TUGAS : ASKEB LANJUT II
DOSEN : PESTA CORY SIHOTANG,Dipl.Mid,S.KM,M.Kes
PENETALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN
SEROTINUS
DISUSUN OLEH :
·
HAJRAH
·
NUR INDAH
DIV KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES RI
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm adalah usia kandungan
antara 38-42 minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal.
Namun, sekitar 3,4-14% atau rata-rata 10% kehamilan berlangsung sampai 42
minggu atau lebih. Angka ini bervariasi dari bebearpa penelitian bergantung
pada kriteria yang dipakai.
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294
hari atau 42 minggu lengkap dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut
rumus Neagle dengan siklus haid rata-rata 28 hari dan belum terjadi persalinan.
Kehamilan lewat waktu merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, di
mana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Diagnosis usia kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti rumus
Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial.
Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi
daripada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum,
intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia.
Kehamilan postterm terutama berpengaruh terhadap janin,
meskipun hal ini masih banyak diperdebatkan dan sampai sekarang masih belum ada
persesuaian paham. Dalam kenyataannya kehamilan postterm mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan janin sampai kematian janin. Ada janin yang dalam masa kehamilan
42 minggu atau lebih berat badannya meningkat terus, ada yang tidak bertambah,
ada yang lahir dengan berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal dalam
kandungan karena kekurangan zat makanan dan oksigen.
Kehamilan postterm mempunyai hubungan erat dengan
mortalitas, morbiditas perinatal, atau makrosomia. Sementara itu, risiko bagi
ibu dengan kehamilan postterm dapat berupa perdarahan pascapersalinan ataupun
tindakan obstetrik yang meningkat. Berbeda dengan angka kematian ibu yang
cenderung menurun, kematian perinatal tampaknya masih menunjukkan angka yang
cukup tinggi, sehingga pemahaman dan penatalaksanaan yang tepat terhadap
kehamilan postterm akan memberikan sumbangan besar dalam upaya menurunkan angka
kematian, terutama kematian perinatal.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
LANDASAN TEORITIS
A. Persalinan Postterm
Pengertian
·
Persalinan postterm adalah persalinan melampaui umur hamil
42 minggu dan pada janin terdapat tanda postmaturitas (Manuaba, 2007).
·
Definisi standar untuk kehamilan dan persalinan lewat bulan
adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah
ovulasi. Istilah lewat bulan (postdate) digunakan karena tidak menyatakan
secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan maturitas janin ( Varney
Helen, 2007).
·
Persalinan postterm menunjukkan kehamilan berlangsung sampai
42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo,
2008).
Etiologi
·
Etiologi belum diketahui secara pasti namun faktor yang
dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun
kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin
berkurang. Faktor
lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu
keluarga tertentu (Rustam, 1998).
·
Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron,
peningkatan oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim
semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi
sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998).
·
Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar
esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. Faktor hormonal yaitu kadar
progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. Factor lain adalah hereditas,
karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
·
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya
dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%. Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi, yaitu 30% prepartum, 55% intrapartum, dan 15%
postpartum.
Beberapa
faktor penyebab kehamilan lewat waktu adalah sebagai berikut :
- Kesalahan dalam penanggalan, merupakan penyebab yang paling sering.
- Tidak diketahui.
- Primigravida dan riwayat kehamilan lewat bulan.
- Defisiensi sulfatase plasenta atau anensefalus, merupakan penyebab yang jarang terjadi.
- Jenis kelamin janin laki-laki juga merupakan predisposisi.
- Faktor genetik juga dapat memainkan peran.
Patofisiologi
Pada
kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan
adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2
sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim (Manuaba,
1998).
Sindroma
postmaturitas yaitu kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh panjang
dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang,
tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. Fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 34-36 minggu dan setelah itu terus mengalami
penurunan. Pada kehamilan postterm dapat terjadi penurunan fungsi plasenta
sehingga bisa menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami
insufisiensi maka janin postterm dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan
menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia bahu.
Sebab Terjadinya Kehamilan Postterm
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan,
sampai saat ini sebab terjadinya kehamilan postterm sebagai akibat gangguan
terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut :
Penurunan hormon progesteron dalam kehamilan dipercaya
merupakan kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga bahwa terjadinya kehamilan postterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesterone.
Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan pada
kehamilan postterm memberi kesan atau dipercaya bahwa oksitosin secara
fisiologis memegang peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan
pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia
kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu faktor penyebab kehamilan
postterm.
Dalam teori ini diajukan bahwa “pemberi tanda” untuk
dimulainya persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar
kortisol plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga
produksi progesteron berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat bawaan
janin seperti anensefalus, hipoplasia adrenal janin, dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus
Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan di mana tidak
ada tekanan pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek
dan bagian bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang
mengalami kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip Cunningham,
menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan postterm saat
melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuannya akan
mengalami kehamilan postterm.
|
Resiko
Risiko kehamilan lewat waktu antara lain adalah gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, sampai kematian janin dalam rahim. Resiko gawat
janin dapat terjadi 3 kali dari pada kehamilan aterm. Kulit janin akan menjadi
keriput, lemak di bawah kulit menipis bahkan sampai hilang, lama-lama kulit
janin dapat mengelupas dan mengering seperti kertas perkamen. Rambut dan kuku
memanjang dan cairan ketuban berkurang sampai habis. Akibat kekurangan oksigen
akan terjadi gawat janin yang menyebabkan janin buang air besar dalam rahim
yang akan mewarnai cairan ketuban menjadi hijau pekat. Pada saat janin lahir
dapat terjadi aspirasi (cairan terisap ke dalam saluran napas) air ketuban yang
dapat menimbulkan kumpulan gejala MAS (meconeum aspiration syndrome). Keadaan
ini dapat menyebabkan kematian janin. Komplikasi yang dapat mungkin terjadi
pada bayi ialah suhu yang tidak stabil, hipoglikemia, polisitemia, dan kelainan
neurologik. Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu,
antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan
moulding (moulage) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
Manifestasi
Klinis
- Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit.
- Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
- Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
Stadium I : kulit kehilangan verniks
kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah
mengelupas.
Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan
mekonium (kehijauan) di kulit.
Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada
kuku, kulit dan tali pusat.
Menurut
Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah :
- Terhadap Ibu :
Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi
uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri,
dan perdarahan postpartum.
- Terhadap Bayi :
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali
lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan
janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42
minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak,
distosia bahu, janin besar, moulage.
Tanda
bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998), yaitu :
|
Diagnosis
Tidak
jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan diagnosis kehamilan
postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur kehamilan, bukan
terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan sebagai kehamilan
postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan
postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis
kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus Naegele setelah
mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada keraguan, maka
pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan memberikan
informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang mungkin
ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang jarang.
Dalam
menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari riwayat haid, sebaiknya
dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilanlewat waktu,
antara lain :
|
Pemeriksaan
Penunjang
Menurut
Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia kehamilan,
oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau
tidaknya gawat janin.
Menurut
Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti
pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran
perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti :
- Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
- Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan Ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI), ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
- Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
- Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).
Kematangan
serviks tidak bisa dipakai untuk menentukan usia kehamilan. Yang paling
penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin,
karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan
keadaan janin dapat dilakukan :
- Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan
tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas
98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik.
- Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal
rata-rata 7 kali/20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal
rata-rata 10 kali/20 menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian
banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG (normal > 1 cm/bidang)
memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion, maka
kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
- Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin
keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung
mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.
Tatalaksana
Perlu
kita sadari bahwa persalinan adalah saat paling berbahaya bagi janin postterm
sehingga setiap persalinan kehamilan posterm harus dilakukan pengamatan ketat
dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan
perawatan neonatal yang memadai.
Prinsip
dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan pengakhiran
kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil pemeriksaan
kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score).
Ada
beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :
- Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
- Induksi dengan oksitosin.
- Bedah seksio sesaria.
The
American College of Obstetricians and Gynecologist mempertimbangkan bahwa kehamilan
postterm (42 minggu) adalah indikasi induksi persalinan. Penelitian menyarankan
induksi persalinan antara umur kehamilan 41-42 minggu menurunkan angka kematian
janin dan biaya monitoring janin lebih rendah.
Dalam
mengakhiri kehamilan dengan induksi oksitosin, pasien harus memenuhi beberapa
syarat, antara lain kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal,
tidak ada disproporsi sefalopelvik, janin presentasi kepala, serviks sudah
matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai membuka). Selain itu,
pengukuran pelvik juga harus dilakukan sebelumnya.
Table
1. Skor
Bishop
0
|
1
|
2
|
3
|
|
Pendataran
serviks
|
0-30%
|
40-50%
|
60-70%
|
80%
|
Pembukaan
serviks
|
0
|
1-2
|
3-4
|
5-6
|
Penurunan
kepala dari Hodge III
|
-3
|
-2
|
-1,
0
|
+1,
+2
|
Konsistensi
serviks
|
Keras
|
Sedang
|
Lunak
|
|
Posisi
serviks
|
Posterior
|
Searah
sumbu jalan lahir
|
Anterior
|
|
|
Tatalaksana
yang biasa dilakukan ialah induksi dengan Oksitosin 5 IU. Sebelum dilakukan
induksi, pasien dinilai terlebih dahulu kesejahteraan janinnya dengan alat KTG,
serta diukur skor pelvisnya. Jika keadaan janin baik dan skor pelvis > 5,
maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan dengan
Oksitosin 5 IU dalam infus Dextrose 5%. Tetesan infus dimulai dengan 8
tetes/menit, lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul
his yang adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap
diperhatikan karena dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his
adekuat, tetesan infus dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus
pertama habis dan his adekuat belum muncul, dapat diberikan infus drip
Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat yang diharapkan tidak muncul, dapat
dipertimbangkan terminasi dengan seksio sesaria.
Tindakan
operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
- Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
- Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
- Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada
kehamilan yang telah melewati 40 minggu dan belum menunjukkan tanda-tanda
inpartu, biasanya langsung segera diterminasi agar resiko kehamilan dapat
diminimalis.
Komplikasi
1.
Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada
kehamilan serotinus yaitu :
1)
Plasenta
·
Kalsifikasi
·
Selaput vaskulosinsisial menebal dan jumlahnya berkurang
·
Degenerasi jaringan plasenta
·
Perubahan biokimia
2)
Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus
lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
3) Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin
bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam
kandungan.
2.
Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada
kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada
bayi seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
3. Menurut Achdiat (2004), komplikasi
yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi
yang terjadi seperti kelainan kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat
janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin
terlambat, kelainan jangka panjang pada bayi.
Pencegahan
Pencegahan
dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4
kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1
kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester
ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan
dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan
7-8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu
dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya
kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti
yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat.
Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir
seorang (calon) ibu itu.
Pengelolaan
selama persalinan adalah :
•
Pemantauan yang baik terhadap ibu
( aktivitas uterus ) dan kesejahteraan janin. Pemakaian continous electronic
fetal monitoring sangat bermanfaat
•
Hindari penggunaan obat penenang
atau analgetika selama persalinan.
•
Awasi jalannya persalinan
•
Persiapan oksigen dan bedah sesar bila
sewaktu-waktu terjadi kegawatan janin
•
Cegah terjadinya aspirasi mekoneum
dengan segera mengusap wajah neonatus dan
penghisapan pada tenggorokan saat kepala lahir
dilanjutkan resusitasi sesuai prosedur pada janin dengan
cairan ketuban bercampur mekoneum.
•
Pengawasan ketat terhadap neonatus
dengan tanda-tanda postmaturitas
Skill
·
Terhadap ibu : Langkah-langkah tindakan induksi
·
Terhadap bayi : Langkah- langkah penanganan Asfiksia bayi
baru lahir
PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN INTRANATAL
PATOLOGI
PADA
NY “S”
DENGAN KEHAMILAN SEROTINUS
DI RSUD
SYEKH YUSUF GOWA MAKASSAR
TANGGAL
23 AGUSTUS 2012
No.Register : 449/10
Tgl.Masuk : 22 Agustus 2012, jam 15.50 wita
Tgl.Pengkajian : 23 Agustus 2012, jam 22.00 wita
Tgl.Partus : 23 Agustus 2012, jam 01.00 wita
LANGKAH
I.
IDENTIFIKASI DATA DASAR
A. IDENTITAS ISTRI / SUAMI
Nama : Ny “S”
/ Tn “A”
Umur : 25 tahun / 26 tahun
Suku : Mksr / Mksr
Agama : Islam
/
Islam
Pendidikan : SMP/SMA
Pekerjaan : IRT/ Wiraswasta
Alamat : BTN
Duta Mas
DATA SUBJEKTIF (S)
1) Ibu mengatakan
kehamilannya yang pertama
2) Ibu mengatakan
hari pertama haid terakhir tanggal 06-10-2011
3) Ibu mengatakan
haid teratur setiap 28-30 hari, lamanya 5-7 hari, menarche 14 tahun, tidak ada
riwayat dismenorhe
4) Ibu mengatakan
tidak pernah menjadi akseptor KB sebelum kehamilan ini
5) Selama hamil
nafsu makan ibu baik dan tidak ada makanan pantangan
6) Ibu mengatakan
tidak nyeri perut hebat selama hamil
7) Selama hamil nafsu makan ibu
baik dan tidak ada makanan pantangan
8) Ibu mengatakan tidak pernah
nyeri perut hebat selama hamil
9) Ibu mengeluh nyeri perut
tembus ke belakang sejak tanggal 22 Agustus 2012
10) Ibu mengatakan tidak nyaman
akibat nyeri
11) Ibu mengatasi daerah perut
dengan mengurut-urut daerah bokong
DATA OBJEKTIF (O)
1)
Nampak
pembesaran perut dengan stiae albicans
2)
GI
P0 A0
3)
HTP
tanggal 13-07-2012
4)
Tanda-tanda
vital:
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernapasan : 24x/menit
5)
Palpasi
abdomen:
leopold I =
TFU 3 jrbpx (31 cm)
leopold II = PU-KA
leopold III = kepala
leopold IV = BDP
6)
Pukul 22.10 wita HIS 4x /10 menit, durasi 30-35’ DJJ 138x/menit,
Pukul 22.40 wita
His 4x /10 menit, durasi 30-35’
DJJ 138x/menit, N :84x/menit,
Pukul 23.10 wita
His 4x /10 menit, durasi 30-35’
DJJ 138x/menit, N :84x/menit
Pukul 23.40 wita
His 4x /10 menit, durasi 30-35’
DJJ 138x/menit, N :84x/menit
Pukul 00.10 wita
His 4x /10 menit, durasi 30-35’
DJJ 138x/menit, N :84x/menit
7)
Tidak
ada oedema dan varices pada tungkai bawah
8)
VT:
jam 22.10 wita
-
Vulva
dan vagina tak ada kelainan
-
Portio
lunak dan tipis
-
Pembukaan
6 cm
-
Ketuban
utuh
-
Presentase
kepala
-
Penurunan
HII-HIII
-
Molase
tidak ada
-
Penumbungan
tidak ada
-
Penggul
terkesan normal
-
Pelepasan
lender
9)
DataPenunjang
PemeriksaanUSG : gestasi 43 minggu 4 hari,persentase
kepala, PU-KA, intra uterin, tunggal, hidup, keadaan janin baik
ASSESMENT (A)
DIAGNOSA: GI P0 A0, gestasi 43 minggu
4 hari,persentase kepala, PU-KA, intra uterin, tunggal, hidup, keadaan ibu dan
janin baik, kala 1 fase aktif.
PLANNING (P)
Tanggal 23 Agustus 2012
1)
Menjelaskan
penyebab nyeri yang dirasakan oleh ibu, yaitu karena tekanannya ujung-ujung
sewaktu uterus (corpus) berkontraksi dan tegangnya segmen bawah rahim (SBR).
2)
Mengajarkan
pada ibu cara relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraski dengan cara
menarik nafas melalui hidung dan menghembuskan secara perlahan melalui mulut
3)
Memberi
tahu ibu hasil pemeriksaan
4)
Memberi
intake cairan dan makanan pada ibu
5)
Mengajarkan
ibu untuk miring ke salah satu sisi dan berjalan-jalan
6)
Mengobservasi
kemajuan persalinan HIS 4x10 /menit, durasi 30-35
DJJ 138x/menit
Melakukan pemeriksaan dalam
jam 23.50 wita
Vulva dan vagina tak ada
kelainan
Portio tidak teraba
Pembukaan 10 cm
Ketuban utuh
KALA II
DATA SUBJEKTIF (S)
1)
Ibu
mengatakan ingin BAB dan ada tekanan pada anus
2)
Ibu
mengatakan ada orongan untuk meneran
3)
Ibu
mengataakan sakitnya bertambah kuat tembus ke belakang
DATA OBJEKTIF (O)
1)
Perineum
menonjol, vulva dan anus membuka
2)
VT
jam 00.40 wita
a.
Vulva
dan vagina tak ada kelainan
b.
Portio
tidak teraba
c.
Pembukaan
10 cm
d.
Ketuban
Mekonium
e.
Presentase
kepala
f.
Penurunan
HIV
g.
Molase
tidak ada
h.
Penumbungan
tidak ada
i.
Penggul
terkesan normal
j.
Pelepasan
lendir
3) Pukul 00.40 wita
His 4x /10 menit, durasi 35-40’
DJJ 138x/menit, N :84x/menit
4)
DJJ
140x/menit kuat dan teratur
5)
Keadaan
umum ibu baik
6)
Tampak
ibu ingin meneran
ASSESMENT (A)
Perlangsungan
kala II
PLANNING (P)
Tanggal 23 Agustus 2010
1)
Kolaborasi dengan dokter anak untuk persiapan penanganan
asfiksia
2)
Menyiapkan
perlengkapan untuk menolong
-
Bak
partus berisi:
o
2
buah klem
o
1
buah setengah koher
o
1
buah kateter logam
o
1
buah gunting tali pusat
o
1
pasang handscoem
o
Duk
steril
o
Kasa
steril
o
Pengikat
tali pusat
o
Spoit
steril 3 cc berisi 1 amp injek/IM
-
Larutan
klorin 0,5 % dan iar DTT
-
Tempat
sampah (basah dan kering)
-
Tempat
plasenta
-
Pakaian
ibu dan bayi
-
Persiapan
penolong
o
Memakai
celemek
o
Membuka
semua perhiasan
o
Membersihkan
sabun dan membilasnya dengan air bersih yang mengalir kemudian mengeringkan
dengan handuk
o
Memasang
hanscoend
3)
Mengajarkan
pada ibu cara meneran yang baik, yaitu meneran pada puncak his sambil menarik
kedua paha, siku menyentuh tempat tisur, posisi kepala diangkat kedepan (diberi
posisi setengah duduk)
4)
Memberi
minum dan makanan
5)
Memasang
handuk diatas perut ibu
6)
Memasang
kain bersih atau steril 1/3 dibawah bokong ibu
7)
Memimpin
persalinan, menyokong, menahan puncak kepala agar tidak terjadi defleksi
terlalu cepat
8)
Membersihkan
mulut, hidung, dan bayi dengan ghas steril
9)
Memeriksa
lilitan tali pusat
Hasil : tidak ada ;lilitan tali pusat
10) Menunggu kepala janin
malakukan putaran paksi luar secara spontan
11) Melahirkan bahu dengan
menggunakan ke dua tangan depan/antrior, lalu tarik kebawah dengan hati-hati
melahirkan bahu belakang/posterior
Hasil : bahu lahir normal
12) Melahirkan bada bayi dengan
sanggah susur
Hasil : bayi lahir spontan PBK, tanggal 23 agustus
2010, jenis kelamin perempuan, BB 3000.
PB 50 cm. AS 8/10
13) Menjepit tali pusat ±3 cm dari pangkaal pusat, jepit kedua ± 2 cm
dari jepitan pertama lalu potong tali pusat diantara kedua klem tersebut
14) Mengikat ali pusat dan
membungkus badan bayi dengan kain yang bersih dan kering
KALA III
DATA SUBJEKTIF (S)
Ibu
mengeluh nyeri perut bagian bawah
DATA OBJEKTIF (O)
1)
Anak
lahir tidak segera menangis
PBK tgl 23 agustus 2010, jenis kelamin perempuan, BB 3000, PB 50, AS 6/10
2)
Kontraksi
uterus baik (bundar dan keras)
3)
TFU
setinggi pusat
4)
Plasenta belum lahir
5)
Tali
pusat memanjang
ASSESMENT (A)
Perlangsungan
kala III, Bayi asfiksia
PLANNING (P)
1)
Melakukan resusitas bayi baru lahir
Hasil : Resusitas
berhasil A/S 8/10
2)
Memeriksa
uterus untuk memastikan janin tunggal atau ganda
Hasil: tunggal
3)
Melakukan
manejemen aktif kala III
a.
Menyuntik
oxcitocin 1 amp/im
b.
Melakukan
PTT dengan cra tangan kanan meregangkan tali pusat saat ada kontraksi , tangan
kiri menekan di atas sympisis secara dorso-kranial
c.
Melahirkan
plasenta dengan cara menarik searah sumbu jalan lahir, memudahkan memegang
dengan kedua tangan dan memutarnya sesuai kurva jalan lahir untuk mencegah
perdarahan
Hasil:
plasenta lahir jam
d.
Melakukan
masase fundus uteri dengan palmar dan mengajarkan pada ibu
4)
Memeriksa
plasenta
Hasil: kotiledon dan
selaput ketuban lahir lengkap, insersi tali pusat marginalis, panjangnya ±50 cm
5)
Memasukkan
plasenta pada tempat yang telah disediakan
KALA
IV
DATA SUBJEKTIF (S)
Ibu mengeluh kelelahan
DATA OBJEKTIF (O)
1)
plasenta
dan selaput ketuban lahir lengkap jam 01.35 wita
2)
TFU
1 jari bpst
3)
Perdarahan
± 100 cc
4)
Ibu
nampak lelah setelah proses persalinan
ASSESMENT (A)
Perlangsungan
kala IV
PLANNING (P)
Tanggal 23 Agustus 2010
1)
Memeriksa
jalan lahir
Hasil: tidak ada ruptur
perineum
2)
Mengobservasi
kontraksi uterus
Hasil: uterus teraba bundar
dan keras
3)
Mengobservasi
TFU
Hasil: TFU teraba 1 jr bpst
4)
Mengobservasu
perdarahan
Hasil: perdarahan ± 100 cc
5)
Mengobservasi
tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Suhu : 36,5°C
Pernapasan : 24x/menit
6)
Memberikan
makanan dan minuman pada ibu yang dibantu oleh keluarganya
Hasil: ibu makan makanan
yang telah diberikan
7)
Menciptakan
rasa nyaman pada ibu dengan cara membersihkan ibu dari sisa-sisa darah, air
ketuban dan mengganti pakaian ibu
8)
Memberikan
bayi pada ibu untuk disusui
9)
Melengkapi
partograf
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba.
2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran :EGC
Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YayasanBina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Institusi DEPKES RI
Prawiroharjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
_____. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YayasanBina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta: Institusi DEPKES RI
Sulaiman S
dkk.2004.Obstetri patologi.Jakarta:EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar