Keluhan
Utama
Ibu mengatakan perut
mules sejak sore dan keluar lendir bercampur darah.
C. Tanda-tanda
persalinan
Kontraksi sejak tanggal
13-07-2011 Pukul 16.00 WIB
Frekuensi
3x setiap 10 menit,lamanya 20 detik
Kekuatan lemah lokasi
nyeri dari perut menjalar ke pinggang.
D. Riwayat
Menstruasi
Menarche : 14 th
Siklus
:
30 hari
Lama
:
7 hari
Banyaknya
:
2-3 kali ganti
pembalut
Teratur / tidak :
Teratur
Sifat
Darah
: encer warna merah
Disminorhoe :
Kadang-kadang
|
E. Riwayat
Perkawinan
Status
perkawinan : syah kawin 1 kali
Kawin 1 :
umur 24 tahun dengan suami umur 27 tahun
Lamanya
: 1tahun
F. Riwayat
Kehamilan Ini
a. HPHT
: 03-10-2010
b. HPL
: 10-07-2011
c. Keluhan
pada kehamilan
Trimester
I :Ibu
mengatakan mengeluh mual muntah
Trimester
II : Ibu mengatakan
tidak ada keluhan
Trimester
III : Ibu mengatakan
sering kencing
d. ANC
: 15 kali
Bidan
: 13 x
Dokter
: 2 x
e.
Penyuluhan yang pernah didapat : Ibu mengatakan pernah
mendapat penyuluhan tentang Gizi ibu hamil
f.
Imunisasi TT Ke 1 Pada saat akan menikah
tgl 15/7/10
Ke 2 kali umur
kehamilan 5 bulan tgl 28/2/11
G. Riwayat
Keluarga
Berencana
: belum pernah KB
H. Riwayat
Penyakit
a. Riwayat
Penyakit sekarang
- Jntung :
-
- Gin jal :
-
- Asma/TBC :
-
- Hepatitis :
-
- DM :
-
- Hipertensi :
-
- Epilepsi :
-
- Lain lain :
-
b. Riwayat penyakit
keluarga : Ibu mengatakan tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular seperti hepatitis TBC,dan tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti tekanan darah tinggi, jantung dan DM
c. Riwayat keturunan kembar :
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat keturunan kembar baik dari pihaknya
maupun suami
d. Riwayat Operasi : Ibu mengatakan belum
pernah operasi apapun
J. Pola
kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
- Makan dan minum terakhir pukul : 15.30 WIB
- Jenis
makanan dan minuman : Nasi sayur tempe telur dan segelas teh
b. Personal
Hygine : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari
c.
Eliminasi
- BAB
terakhir pukul :
07.00 WIB
- BAK
terakhir pukul :
16.45 WIB
d.
Aktifitas : Bekerja diRS dan mengurusi keperluan rumah
tangga seperti mencuci menyapu dll
e. Istirahat/tidur : Akhir akhir
ini ibu kurang tidur Karena sering terbangun pada malam hari karena mau kencing
f. Psikososial budaya :
1. Perasaan menghadapi persalinan
ini : Ibu mengatakan sedikit khawatir tentang persalinannya
karena merasakan kenceng-kenceng yang sakit dan anaknya tidak segera lahir
2. Kehamilan ini direncanakan/tidak
: Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan
3. Jenis kelamin yang di harapkan : Ibu mengatakan ingin
mempunyai anak
laki-laki
4. Dukungan keluarga terhadap persalinan ini: Ibu mengatakan
semua keluarga mendukung kehamilannya
5. Keluarga lain yang tinggal serumah : Ibu mengatakan
tinggal dengan suami dan orang tuanya
6. Pantangan makan
: Ibu mengatakan tidak ada pantangan makan
7. Kebiasaan adat istiadat : Ibu mengatakan tidak ada adat
istiadat
8. Penggunaan obat-obatan atau jamu/rokok : Ibu mengatakan
hanya mengkonsumsi obat dari bidan dan ibu tidak merokok, suami tidak merokok
3. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N :90x/menit
R :24X/menit
S
:36.5oc
BB sebelum hamil : 43kg
BB saat ini : 58 kg
TB : 152
cm
LILA : 23 cm
4.
Pemeriksaan
Sistemik
a. Rambut :
Hitam bersih
b. Muka :
Bersih tidak oedema
c. Mata
·
Oedema
: tidak ada
·
Conjungtiva
: tidak anemis
·
Sklera
: tidak icterus
d. Hidung :
bersih tidak ada polip
e. Telinga :
bersih tidak ada serumen
f. Mulut
Gigi : bersih,
lengkap, tidak caries, tidak ada gigi palsu
Stomatitis : tidak ada
Bibir kering : tidak
Lidah pucat : tidak
g. Leher
a.
Kelenjae gondok :
tidak ada
b. Tumor :
tidak ada
c. Pembesaran
kelenjar limfe : tidak ada
h. Dada dan Axilla
a.
Dada :
simetris
b.
Payudara
Bentuk : bulat, tegang
Areola :
hiperpigmentasi
Puting susu : menonjol
Keluaran : tidak ada
c.
Axilla
Benjolan : tidak ada
benjolan
Nyeri : tidak ada
nyeri tekan
i. Ekstremitas
a. Varices : tidak ada varices
b. Oedema :
tidak ada oedema
c. Reflek patella : ka/ki +/+
5. Pemeriksaan Khusus Obstetric (Lokalis)
a. Abdomen
1. Inspeksi
Pembesaran perut :
sesuai umur kehamilan
Bentuk perut : memanjang
Strie : albicans
Linea : nigra
Kelainan :
tidak ada kelainan
Pergerakan : ada
Luka bekas SC :
tidak ada
2.
Palpasi
Pergerakan anak dalam 24 jam terakhir :
ada
Kontraksi :
3x dalm 10 menit durasi 20”
Leopod I : TFU ½ pusat-px
(31 cm). Bagian fundus teraba kurang bulat, lunak, tidak melenting diperkirakan
bokong.
Leopod II : Teraba keras
memanjang seperti papan diperut ibu sebelah kiri (puki) diperkirakan punggung
janin. Di sebelah kanan perut ibu teraba bagian kecil diperkirakan tangan dan
kaki janin.
Leopod III : Pada bagian bawah perut
ibu teraba keras, bulat, dan juga tidak begitu melenting diperkirakan kepala
sudah masuk PAP.
Leopod IV :Tangan pemeriksa tidak
bertemu menunjukkan bagian terendah janin sudah masuk PAP (3/5)
TBJ :(31-11)X155
=3100 gr
3.
Auskultasi
a.
DJJ : Punctum
maksimum bagian kiri bawah
pusat
Frekuensi :
131x/menit
Teratur :
teratur
b.
Pemeriksaan Panggul
1).
Kesan Panggul :
normal
2).
Distansia Sapinarum :
tidak dilakukan
3).
Distansia Kristarum : tidak dilakukan
4).
Conjugata Eksterna : tidak dilakukan
5).
Lingkar Panggul : tidak dilakukan
c. Anogenital
1) Vulva
Vagina
a)
Varices : tidak
ada varices
b) Luka : tidak ada
c)
Warna : merah
kebiruan
d)
Nyeri : tidak
nyeri
e) Keluaran
: bloody show
2) Perineum
a). Bekas Luka : tidak ada bekas luka
b). Lain lain : tidak ada kelainan
3)
Anus
a. Haemorhoid : ada
b. Lain lain : tidak ada
4) Inspekulo
a. Vagina : tidak
dilakukan
b. Portio : tidak dilakukan
5) Vaginal Toucher
a). Pembukaan : 1 cm
b). Ketuban :
utuh
c). Presentasi : kepala
d). Posisi : memanjang
e). Penurunan :
3/5 bagian
f). Kesan Panggul :
normal
6. Pemeriksaan Penunjang
a.
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb : 11,2 gr %
b.
Pemeriksaan Penunjang lain : tidak dilakukan
II. IDENTIFIKASI
DIAGNOSA/MASALAH AKTUAL
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
tanggal 13-07-2011 pukul 17.30
WIB
GI
P0 A0, gestasi 40 - 41 minggu, janin Tunggal, Hidup, Intrauterin, Letak
memanjang, Presentasi kepala, punggung kiri bagian terbawah janin sudah masuk
PAP 3/5 bagian. inpartu kala1 fase laten.
III. IDENTIFIKASI
DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
IV. TINDAKAN
EMERGENCY/KOLABORASI
Tidak ada
V.
RENCANA TINDAKAN Tanggal 13-7-2011 pukul 17.45
WIB
1. Observasi Kemajuan
Persalinan,DJJ tiap 30 menit,TTV tiap 4 jam ,VT tiap 4 jam sekali
2. Beri nutrisi pada ibu
3. Berikan dorongan moril pada Ibu
4. Anjurkan Ibu mengosongkan
kandung kemih sesering mungkin
5. Anjurkan ibu teknik
relaksasi nafas panjang jika ada his
6. Anjurkan ibu untuk mobilisasi
dini ( jalan-jalan )
7. Siapkan Partus set
8. Dokumentasi hasil asuhan
VI.
PELAKSANAAN Tanggal 13-7-2011 pukul 17.50 WIB
1.
Mengobservasi kemajuan
persalinan DJJ tiap 30 menit,TTV tiap 4 jam, VT tiap 4 jam
sekali
2. Memberikan
Ibu makan dan minum
3.
Menganjurkan ibu berdoa dan memberi dukungan pada ibu keluarga
4.
Menganjurkan Ibu mengosongkan kandung kemih
5.
Menganjurkan teknik relaksasi ibu nafas panjang jika ada His
6.
Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini ( jalan-jalan )
7.
Menyiapkan Partus set untuk persiapan persalinan
8.
Dokumentasi hasil asuhan
VII.
EVALUASI
Tanggal
13-07-2011 Pukul 18.00 WIB
1. Kemajuan Persalinan telah di
Observasi
2. Ibu sudah makan dan minum
3. Ibu sudah berdoa dan ibu dan
keluarga sudah agak tenang
4. Ibu sudah mengosongkan kandung
kemih
5. Ibu sudah melakukan
teknik relaksasi ibu nafas panjang jika ada His
6. Ibu bersedia Jalan-jalan untuk
mempersiapkan persalinan
7. Partus set telah disiapkan
8. Hasil Asuhan telah
didokumentasikan
Kemajuan Persalinan
NO
|
Tgl/Jam
|
Lama
His
|
TTV
|
VT
|
DJJ
|
Pengeluaran
Pervaginam
|
|
1
|
13-7-2011
17.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi
20”
|
TD:110/70mmHg
N
:80x/mnt
R
:20x/mnt
S
:36,5ᵒC
|
ᴓ
1cm
Portio
lunak
Penurunan
kepala.3/5
KK
:(+)
|
140x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
2
|
13-7-2011
17.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi
25”
|
-
|
-
|
140x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
3
|
13-7-2011
18.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi
25”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
4
|
13-07-2011
18.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi
25”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
5
|
13-07-2011
19.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi
25”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
6
|
13-07-2011
19.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi
25”
|
-
|
-
|
140x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
7
|
13-07-2011
20.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 20”
|
-
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
8
|
13-7-2011
20.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 20”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
Darah
|
|
9
|
13-7-2011
21.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 25”
|
TD120/80mmHg
N
:80x/mnt
R
:24x/mnt
S
:36ᵒC
|
ᴓ
3 cm
portio
lunak
penurunan
kepala 3/5 KK (+)
|
144x/mnt
|
Lendir
Darah
|
|
DATA
PERKEMBANGAN I Tanggal
13-7-2011 pukul 21.00 WIB
S
: Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering
O
: KU :
Baik
TTV : TD:
120/80mmHg
N :80x/mnt
R :24x/mnt
S :36,50C
DJJ : 144x/mnt
,Kontraksi : 3x/10 mnt durasi 25”
VT : Ø 3cm
portio lunak
penurunan kepala 3/5
KK (+)
Kontraksi : 3x/10 mnt durasi 25”
A : G1P0A0 umur 27 tahun,hamil 41 minggu ,janin
tunggal hidup intra uteri letak memanjang preskep,puki,penurunan
kepala 3/5 bagian Kala 1 fase laten
P
: Observasi Kemajuan
Persalinan,DJJ tiap 30 menit,TTV tiap 4jam ,VT
Tiap 4 jam sekali
Pemberian nutrisi
NO
|
Tgl/Jam
|
Lama
His
|
TTV
|
VT
|
DJJ
|
Pengeluaran
Pervaginam
|
||
1
|
13-7-2011
21.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 20”
|
TD120/80mmHg
N
:80x/mnt
R
:24x/mnt
S
:36ᵒC
|
ᴓ
3 cm
portio
lunak
penurunan
kepala 3/5 KK (+)
|
144x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
2
|
13-7-2011
21.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 25”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
3
|
13-7-2011
22.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
4
|
13-7-2011
22.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
5
|
13-7-2011
23.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
6
|
13-7-2011
23.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
7
|
14-7-2011
00.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
-
|
145x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
8
|
14-7-2011
00.30
WIB
|
4x/10mnt
durasi 30”
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
Darah
|
|||
9
|
14-7-2011
01.00
WIB
|
4x/10
mnt durasi 30”
|
TD130/80mmHg
N
:86x/mnt
R
:24x/mnt
S
:36,5ᵒC
|
ᴓ
4 cm
Portio
Lunak
Penurunan
Kepala
2/5
KK
(+)
|
146x/mnt
|
Lendir
Darah
|
||
Dorongan moril
Anjurkan Ibu mengosongkan kandung kemih sesering mungkin
Anjurkan ibu teknik relaksasi nafas panjang jika ada his
Dokumentasikan hasil asuhan
EVALUASI
Tanggal 14-07-2011 Pukul 21.05 WIB
1. Kemajuan Persalinan telah di
Observasi
2. Ibu sudah makan dan minum
sedikit
3. Ibu sudah berdoa dan ibu dan
keluarga sudah agak tenang
4. Ibu sudah mengosongkan kandung
kemih
5. Ibu sudah melakukan
teknik relaksasi ibu nafas panjang jika ada His
6. Partus set telah disiapkan
7. Hasil Asuhan telah
didokumentasikan
Kemajuan
Persalinan
DATA
PERKEMBANGAN II Tanggal
14-7-2011 pukul 01.00 WITA
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng semakin sering
dan sakit
O : KU :Baik
TTV :TD: 120/80mmHg
N :80x/mnt
R :24x/mnt
S :360C
DJJ : 146x/mnt
VT :Ø 4cm
Portio lunak
Penurunan Kepala 3/5
KK (+)
Kontraksi: 4x/10 mnt durasi 30”
A : G1P0A0 umur 27 tahun,hamil 41 minggu ,janin
tunggal hidup intra uteri letak memanjang
preskep,puki,penurunan kepala 3/5 bagian Kala 1 fase aktif laten
P : 1. Observasi Kemajuan Persalinan,DJJ tiap 30
menit,TTV tiap 4 jam Nadi tiap
30 menit ,VT
Tiap 4 jam sekali
2. Berikan
nutrisi pada Ibu
3. Beriakan
Ibu dorongan moril
4. Anjurkan Ibu mengosongkan kandung kemih sesering
mungkin
5. Anjurkan
ibu teknik relaksasi nafas panjang jika ada his
6. Dokumentasikan
hasil Asuhan
EVALUASI
Tangal 14-7-2011 Pukul 01.05 WITA
1. Kemajuan
Persalinan telah di Observasi
2. Ibu
sudah makan dan minum sedikit
3. Ibu
sudah berdoa dan ibu dan keluarga sudah agak tenang
4. Ibu
sudah mengosongkan kandung kemih
5. Ibu
sudah melakukan teknik relaksasi ibu nafas panjang jika ada
His
6. Hasi
Asuhan telah didokumentasiakan
Kemajuan
Persalinan
NO
|
Tgl/Jam
|
Lama
His
|
TTV
|
VT
|
DJJ
|
Pengeluaran
Pervaginam
|
1
|
14-7-2011
01.00
WIB
|
4x/10
mnt durasi 30”
|
TD:130/80mmHg
N
:86x/mnt
R
:24x/mnt
S
:36,5ᵒC
|
ᴓ
4 cm
Portio
Lunak
Penurunan
Kepala
2/5
KK
(+)
|
146x/mnt
|
Lendir
darah
|
2
|
14-72011
01.30
WIB
|
4x/10mnt
durasi 30”
|
N
:84x/mnt
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
darah
|
3
|
14-7-2011
02.00
WIB
|
4x/10mnt
durasi 30”
|
N
:86x/mnt
|
-
|
146x/mnt
|
Lendir
darah
|
4
|
14-7-2011
02.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
N
:86x/mnt
|
-
|
145x/mnt
|
Lendir
darah
|
5
|
14-7-2011
03.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
N
:80x/mnt
|
-
|
145x/mnt
|
Lendir
darah
|
6
|
14-7-2011
03.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
N
:80x/mnt
|
-
|
145x/mnt
|
Lendir
darah
|
7
|
14-7-2011
04.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
N
:84x/mnt
|
144x/mnt
|
Lendir
darah
|
|
8
|
14-7-2011
04.30
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
N
:80x/mnt
|
-
|
144x/mnt
|
Lendir
darah
|
9
|
14-7-2011
05.00
WIB
|
3x/10mnt
durasi 30”
|
TD:130/80mmHg
N
:86x/mnt
R
:24x/mnt
S
:36,8ᵒC
|
ᴓ
7cm
Portio
Lunak
Penurunan
Kepala
1/5
KK
(+)
|
140x/mnt
|
Lendir
darah
|
DATA
PERKEMBANGAN III Tanggal 14-7-2011
pukul 05.00 WITA
S
: Ibu mengatakan sudah tidak kuat menahan sakit
Ibu mengatakan khawatir karena anaknya tidak segera lahir
O
: KU : Cukup
TTV :
TD :130/90mmHg
N : 90x/mnt
R : 26x/mnt
S :36,8ᵒC
DJJ : 133x/mnt
Pemeriksaan dalam
VT : Ø : 7cm
Portio :
tipis
Presentasi :
Kepala
Penurunan Kepala :
2/5 bagian
UUK :
jam 12
Kontraks : 3 x dalam 10 menit durasi 20”
A :
G1P0A0 umur 27 tahun,hamil 41 minggu ,janin tunggal hidup intra uteri letak
memanjang preskep,puki,penurunan kepala 2/5 bagian Dalam
persalinan kala I face aktif dilatasi maksimal tidak maju.
P : a. Beritahu hasil pemeriksaan kepada
dokter
·
Kolaborasi dengan
dokter
Advice dokter :
Induksi persalinan ½ ampul (5 IU)Drip
dalam cairan infus D5%
·
Beri informe concent
sebagai bukti tertulis klien dan keluarganya menyetujui tindakan medis
yang akan dilakukan.
·
Melaksanakan advis
dr.Hendratmo.SpOG
5. Observasi Kemajuan Persalinan
6. Dokumentasikan hasil Asuhan
EVALUASI
Tanggal 14-7-2011 pukul 05.10 WITA
1. Hasil pemeriksaan telah
diberitahu kepada dokter
2. Telah dilakukan kolaborasi
dengan dokter
3. Informet concent telah di
berikan dan pasien menyetujui tindakan induksi
4. Advice dokter telah dilakukan
5. Kemajuan persalinan telah di
observasi
6. Hasil Asuhan telah
didokumentasikan
Tanggal/
jam
|
TTV
|
Induksi
|
His
|
DJJ
|
Cairan
|
Keterangan
|
|||
+/-
|
Frekuensi
|
Durasi
|
+/-
|
Frekuensi
|
|||||
14/7/11
05.10
|
TD:130/70
N:84
R:24
S:36
|
10
IU
|
+
|
3x/10mnt
|
40”
|
+
|
134x/mnt
|
D5
|
8tpm
|
14/7/11
05.40
|
+
|
4x/10mnt
|
40”
|
+
|
134x/mnt
|
D5
|
12tpm
|
||
14/7/11
06.10
|
+
|
4x/10mnt
|
40”
|
+
|
136x/mnt
|
D5
|
16tpm
|
||
14/7/11
06.40
|
+
|
4x/10mnt
|
45”
|
+
|
136x/mnt
|
D5
|
20tpm
|
||
14/7/11
07.10
|
+
|
4x/10mnt
|
50”
|
+
|
133x/mnt
|
D5
|
24tpm
|
DATA
PERKEMBANGAN IV
Tanggal 14-7-2011 pukul 07.10WITA
S : Ibu mengatakan kenceng-kenceng
semakin sering dan sakit, tersasa ingin BAB, ingin meneran
O
: KU : Cukup, kesadaran :Compos mentis
DJJ :133x/mnt
Inspeksi : Dorongan ingin meneran,tekanan anus
perineum menonjol
Vulva dan anus membuka
VT :Portio tidak teraba,ᴓ Lengkap,
ketuban pecah,penurunan kepala0/5 bagian, UUK jam 12
A
: G1P0A0 umur 27 tahun,hamil 41 minggu ,janin tunggal hidup
intra uteri letak memanjang preskep,puki,penurunan kepala 0/5
bagian Kala II dng induksi persalianan
P
: 1. Beritahu hasil pemeriksaan,
pada dokter,Ibu dan keluarga
2. Beri Nutrisi diantara dua his
3. Beri dukungan pada ibu dan keluarga anjurkan Ibu
berdoa
4. Menganjurkan Ibu untuk
memilih posisi yang nyaman untuk meneran
5. Pimpinan Ibu meneran
jika ada his
6. Pantau kemajuan persalinan
7. Beri dukungan moril pada
ibu dan keluarga,bahwa persalinananya akan lancar jika ibu menuruti apa yang
dianjurkan bidan
EVALUASI
Tanggal 14-7-2011 pukul 08.40 WITA
1.
Hasil pemeriksaan, pada dokter,Ibu dan keluarga
2.
Nutrisi telah di berikan diantara dua his
3. Dukungan pada ibu dan keluarga telah
diberikan dan ibu bersedia untuk berdoa
4. Ibu sudah memilih
posisi yang nyaman untuk meneran
5. Ibu telah dipimpin meneran
jika ada his
6. Kemajuan persalinan telah di
pantau
7. Dukungan moril pada ibu
dan keluarga telah di berikan,bahwa persalinananya akan lancar jika ibu menuruti
apa yang dianjurkan bidan
DATA
PERKEMBANGAN V Tanggal
14-7-2011 pukul 08.40 WITA
S
: Ibu mengatakan sudah lelah dan tidak kuat lagi untuk
mengejan
O
: KU : Lemah
VT : Ø Lengkap
KK : Pecah
TTV :TD :130/90mmHg
N
:86x/mnt
S
:37,5ᵒC
A
: NY.P G1P0A0 umur 27 tahun,hamil 41 minggu ,janin
tunggal hidup intra uteri letak memanjang preskep,puki,penurunan
kepala 0/5 bagian Kala II dengan Inertia Uteri
P
: 1. Beritahu
hasil pemeriksaan pada dokter
2. Kolaborasi dengan
dokter untuk tindakan Vaccum Ekstraksi
3. Beri Informet concent
pada ibu dan keluarga untuk tindakan Vacum Ekstraksi
4. Persiapkan
Perlengkapan Vaccum Ekstraksi
Persiapkan ibu dalam posisi litotomi.
Kosongkan kandung kemih dan rektum
Bersihkan vulva dan perineum dengan antiseptik
Beri infus
Siapkan alat-alat yang diperlukan
5.
Siapkan
Perlengkapan Kebutuhan Ibu dan Bayi
Kebutuhan I: bu : 1 stel
pakaian bersih 2 kain jarik dan underpath Kebutuhan
Bayi : 1 stel pakaian bayi berupa: gurita
,celana bayi/popok Sarung tangan dan kaki 2 buah gedong, topi bayi
Injeksi Vit K
EVALUASI
Tanggal 14-7-2011 Pukul 10.00 WITA
1. Hasil pemeriksaan telah
diberitahukan kepada dokter
2. Telah dilakukan kolaborasi
dengan dokter untuk tindakan Vaccum Ekstraksi
3. Pasien menyetujui Tindakan Vacum
Ekstraksi
4. Persiapan Vaccum
Ekstraksi telah disiapkan dan Vacum Ekstraksi telah berjalan dengan
lancer
5. Perlengkapan Ibu
dan Bayi telah disiapkan.
6. Ibu sudah dibersihkan dan sudah
di pakaikan baju,dan anak telah dipakaikan baju,gedong dan sudah dihangatkan
DATA
PERKEMBANGAN VI Tanggal 14-7-2011
Pukul 10.00 WITA
S
: Ibu mengatakan sudah lega dan senang atas
kelahiran bayinya
O : KU : Cukup
TTV : TD : 130/70mmHg
N :80x/mnt
R:20x/mnt
S:37,5ᵒC
A : NY.P
G1P0A0 umur 27 tahun post Vaccum Ekstraksi
P
: 1. Observasi KU
dan TTV
2. Berikan makan dan
minum
3. Berikan terapi Sesuai advis dokter
clinek 3x1
vocefa 2x1
Pospargin 3x1
Milmor 3x1
Negobion 1x1
EVALUASI tanggal
14-10-2011 pukul 10.00 WITA
KU : Cukup
TTV : TD : 130/70mmHg
N :80x/mnt
R:20x/mnt
S:37,5ᵒC
Ibu bersedia makan dan minum
Ibu bersedia minum obat yang
telah di berikan bidan
Bayi telah lahir dengan Vaccum Ekstraksi Pada Tanggal
14-7-2011 Pukul 10.00 WITA, BB :3150gr
PB : 50cm , APGAR SCORE 7/8/9
Plasenta Lahir spontan Jam 10.05 WIB
kesan lengkap,perdarahan ± 200 cc Heating Perinium Derajat
III
PENILAIAN APGAR SCORE
Kategori
|
1
Menit
|
5
Menit
|
10
Menit
|
1.
Warna kulit
|
2
|
2
|
2
|
2.
Frekuensi nadi
|
1
|
2
|
2
|
3.
Reaksi rangsangan
|
2
|
1
|
2
|
4.
Tonus otot
|
1
|
2
|
2
|
5.
Pernafasan
|
1
|
1
|
1
|
Jumlah
|
7
|
8
|
9
|
Kala IV
Tanggal
: 14-7-2011
Jam : 10.20 ( 2 jam PP)
TFU
: 2 jari dibawah pusat
Kontraksi
uterus : baik
Perdarahan :
sedikit (±50 cc)
Tanda-tanda vital
: TD:
130/70 mmHg
N: 80 x/mnt
S:
375°C
R:
20x/mnt
EVALUASI
Catatan perkembangan masa nifas (6 jam PP)
Tanggal : 14-7-2011
Jam : 16.20 WITA
S
: Ibu mengatakan perut terasa mules, mengeluh
keluar darah sedikit
O :
TD: 130/70
mmHg
S: 368 °C
N: 80x/menit R:
20x/menit
TFU: 2 jari bawah pusat
Kontraksi : baik, teraba
keras dan globuler
Perdarahan : 50 cc
Luka jahitan : masih basah, bersih dikompres betadin
A :
P1 6 jam PP
P :
- Jelaskan hasil pemeriksaan kepada
pasien
TD: 130/80
mmHg
S: 368 °C
N: 80x/menit
R: 20x/menit
TFU: 1 jari bawah pusat
Kontraksi: baik, teraba keras dan globuler
Perdarahan : 50 cc
- Berikan KIE tentang:
- mobilisasi dini
-
personal hygiene
- nutrisi
- tanda bahaya
nifas
Jenis
Ketrampilan :EKSTRAKSI
VAKUM
Lahan
Praktek : ………………………………............Tanggal : ………………………..........
KOMPONEN
|
NILAI
|
||
|
|
|
|
1
|
2
|
3
|
|
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK
|
|
|
|
Pelajari
untuk memastikan bahwa ditemukan keadaan yang merupakan indikasi dan syarat
ekstraksi vakum :
·
Presentasi kepala –
posisi, sutura sagitalis, U2 kecil
·
Pembukaan serviks
lengkap
·
Penurunan kepala pada
stasion 0 atau tidak lebih dari 2/5 di atas sympisis
|
|
|
|
PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN
|
|
|
|
-
Pasien
|
|
|
|
-
Penolong
|
|
|
|
-
Bayi
|
|
|
|
PENCEGAHAN INFEKSI SEBELUM TINDAKAN
|
|
|
|
TINDAKAN SEBELUM MELAKUKAN EKSTRAKSI VAKUM
|
|
|
|
1.
Cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering dan bersih
atau pengering udara
|
|
|
|
2.
Pakai sarung tangan
desinfeksi tingkat tinggi pada kedua tangan
|
|
|
|
3.
Bersihkan vulva
sekitarnya dengan larutan antiseptic
|
|
|
|
4.
Lakukan kateterisasi
urin bila penuh
|
|
|
|
5.
Periksa apakah semua
bagian dari ekstraktor vakum telah tersambung dengan baik dan cek kemampuan
ekstraktor vakum pada tangan yang bersarung tangan
|
|
|
|
6.
Periksa persiapan
untuk menolong bayi
|
|
|
|
7.
Lakukan pemeriksaan
dalam untuk :
·
Memastikan terpenuhinya persyaratan
ekstraksi vakum
·
Menilai sutura sagitalis dan menentukan
letak ubun-ubun kecil
|
|
|
|
PEMASANGAN MANGKOK VAKUM
|
|
|
|
1.
Masukkan mangkok
vakum melalui introitus vagina secara miring, dan setelah melewati introitus
pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi mangkok tidak terpasang pada
bagian yang tidak rata/ moulage di daerah ubun- ubun kecil)
|
|
|
|
2.
Dengan jari tengah
dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan jari tengah dan
telunjuk tangan yang lain, lakukan pemeriksaan di sekeliling tepi mangkok
untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang terjepit diantara
mangkok dan kepala
|
|
|
|
3.
Lakukan episiotomi,
bila diperlukan, agar mangkok terpasang dengan benar
|
|
|
|
4.
Setelah hasil
pemeriksaan baik, keluarkan jari tangan kanan dan jari tangan kiri penahan
mangkok tetap pada posisinya
|
|
|
|
5.
Instruksikan asisten
untuk menurunkan tekanan membuat tekanan negatif (dalam mangkok) secara
bertahap
|
|
|
|
6.
Pompa tekanan hingga
mencapai -0,2 kg/cm², periksa ulang pemasangan mangkok vakum, kemudian
naikkan hingga -0.6 kg/cm² (menaikkan tekanan tunggu tiap 2 menit)
·
Ingat: jangan gunakan
tekanan maksimal pada kepala lebih dari 8 menit
|
|
|
|
7.
Sambil menunggu
adanya his, jelaskan pada pasien bahwa pada puncak his, pasien harus mengedan
sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut menggunakan lipat siku agar
tekanan abdomen menjadi lebih efektif
|
|
|
|
PENARIKAN
|
|
|
|
1.
Pada puncak his,
minta pasien untuk mengedan, secara simultan lakukan penarikan mangkuk vakum
dengan pengait dengan arah sesuai sumbu panggul dan tegak lurus terhadap
mangkok. Letakkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri di batas tepi
mangkok dengan kulit kepala bayi (untuk meraba kemungkinan mangkok terlepas
dan menilai penurunan kepala) dan ibu jari di atas mangkok bagian anterior
(untuk menekan mangkok bila akan terlepas)
|
|
|
|
2.
Minta asisten untuk
memeriksa denyut jantung janin
·
Bila belum berhasil
pada tarikan pertama ulangi kembali pada tarikan kedua. Episiotomi (pada
perinium yang kaku) dapat dilakukan pada saat kepala mendorong perinium dan
tidak masuk kembali
·
Bila dilakukan
tarikan ketiga dengan benar dan kepala bayi tidak turun, sebaiknya dilakukan
rujukan pasien
·
Bila pada penarikan
ternyata mangkok terlepas hingga dua kali, lakukan rujukan pasien
·
Lakukan tarikan
dengan ekstraktor vakum maksimal 25 menit
|
|
|
|
3.
Saat suboksiput
berada dibawah simpisis, arahkan tarikan ke atas hingga berturut-turut lahir
dahi, muka, dan dagu
|
|
|
|
4.
Lepaskan mangkok
vakum setelah kepala lahir dengan melepaskan tekanan negatif.
|
|
|
|
MELAHIRKAN BAYI
|
|
|
|
1.
Kepala bayi dipegang
biparietal, gerakkan kebawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakkan
keatas untuk melahirkan bahu belakang, dilanjutkan dengan “hand manuver” untuk melahirkan badan
dan kaki
|
|
|
|
2.
Bersihkan muka
(hidung dan mulut) dengan kain bersih, letakkan bayi pada perut ibu,
keringkan kepala dan badan, potong tali pusat dan serahkan bayi pada ibu
untuk disusui/ IMD
|
|
|
|
MELAHIRKAN PLASENTA
|
|
|
|
1.
Berikan suntikan
Oksitosin 10 IU intramuskuler
|
|
|
|
2.
Lakukan tarikan tali
pusat terkendali, lahirkan plasenta dengan menarik tali pusat ke arah bawah
serta tangan yang lain ke arah dorso kranial
|
|
|
|
3.
Lakukan masase fundus
uteri untuk merangsang kontraksi uterus
|
|
|
|
4.
Periksa kelengkapan
plasenta (perhatikan adanya bagian yang lepas atau tidak lengkap)
|
|
|
|
5.
Masukkan plasenta
kedalam tempat yang telah disediakan
|
|
|
|
EKSPLORASI JALAN LAHIR
|
|
|
|
1.
Perhatikan dan
periksa apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomi atau robekan
dinding vagina di tempat lain
|
|
|
|
2.
Pasang spekulum Sim’s
, ambil 2 buah klem ovum, lakukan penjepitan secara bergantian ke arah
samping serta searah jarum jam dan perhatikan ada tidaknya robekan pada
porsio
|
|
|
|
3.
Bila terdapat
robekan, lakukan penjahitan. Bila dilakukan episiotomi, lakukan perbaikan
luka episiotomi.
|
|
|
|
PENCEGAHAN INFEKSI PASCA TINDAKAN
|
|
|
|
1.
Sebelum melepaskan
sarung tangan, kumpulkan dan buang kasa, sampah lain yang telah dipakai pada
tempat yang telah disediakan atau kantong plastic
|
|
|
|
2.
Masukkan selang
karet, mangkok dan penarik ekstraktor vakum dalam larutan chlorin 0,5% untuk
dekontaminasi
|
|
|
|
3.
Bilas dan bersihkan
sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dan rendam
dalam larutan tersebut
|
|
|
|
4.
Cuci tangan
menggunakan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk kering dan bersih
atau pengering udara
|
|
|
|
PERAWATAN PASCA TINDAKAN
|
|
|
|
1.
Periksa kembali tanda
vital pasien, lakukan tindakan dan berikan instruksi lebih lanjut bila
diperlukan
|
|
|
|
2.
Catat kondisi pasien
pasca tindakan dan buat laporan tindakan dalam kolom/ formulir yang tersedia
dalam status pasien
|
|
|
|
3.
Tegaskan pada petugas
yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan perawatan serta
melaporkan segera bila pada pemantauan lanjut terdapat perubahan yang harus
diwaspadai
|
|
|
|
2 komentar:
blh kan gw cofy
silahkan...
Posting Komentar