Kamis, 01 November 2012

Makalah Kelainan kongenital dan Asfiksia


Tugas : Makalah Askeb Lanjut II
Dosen  : Pesta Cory Sihotang,Dipl.Mid,S.KM,M.Kes
KELAINAN KONGENITAL
DAN
ASFIKSIA PADA BAYI
                              
Di susun oleh:
HARLINDA



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIV KEBIDANAN POLTEKKES MAKASSAR
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih banyak kira jumpai bayi dilahirkan dengankeadaan cacat bawaan/kelainan kongenital.
Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan.sekitar 3-4 % bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh sekitar 7,5 % terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun tetapi kebanyakan bersifat ringan
Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 100 kelahiran hidup. Dalam satu tahun sekitar 89.000 bayi berumur dibawah 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1 bayi meninggal. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian neonatal (27%) setelah BBLR (29%).
Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan telah mencapai 73,14% (profil kesehatan Indonesia, 2003) dan sebagian besar persalinan tersebut dilakukan oleh Bidan. Bidan sebagai penolong persalinan, sering kali dihadapkan dengan keadaan bayi lahir mengalami asfiksia. Dimana asfiksia dapat menyebabkan cacat mental, pneumonia, dan kematian.
B.     Rumusan Masalah
1.      Menjelaskan kelainan kongenital pada bayi
2.      Menjelaskan Asfiksia pada bayi


BAB II
LANDASAN TEORI
1.      Kelainan Kongenital
a)      Defenisi
Suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan atau kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur
b)     Etiologi
1.      Teratogenik
Setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu kelainan bawaan. Radiasi, obat tertentu dan racun yang merupakan teratogen. Infeksi pada ibu hamiljuga bisamerupakan teratogen seperti sindrom rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan jangtung, keterbelakangan mental dan cerebral palsy, infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi matayang berakibat fatal, gangguan pendegaran, ketidakmampuan belajar, pembesaran hati dan limpa, keterbelakangan mental, infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung bisa menyebabkan kerusakan otak,gangguan penglihatan, pendengaran pada bayi, sindrom varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak kepala yang berukuran lebihkecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan menyal
2.      Faktor fisik pada rahim
Di dalam rahim bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera, jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh dan bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan air kemih,penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus)
3.      Gizi
Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen tetapi juga dengan mengkomsumsi gizi yang baik. Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalah asam folat.kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida. Maka setiap wanita subur sebaiknya mengkomsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari
4.      Faktor genetik/kromoson
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua orang tua. Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat didalam kromosom setiap sel didalam tubuh manusia, jika 1 gen hilang atau cacat bisa terjadi kelainan bawaan.
c)      Diagnosis
Pemeriksaan untuk menemukan adanya kelainan kongenital dapat dilakukan pada -pemeriksaan janin intrauterine, dapat pula ditemukan pada saat bayi sudah lahir. Pemeriksaan pada saat bayi dalam kandungan berdasarkan atas indikasi oleh karena ibu mempunyai faktor resiko
misalnya: riwayat pernah melahirkan bayi dengan kelainan kongenital, riwayat adanya kelainan-kongenital dalam keluarga, umur ibu hamil yang mendekati menopause.
Pencarian dilakukan pada saat umur kehamilan 16 minggu. Dengan bantuan alat ultrasonografi dapat dilakukan tindakan amniosentesis untuk mengambil contoh cairan amnion Beberapa kelainan kongenital yang dapat didiagnose dengan cara ini misalnya: kelainan kromosome, phenylketonuria, galaktosemia, defek tuba neralis terbuka seperti anensefali serta meningocele.Untuk kasus hidrosefalus pemeriksaan dapat diketemukan pada saat periksa hamil
d)     Pencegahan
Bebrapa kelainan bawaan pada bayi baru lahir tidak dapat dicegah.meskipun ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan antara lain tidak merokok, menghindari alkohol, menghindari obat terlarang, memakan makanan yang bergizi dan mengkomsumsi vitamin, melakukan olahraga  dan istirahat yang cukup, melakukan pemeriksaan prenatal yang rutin, mengkomsumsi suplemen asam folat, menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi serta menghindari zat-zat yang berbahaya
e)      Macam-macam kelainan kongenital beserta penaganannya
1.      Labioskiziz dan labiopalatoskizi
Labioskiziz adalah ketidaksempurnaan pada penyambungan bibir bagian atas atau biasanya berlokasi tepat dibawah hidung
Labiopalatoskizi adalah suatu saluran abnoemal yang melewati langit-langit mulut dan menuju kesaluran udara di hidung
Penaganan:
Pengobatan melibatkan beberapa disiplin ilmu yaitu bedah plastik, ortodontis, terapi wicara. Tujuan pengobatan ini memulihkan struktur anatomi, memungkinkan fungsi menelan, bernafas dan berbicara secara normal
Apabila bidan menemukan kasus seperti ini maka pertolongan pertama yang harus diberikan antara lain memberikan dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan kepada ibu hal terpenting saat ini memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat dilakukan.


                                  Gambar labioskis
2.      Atresia Oesophagus
Adalah gangguan kontnuitas esofagus yang tidak terbentuk secara sempurna
Penaganan :
Pembedahan pada kasus atresia esofagus berupa esofagostomi. Sebelum melakuka operasi hal yang perlu dilakukan meliputi orofaring dibersihkan, memasang french tubeuntuk suction esofagus secara kontinu, pemberian infus dextrose 10%, merawat bayi di inkubator, pemberian O2, bila perlu memasang endotracheal tube serta pemberian antibiotika

                    
Gambar atresia esophagus
3.      Atresia rekti dan Anus
Adalah suatu keadaan dimana lubang anus tidak terbentuk
Penaganan :
Dilakukan pembedahan untuk membentuk lubang anus
       Gambar atresia ani
4.      Hirschprung
Adalah bayi sulit BAB atau sembelit terus menerus, karena bisa jadi ada kelainan pada usus besar apalagi disertai dengan perut kembung
Penaganan :
Secara klinis, bagian usus yang tidak ada pensarafannya ini harus dibuang lewatpembedahan atau operasi. Operasi pada kasus ini biasanya dilakukan dua kali, pertama buang ususnya yang tak ada pensarafannya. Kedua, kalau usus bisa ditarik kebawah, langsung disambung ke anus, kalau ternyata ususnya belum bisa ditarik maka dilakukan operasi kedinding perut yangdisebut dengan kolostomi yaitu dibuat lubang ke dinding perut. Jadi bayi akan BAB lewat lubang tersebut
Gambar Hiscprung


5.      Obstruksi dan Atreksia Biliaris
Obstruksi Billiars adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus umtuk dikeluarkan sebagai sterkobilin dalam feses
Penaganan obstruksi Biliars adalah dengan operasi
Atresia billiars adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak berkembang secara normal. Fungsi dari sistim empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati dan mengankut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus halus
Gejala atresia biller adalah timbul dalam waktu dua minggu setelah lahir berupa air kemih bayi berwarna gelap, tinja berwarna pucat, kulit berwarna kuning, berat bada tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung lambat dan hati membesar
Penaganan :
Menganti saluran empedu ke usus, akan tetapi ini hanya merupakan pengobatan sementara yang pada akhirnya dilakukan pencakokan hati
          
Gambar atreksia biliaris
6.      Omfalokel
Adalah penonjolan dari usus atau isi perut lainnya melalui akar pusar yang hanya dilapisi oleh peritonium(selaput perut)dan tidak dilapisi oleh kulit
Penyebab
Penyebabnya tidak diketahui, pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini disertai kelainan bawaan lainnya seperti kelainankromosom, hernia diagfragmatika dan kelainan jantung
Gejala
Banyak usus dan organ lainnya yang menonjol pada omfalokel bervariasi tergantung pada besarnya lubang di pusar, jika lubangnya kecil mungkin hanya usus yang menonjol, jika lubangnya besar hati juga bisa menonjol melalui lubang tersebut
Diagnosis
Hasil pemeriksaan fisik dimana isi perut terlihat dari luar melalui selaput peritoneum
Penaganan :
Agar tidak terjadi cedera pada usus dan infeksi perut segera dilakukan pembedahan untuk menutup omfalokel
Gambar omphalokel
7.      Hernia Diagframatika
Adalah lubang pada diafragma hanya ditutup oleh lapisan pleuradan peritoneum, yang memungkinkan isi rongga perut dapat masuk kedalam rongga dada
Gejala
Gangguan pernafasan pada hari-hari pertama, jangtung bergeser kearah dada yang sehat, bunyi pernafasan pada paru-paru yang sakit melemah, dingding perut tampak cekung  /skapoid pada kasus ini pemeriksaan diagnostiknya dilakukan dengan pemeriksaan radiologik ditemukan bayangan usus didaerah thoraks
Penaganan:
Dilakukan operasi herniotomi
Gambar hernia diafragmatika
8.      Meningkokel, ensephalokel
Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit
Penyebab
Kekurangan asam folat terutama terjadi pada awal kehamilan
Diagnosis
Pada trimester pertama wanita hamilmenjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen, tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindrom dwon, dan kelainan bawaan lainnya. Atau dilakukan pemeriksaan USG pada masa kehamilan akan tetapi jika bayi sudah lahir dilakukan pemeriksaan rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan
Penaganan :
Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk
                  Gambar meningokel
Ensephalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang ditandai dengan adanya penonjolan meningens(selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak. Penyebabnya kegagalan penutupan tabung saraf selama perkembangan janin
Prognosis
Tergantung pada jaringan otak yang terkena, lokasi kantung dan kelainan otak yang menyertainya
Penaganan
Biasanya dilakukan pembedahan untuk mengembalikan jaringan otak yang menonjol kedalam tulang tengkorak.
Gambar ensephalokel


9.      Hidrosephalus
Adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan didalam otak
Etiologi
Hidrosephalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran cairan serebrospinal pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSSd dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid, akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya
Patofisiologi
CSS dibuat didalam otak dan biasanya beredar keseluruh bagian otak serta kanalis spinalis, kemudian diserap kedalam sisitem peredaran darah jika terjadi gangguan pada peredaran maupun penyerapan cairan serebrospinal atau jika cairan yang dibentuk terlalu banyak maka volume cairan didalam otak menjadi lebih tinggi dari normal. Penimbunan cairan menyebabkan penekanan pada otak sehingga memaksa otak untuk mendorong tulang tengkorak atau merusak jaringan otak
Diagnosis
Disamping pemeriksaan fisik juga bisa ditegakkan dengan Penggunaan CT-scan yang merupakan cara yang aman untuk membedakan hidrosephalus dengan penyakit yang lain
Penaganan :
Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosephalus yaitu mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absopsi serta pengeluaran likour (CSS) kedalam organ ekstrakranial
Pada dasarnya penganan hidrosephalus dibagi dalam tiga bagian yaitu Penaganan sementara dtempuh melalui pemberian terapi konservatif medikamentosa, pemberian terapi ini ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosephalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorbsinya
Penaganan alternatif yaitu pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi Vit. A reseksi radikal lessi massa yang menganngu aliran likour atau perbaikan suatu malformasi, saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan tehnik bedak endoskopik.
Operasi pemasangan pintas yaitu membuat saluran baru antara lain likour dengan kavitas drainase.
             Gambar hidrosephalus

10.  Phimosis
Adalah keadaan kulit penis melekat pada bagian kepala penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air kemih, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan saat kencing
Penaganan
Tidak dianjurkan melakukan retraksi yang dipaksakan pada saat membersihkan penis karena dapat menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung preputium sehingga akan terbentuk phimosis sekunder, phimosis dengan keluhan miksi, mengelembungnya ujung preputium pada saat miksi, phimosis yang disertai balanitis atau prostitis harus diberikan antibiotik lebih dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi jika phimosis menyebabkan hambatan aliran seni  diperlukan tindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium.
Gambar phimosis
11.  Hipospadia
Adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat di penis bagian bawah bukan diujung penis
Gejala dan diagnosis
Lubang penis tidak terdapat di ujung penis tetapi berada dibawah atau didasar penis, penis melengkung kebawa, penis tampak seperti berkerudung karena adanya kelainan pada kulit depan penis, jika berkemih anak harus duduk sedangkan diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik jika hipospadia terdapat dipangkal penis mungkin perlu dilakukan pemeriksaan radiologis untuk memeriksa kelainan bawaan lainnya
Penaganan
Bayi yangmenderita hipospodia sebaiknya jangan disunat dulu. Kulit depan penis dibiarkan untuk digunakan untuk pembedahan nanti. Pembedahan hipospodia dianjurkan pada saat anak berumur 18 bulan, jika tidak diobati mungkin akan  terjadi kesulitan dalam pelatihan buang air pada anak dan pada saat dewasa akan terjadi gangguan dalam melakukan hubunga seksual
     
                      Gambar hipospadia
12.  Epispadia
Adalah suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki dengan lubang uretra terdapat dibagian punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung tapi terbuka
Penaganan
Diperbaiki melalui pembedahan
   
Gambar epispodia
13.  Atresia deudenum
Adalah menutupnya  usus kecil yang terletak persis dibawah lambung
Penaganan
Diperbaiki melalui pembedahan

Gambar atresia duodenum
2.      Asfiksia
a)       Definisi
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
b)       Etiologi dan faktor predisposisi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/ analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri dari :
1.        Faktor ibu
a.       Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b.       Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkutangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.
2.       Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3.       Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4.       Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.


c)         Tanda Dan Gejala
1.      Hipoksia
2.      RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3.      Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4.      Bradikardia
5.      tonus otot berkurang
6.      Warna kulit sianotik/pucat
d)      Patofisiologi
Pernapasan spontan bayi baru lahir tergantung pada keadaan janin pada  persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara. Proses ini sangat perlu untuk merangsang hemoreseptor pusat pernapasan untuk terjadinya usaha pernapasan yang pertama yang kemudian akan berlanjut menjadi pernapasan yang teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha napas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya dalam periode apneu. Pada tingkat ini disamping penurunan frekuensi denyut jantung (bradikardi) ditemukan pula penurunan tekanan darah dan bayi nampak lemas  (flasid). Pada asfiksia berat bayi tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak menunjukan upaya bernapas secara spontan. Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas/transport  O2 (menurunnya tekanan O2 darah) mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik, tetapi bila gangguan berlanjut maka akan terjadi metabolisme anaerob dalam tubuh bayi sehingga terjadi asidosis metabolik, selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler.Asidosis dan gangguan kardiovaskuler dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel-sel otak, dimana kerusakan sel-sel otak ini dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa (squele).   



e)       Klasifikasi
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1.  “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2.  “Mild Moderate asphyksia” /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3.      Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.
f)      Manajemen Terapi
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1)      Memastikan saluran nafas terbuka
*      Meletakan bayi dalam posisi yang benar
*      Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
*      Bila perlu masukan pipa endotrakheal untuk memastikan pernapasan terbuka
2)      Memulai pernapasan :
*      Lakukan rangsangan taktil
*      Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3)      Mempertahankan sirkulasi darah :
*      Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
b. Pembersihan jalan nafas
c. Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
1)      Asfiksia ringan (7-10)
Penanganan pada bayi dengan asfiksia ringan sama halnya dengan penangan bayi baru lahir pada umumnya. Biasanya hanya memerlukan tindakan pertolongan berupa penghisapan lendir atau cairan dari orofaring dengan menggunakan bulb syringe atau suction unit tekanan rendah. Penghisapan harus dilakukan secara hati-hati karena penghisapan terlalu kuat/traumatik dapat menyebabkan stimulasi vagal dan bradikardia sampai henti jantung. Stelah dilakukan penghisapan observasi tanda-tanda vital dan apgar score bayi dan masukkan kedalam inkubator karena neonatus yang mengalami asfiksia mempunyai sistem pengaturan suhu tubuh yang lebih tidak stabil sehingga dapat mengakibatkan hipotermi dimana hipotermi ini dapat memperberat/ memperlambat pemulihan keadaan asidosis yang terjadi. Apabila tindakan diatas tidak berhasil maka perlakukan bayi sebagai penderita asfiksia sedang.
2.      Asfiksia sedang (4-6)
Pada keadaan ini dapat dilakukan rangsangan untuk menimbulkan refleks pernapasan. Hal ini dapat dikerjakan selama 30-60 detik, bila waktu tersebut pernapasan tidak timbul maka segera lakukan penghisapan lendir dan berikan rangsangan nyeri berupa tepokan atau sentilan pada telapak kaki dan gosokkan selimut kering pada punggung sambil memantau frekuensi jantung dan respirasi secara terus-menerus. Pernapasan aktif dapat dilakukan dengan pernapasan kodok (frog breathing) selama 1-2 menit dengan cara kepala bayi diletakkan dalam ekstensi maksimal kemudian masukkan pipa kedalam hidung dan alirkan O2 dengan kecepatan 1-2 ltr/menit. Lakukan gerakan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai pergerakan dagu keatas dan kebawah secara teratur dalam frekuensi 20 x/menit dengan memperhatikan gerakan dinding thoraks dan abdomen. Bila bayi mulai memperlihatkan pernapasan, usahakan upaya gerakan tersebut diikuti.
Bila frekuensi jantung menurun atau tudak adekuat dalam waktu tersebut, maka berikan ventilasi (VTP) dengan kantong resusitasi dan sungkup muka. Jika tidak ada alat ventilasi maka lakukan tehnik pernapasan buatan dari mulut ke mulut dengan menggunakan prinsip pencegahan infeksi. Sebelum bantuan pernafasan dilakukan, terlebih dahulu dimasukkan pharyngeal airway yang berfungsi mendorong pangakal lidah kedepan agar jalan nafas berada dalam keadaan sebebas-bebasnya. Sebelum peniupan dilakukan telebih dahulu mulut penolong diisi dengan O2. Peniupan dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 x/menit perhatiak gerakan pernafsan yang mungkin timbul. Tindakan dikatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat, terjadi penurunan frekuensi jantung atau pemburukan tonus otot. Dalam hal demikian bayi harus diperlakukan sebagai penderita asfiksia berat.
3.       Asfiksia berat (0-3)
Resusitasi aktif harus segera dilakukan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 secara tekanan langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik dengan melakukan intubasi endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Asfiksia berat hampir selalu disertai asidosis, yang membutuhkan perbaikan segera : karena itu, bikarbonas natrikus 7,5% harus segera diberikan dengan dosis 2-4 ml/kg Berat badan, disamping itu glukosa 40% diberikan pula 1-2 ml/kg Berat badan, untuk menghindarkan dari efek samping obat, pemberian harus diencerkan dengan air steril atau kedua obat diberikan bersama-sama dalam satu semprit melalui pembuluh darah umbilikus.bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan frekuensi jantung menurun ( kurang dari 100 permenit) maka pemberian obat-obatan lain serta massage jantung sebaiknya dilakukan.massase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada secara teratur 80-100 kali/menit. Tindakan ini dilakukan berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap kali massage jantung diikuti dengan satu kali pemberian nafas buatan, bila tindakan-tindakan tersebut di atas tidak memberi hasil yang diharapkan, keadaan bayi harus dinilai lagi karena hal ini mungkin disebabkan oleh gangguan keseimbangan asam dan basa yang belum diperbaiki secara semestinya, adanya gangguan organik seperti hernia diafragmatika, atresia atau stenosis jalan nafas.


Tidak ada komentar: