T ugas : Askeb
Lanjut I (PNC)
Penatalaksanaan abortus
OLEH : harlinda
KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEknIK
KESEHATAN MAKASSAR
DIV
KEBIDANAN TAHUN 2012
PENATALAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN DENGAN ABORTUS
A.
PENGERTIAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin lebih dari 500 gram. Abortus yang
berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan, sedangkan abortus dengan
sengaja dilakukan tindakan disebut abortus provokatus. (Prawiroharjo, S, 2008,
hal 460 ).
Bentuk abortus dibagi
menurut terjadinya abortus spontan ( abortus provokatus, kriminalis, medisinalis)
dan menurut bentuk klinis (abortus iminens, abortus insipiens, abortus
inkompkletus, abortus habitualis, abortus yang tertahan(missed
abortion),abortus infeksiosus.( Manuaba, I, 2008, hal 58).
1. Abortus
provokatus (indoset abortion) adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat, ini terbagi menjadi dua:
a. Abortus
provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar indikasi
medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus
provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi
yang dilakukan dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual
di luar perkawinan.
2. Abortus komplet.
Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
3. Abortus
Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih
ada yang tertinggal
4. Abortus
Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks
yang telah mendatar, sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam
rahim.
5. Abortus
Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam,
sedangkan jalan lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam
rahim
6. Missed
Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih dalam kandungan
7. Abortus
Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
8. Abortus Infeksiosus
Abortus yang disertai infeksi genital.
B.
ETIOLOGI
Penyebab abortus ( early
pregnancy loss ) bervariasi dan sering diperdebatkan. umumnya lebih dari
satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya adalah sebagai berikut.
Penyebab terjadinya abortus antara lain:
- Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi virus.
- Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun.
- Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma.
- Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim.
C.
PATOLOGI
Abortus terjadi karena adanya perdarahan desidua basalis yang berdampak terjadi nekrosis jaringan sekitar sehingga
sebagian atau seluruh hasil konsepsi keluar dan menyebabkan uterus menjadi berkontraksi. Hasil konsepsi kurang dari umur kehamilan 8 minggu dapat keluar seluruhnya,
sedangkan hasil konsepsi dengan umur kehamilan 8–14 minggu maka hasil konsepsi keluar sebagian atau seluruhnya. Pengeluaran hasil konsepsi umumnya ditandai dengan perdarahan.
MEKANISME
ABORTUS
Mekanisme awal terjadinya
abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh bagian embrio akibat adanya
perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat
perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan
mengawali proses abortus.
Pada kehamilan kurang dari
8 minggu:
Embrio rusak atau cacat
yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan villi chorialis cenderung
dikeluarkan secara in toto , meskipun sebagian dari hasil konsepsi masih
tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam
terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 – 14
minggu:
Mekanisme diatas juga
terjadi atau diawali dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti
dengan pengeluaran janin yang cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum
uteri. Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam
yang banyak.
Pada kehamilan minggu ke
14 – 22:
Janin biasanya sudah
dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian.
Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan
gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak.
Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol. Dari
penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus
dan nyeri dengan intensitas beragam.
Laboratorium
1. Darah
lengkap
o Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
o LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
2. Tes kehamilan
o Penurunan atau level
plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif. terjadinya kehamilan abnormal
(blighted ovum, abortus spontan atau kehamilan ektopik).
Ultrasonografi
USG transvaginal dapat
digunakan untuk deteksi kehamilan 4 – 5 minggu. Detik jantung janin terlihat
pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5 – 6 minggu). Dengan
melakukan dan menginterpretasi secara cermat, pemeriksaan USG dapat digunakan
untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau non-viabel. Pada abortus imimnen,
mungkin terlihat adanya kantung kehamilan (gestational sac GS) dan embrio yang
normal.
Prognosis buruk bila
dijumpai adanya:
- Kantung kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan tidak adanya kutub janin.
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( > 25% ukuran kantung kehamilan).
- Frekuensi DJJ yang perlahan
Pada abortus inkompletus, kantung
kehamilan umumnya pipih dan iregular serta terlihat adanya jaringan plasenta
sebagai masa yang echogenik dalam cavum uteri. Pada abortus kompletus,
endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil konsepsi.
Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa ada detik jantung
janin. Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung kehamilan abnormal tanpa
yolk sac atau embrio .
D. TANDA DAN GEJALA
TANDA DAN GE
J
A
L
A
|
Abortus
Imminens
|
1. Perdarahan pervaginam
2. Mulas sedikit atau tidak
ada keluhan
3. Ostium uteri masih
tertutup
4. Besar uterus sesuai umur
kehamilan
5. Tes urin masih positif
|
Abortus
Insipiens
|
1. Perdarahan pervaginam
dan semakin bertambah sesuai dengan pembukaan serviks
2. Serviks telah mendatar
dan ostium uteri telah membuka, tetapi
hasil konsepsi masih dalam kavum ueri
3. Mulas karena kontraksi
yang sering dan kuat
4. Besar uterus sesuai
dengan umur kehamilan
5. Tes urin masih positif
|
|
Abortus
Inkompletus
|
1. Perdarahan biasanya
masih terjadi jumlah nyapun bisa banyak atau sedikit tergantung pada jaringan
yang tersisa, yang menyebabkan sebagian plasental site masih terbuka sehingga
perdarahan berjalan terus
2. Kanalis servikalis masih
terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uerti atau menonjol pada ostium uteri
eksternum.
3. Besar uterus sudah lebih
kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah sulit dikenali, di kavum
ueri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak beraturan
|
|
Abortus
kompletus
|
1. Biasa tidak ada keluhan
.
2. Biasa diawali dngan
abortus iminens yang kemudian merasa sembuh, tapi pertumbuhan terhenti.
3. Pada pemeriksaan USG
akan didapatka uterus yang mengecil , kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
4. Pemeriksaan tes
urine biasa hasil negatif setelah satu
minggu dari terhentinya kehamilan.
|
|
Missed
Abortion
|
1. Perdarahan sedikit
2. Seluruh hasil konsepsi
telah keluar dari kavum uteri, ostium uteri telah menutup
3. Besar uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan
4. Pemeriksaan tes urine
biasanya masih positif 7 – 10 hari setelah abortus
|
|
Abortus
Habitualis
|
1. Ostium serviks akan
mebuka ( inkompeten )
2. Tanpa rasa mules /
kontraksi rahim dan akhirnya terjadi
pengeluaran janin
|
|
Abortus
Infeksiosus / sepsis
|
1. Panas tinggi
2. Tampak sakit dan lelah.
3. Takikardi
4. Perdarahan pervaginam
yang berbau
5. Uterus yang membesar dan
lembut, serta nyeri tekan.
6. Pemeriksaan laboratorium
didapatkan tanda infeksi dan leukositosis
|
E.
PENANGANAN
1.
Abortus Imminens
a. Berikan informent consent. Bila ibu masih
menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan harus maksimal untuk
mempertahankan kehamilan ini.
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG
d. Penderita melakukan tirah
baring sampai perdarahan terhenti.
e. Bisa diberikan spasmolitik
agar uterus tidak berkontrkasi atau diberikan tambahan hormon progesteron atau
derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus.
f. Peenderita boleh
dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh
berhubungan seksual sampai lebih kurang 2 minggu.
2.
Abortus Insipiens
a. Berikan Informent consent
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG
d. Perhatikan keadaan umum
pasien dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan lakukan segera
tindakan evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase jika perdarahan
banyak.
e. Berikan uterotonika.
f. Pasca tindakan perlu
perbaikan keadaan umum, pemberian uterotonika dan antibiotik profilaksis.
3.
Abortus Inkomplet
a. Berikan informen consent.
b. Tes urine
c. Pemeriksaan USG hanya
dilakukan bila kita ragu dengan pemeriksaan secara klinis.
d. Bila terjadi perdarahan
yang hebat segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar
jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan,
kontraksi uterus dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa terhenti.
e. Selanjutnya lakukan
tindakan kuretase.
f. Pasca tindakan diberikan
uterotonika parenteral atau per oral dan antibiotika.
4.
Abortus Komplet
a. Pemeriksaan USG tidak
perlu dilakukan bila pemeriksaan secara klinis telah memadai.
b. Pemeriksaan urine biasanya
masih positif sampai 7 - 10 hari setelah abortus.
c. Pengelolaan penderita
tidak memerlukan tindakan khusus ataupun pengobatan. Biasanya hanya diberi
robonsia atau hematenik bila keadaan pasien memerlukan.
d. Uterotonika tidak perlu
diberikan.
5.
Missed Abortion
a. Informent consent
b. Pemeriksaan urine
c. Pemeriksaan USG
d. Pada umur kehamilan kurang
dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan.
e. Bila umur kehamilan diatas
12 minggu tau kuang dari 20 minggu dengan serviks uterus yang masih kaku
dianjurkan untuk melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin
atau meamtangkan kanalis serviks.bBeberapa cara dapat dilakukan antara lain
dengan pemberian infus intravena cairan oksitosin dimulai daari dosis 10 unit
dalam 500 cc dekstrose 5% tetesan, 20 tetes per menit dan dapat diulangi sampai
total oksitosin 50 unit dengan tetesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya
retensi cairan tubuh
f. Jika tidak berhasil,
penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya
maksimal 3 kali
g. Setelah janin atau jarigan
hasil konsepsi berhasil keluar dengan induksi ini dilajutkan dengan tindakan
kuretase sebersih mungkin.
h. Pada dekade ini banyak
tulisan yang telah menggunakan prostaglandin atau sintetisnya untuk melakukan
induksi pada missed abortion. Salah
satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan cara poemberian mesoprostol
secara sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi dua kali dengan jarak 6
jam.
i. Apabila terjadi hipofibrinogenemia
perlu disiapkan transfusi darah atau fibrinogen.
j. Pasca tindakan kalau perlu
dilakukan pemberian infus intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika.
6.
Abortus Habitualis
Jika ibu belum hamil lagi, hendaknya waktu itu digunakan
untuk melakukan pemeriksaan lengkap dalam usaha mencari kelainan yang mungkin
menyebabkan abortus habitualis itu.
Disamping pemeriksaan umum dengan memperhatikan gizi dan
bentuk badan penderita, dilakukan pula pemeriksaan suami – istri, antara lain
pemeriksaan darah dan urin rutin, pemeriksaan golongan darah , faktor Rh, dan
tes terhadap sifilis; selanjutnya pada isteri dibuatkan kurve harian glukose darah
dan diperiksa fungsi tiroid, dan pada suami diperiksa sperma.
Perlu diselidiki pula, apakah ada kelainan anatomik, baik
kelainan bawaan atau kelainan yang terjadi setelah melahirkan. Laserasi pada
serviks uteri dan adanya mioma uteri dapat ditemukan pada pemeriksaan
ginekologik, sedang mioma uteri submukosum, uterus septus dan serviks uteri
inkompeten dapat diketahui dengan melakukan histerogafi. Kadang-kadang perlu
dilakukan laparoskopi untuk mendapat gambaran yang lebih jelas tentang kelainan
anatomik pada uterus.
Selain terapi yang bersifat kausal, mak penderita dengan
abortus habitualis, jika ia hamil, perlu mendapat perhatian yang khusus. Ia
harus banyak istirahat, hal ini tidak berart i bahwa ia harus tinggal terus
ditempat tidur, akan tetapi perlu
dicegah usaha – usaha yang melelahkan.
Pada hamil muda sebaiknya jangan bersenggama. Makanannya
harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, mineral dan vitamin. Khususnya
dalam masa organogenesis pemeberian obat – obatan harus dibatasi dan obat –
obat yang diketahui dapat mempunyai pengaruh jelekterhadap janin, dilarang.
Dimana khususnya dimana faktor emosional memegang peranan penting, pengaruh
dokter sangat besar utntuk mengatasi ketakutan dan kecemasan.
Terapi hormonal umumnya tidak perlu, kecuali jika ada
gangguan fungsi tiroid, atau gangguan fase luteal. ( ilmu kandungan,
prawirohardjo. S,Hal 249 )
7.
Abortus Infeksiosus
a. Pengelolaan pasien ini
harus mempertimbangkan keseimbangan cairan tubuh dan perlunya pemberian
antibiotika yang adekuatb sesuai dengan kultur dan sensitivitas kuman yang
diambil dari darah dan cairan fluksus / flour yang keluar pervaginam.
b. Untuk tahap pertama dapat
diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit atau ampisilin 4 x 1 gram ditambah
gentamisin 2 x 80 mg dan Metronidazol 2x 1 gram. Selanjutnya antibiotik sesuai
dengan kultur.
c. Tindakan kuretase
dilaksanakan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal 6 jam setelah antibiotika
adekuat diberikan. Jangan lupa pada saat tindakan uterus dilindungi dengan
uterotonika.
d. Antibiotik dilanutkan
sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak
memberikan respon harus diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai.
e. Apabila ditkutkan terjadi
tetanus, perlu ditambah dengan injeksi ATS dan irigasi kanalis vagina / uterus
dengan larutan peroksida ( H₂O₂ ) atau kalau perlu histerektomi total secepatnya.
8.
Abortus Provokatus
1.
Aborsi pada triwulan pertama
sampai dengan 12 minggu. Pada kehamilan sampai batas 7 minggu pengeluaran isi
rahim dilakukan dengan kuret tajam, agar ovum kecil tidak tertinggal, maka ovum
uteri dikerok seluruhnya. Apabila kehamilan melebihi 6 sampai 7 minggu
digunakan kuret tumpul sebesar yang dapat dimasukkan. Setelah hasil konsepsi
sebagian besar lepas dari dinding uterus maka hasil tersebut dapat dikeluarkan
dengan cunam abortuis dan kemudian dilakukan kerokan hati-hati dengan
kuret tajam yang cukup besar, apabila diperlukan dimasukkan tampon kedalam
uteri dan vagina yang akan dikeluarkan esok harinya.
2.
Abortus pada kehamilan 12
sampai 16 minggu. Aborsi dilakukan dengan menggunakan perpaduan antara
dilatasi, kuret dan pengisapan. Bahaya dari cara ini adalah terbentuknya
luka-luka yang menimbulkan pendarahan.
3.
Abortus pada triwulan kedua
(Kehamilan sampai 16 minggu), dilakukan dengan menimbulkan kontraksi-kontraksi
uterus supaya janin dan plasenta dapat dilahirkan secara spontan. Cara yang
dilakukan adalah dengan melakukan esantasi (pembiusan lokal).
(http://smileboys.blogspot.com/2008/07/abortus.html
Unwanted Pregnancy )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar