Rabu, 21 November 2012

MIOMA UTERI + ASKEB


BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah dengan menurunkan angka kematian ibu (AKI). Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan suatu masalah di negara berkembang. Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri.
 Kasus mioma uteri sering terjadi pada  wanita berumur 25tahun .Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehinggakebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya.Diperkirakan hanya 20%-50% yang menimbulkan gejala. Biasanya penyakit ini ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaaan rutin atau saat sedang melakukan medical check up tahunan.
Mioma dapat bervariasi dalam ukuran dan jumlahnya, mulai dari beberapa gram sampai mencapai lebih 45 kg serta jumlahnya bisa tunggal atau lebih dari satu. Mioma merupakan penyebab gangguan kesuburan dan sebagai salah satu penyebab diangkatnya rahim seorang wanita.  Mioma cenderung membesar ketika hamil dan mengecil ketika menopause. Apabila pertumbuhan mioma semakin membesar setelah menopause maka kecurigaan ke arah keganasan harus dipikirkan.
B.      Tujuan
 Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu agar kita mengetahui pengertian dari mioma uteri, klasifikasi, etiologi , gejala, penyebab dan penanganannya sehingga kita dapat memberikan pelayanan yang profesional dan berkualitas.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian Mioma Uteri       
1.      Mioma uteri adalah tumor jinak otot rahim dengan berbagai komposisi    jaringan ikat , dengan nama lain leimioma uteri dan fibroma uteri. ( Manuaba, 2001 )
2.      Mioma uteri adalah tumor jinak dari otot-otot rahim. (Sastrawinata, 2005 ).
B.      Etiologi
Pada dasarnya penyebab myoma uteri ini belum diketahui secara pasti . Namun dari perkiraan sementara, penyebabnya yaitu adanya sel-sel otot miometrium yang belum matang (immature). Perkiraan lainnya yaitu ada hubungannya dengan pengaruh estrogen.                                                                                                                                                                                       Pada jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, teraba seperti kenyal, bentuknya bulat dan berbenjol-benjol sesuai ukuran tumor. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
    

C.      Patofisiologi
Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasimetaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten. Penelitianterbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)(q15;q24).Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyatamenimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat laindalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testoster. Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehinggaterjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon mediasi oleh estrogenterhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksireseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin like growth factor 1yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan munculnyagen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada miometriumnormal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masihkurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelahmenopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.


 D. Tanda Dan Gejala
           Gejala  yang dapat muncul adalah :
             1. Perdarahan
             2. Rasa nyeri
             3. Inkontinensia uri
             4. Obstipasi
             5. Akut abdomen
             6. Asites
             7. Polisitemia
     E. Pengaruh Mioma Pada Kehamilan Dan Persalinan
1.      Mengurangi wanita menjadi hamil.
2.      Kemungkinan abortus
3.      Kelainan letak janindalam rahim terutama pada mioma yang besar.
4.      Menghalangi lahirnya bayi terutama pada mioma yang letaknya diserviks.
5.      Inersia uteri dan atonia uteri terutama pada mioma yang letaknya di dalam dinding rahim.
6.      Mempersulit lepasnya plasenta.
     F. Pengaruh Persalinan Dan Kehamilan Pada Mioma uteri
1.      Tumor berkembang lebih cepat dalam kehamilan akibat hipertrofi dan edema terutama dalam bulan-bulan pertama kehamilan .
2.      Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan dapat berubah bentuk dan mudah terjadi gangguan sirkulasi didalamnya. Sehingga terjadi perdarahan dan nekrosis terutama ditengah tengah tumor.
3.      Mioma uteri subserosum yang bertangkai dapat mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus yang makin lama makin membesar.
G. Klasifikasi
Klasifikasi Mioma uteri berdasarkan lokasi dan letak :
1.      Menurut Lokasi :
a)  Fundus uteri 85 – 90%
b)  Korpus uteri 85 – 90%
c)  Serviks 5 – 10%
2.      Menurut letaknya, mioma uteri dibagi menjadi :
a)      Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.
b)      Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).
c)      Mioma Uteri Submukosa
Terletak di bawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Gambar mioma uteri



H. Penanganan
    Adapun penanganan yang dapat dilakukan pada kasus mioma uteri adalah :
  1. Pemeriksaan berkala dengan menggunakan USG
Tidak ada ukuran standar kapan mioma harus diterapi. Mioma besar tanpa gejala dan tidak mengarah ke keganasan tidak perlu diterapi. Pemeriksaan fisik dan USG harus diulangi setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan baik ukuran maupun jumlah. Apabila pertumbuhan stabil maka pasien diobservasi setiap 3-4 bulan.
  1. Terapi hormonal
Dapat menggunakan progestin atau Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) yang memberikan efek mengurangi produksi estrogen dari indung telur. Terapi ini memiliki hasil memuaskan untuk mengurangi ukuran mioma. Efek terapi baru terlihat setelah 3 bulan. Namun terapi ini menyebabkan gejala menopause seperti rasa panas di sekitar leher, perubahan emosi serta vagina menjadi kering.Terapi Obat Pil KB yang rendah estrogen dapat digunakan untuk mengendalikan perdarahan haid yang berat akibat mioma.
  1. Tindakan operasi
    Indikasi tindakan pembedahan pada pasien mioma uteri adalah bila terjadi perdarahan rahim yang berlanjut walaupun sudah di terapi dengan obat konservatif, curiga adanya keganasan, pertumbuhan mioma pada masa menopause, gangguan kesuburan, nyeri dan penekanan yang sangat menganggu, gangguan berkemih dan anemia akibat perdarahan yang terus menerus.
Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah :
a)      Miomektomi (operasi pengambilan mioma uteri)
 Dipertimbangkan apabila seorang wanita masih berusia muda atau masih ingin memiliki anak lagi. Setelah miomektomi, pasien disarankan untuk menunda kehamilan selama 4-6 bulan karena rahim masih dalam keadaan rapuh setelah dioperasi. Komplikasi dari miomektomi berupa risiko perdarahan harus dipertimbangkan. Kemungkinan untuk pertumbuhan mioma lagi setelah miomektomi berkisar 20-25% pasien.
b)      Histerektomi (operasi pengangkatan rahim)                                        Pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita yang sudah tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang berulang setelah miomektomi dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi. Dengan bekembangnya teknik dan alat kedokteran maka tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan laparoskopi. Prosedur operasi dengan laparaskopi dapat berupa miolisis. Miolisis adalah prosedur operasi yang minimal dengan jalan menghantarkan sumber energi yang berasal dari laser berupa neodymium ke jaringan mioma, dimana akan menimbulkan koagulasi dan kematian sel di dalam miomaDengan laparoskopi, sebuah teleskop tipis dan panjang yang dilengkapi lampu dan kamera video dimasukkan melalui tusukan kecil di bawah pusar digunakan untuk melihat dan menghilangkan mioma. Dengan teknik ini luka operasi akan cepat pulih dan hanya meninggalkan sedikit luka parut bekas operasi. Namun teknik ini merupakan pilihan bilamana ukuran mioma masih kecil (5-6 cm). Bilamana mioma cukup besar, terlebih dulu digunakan pengobatan hormone dengan agonis GnRH untuk mengecilkan ukuran mioma. Setelah ukuran mioma mengecil baru dilakukan tindakan laparoskopi.
c)      Intervensi radiologi                                                                                                  Berupa tindakan Embolisasi Mioma,Tindakan tanpa pembedahan ini merupakan pilihan lain bagi beberapa wanita yang ingin menghindari pembedahan. Tindakan ini dirancang untuk mengecilkan  mioma dengan memotong aliran darah yang ke arah mioma. Pada tindakan ini, dokter radiologis menggunakan gambar sinar-X untuk mengarahkan pipa tipis (kateter) pada mioma dan kemudian  memasukkan partikel kecil atau gelatin melalui kateter untuk menyumbat aliran darah di dalam mioma. Tanpa aliran darah, diharapkan mioma akan mengecil dan hilang.






ASUHAN KEBIDANAN NY “I” DENGAN MIOMA UTERI
SUBSEROSA DI RUMAH SAKIT UMUM “ z “
TGL 18 s.d 20 SEPTEMBER 2012


Tanggal Masuk                           :    18 september 2012
No Register                                 :    000034521
Tempat                                        :    Bangsal Cempaka
Tanggal/ Waktu Pengkajian     :    18 september 2012 / jam 10.00 wita
Identitas Pasien
1.      Nama                     :  Ny “I” / Tn “S”
2.      Umur                     :  30 thn / 32 thn
3.      Nikah                     :  1X / 1X
4.      Suku/Bangsa        :  Mandar / Indonesia
5.      Agama                   :  Islam / islam
6.      Pendidikan           :  SMA / SMA
7.      Pekerjaan             : IRT / Wiraswasta
8.      Alamat                  :  Jl Manggis Sudiang
A.Data Subjektif
1.      Alasan masuk rumah sakit : Ibu merasa perutnya membesar seperti hamil, ibu merasa nyeri dan mengeluh sering keluar darah sedikit-sedikit dari kemaluan .
2.      Riwayat Kesehatan Sekarang :  Ibu merasakan ada benjolan di perut bagian bawah  dan pengeluaran darah saat menstruasi lebih banyak dari sebelumnya sejak setahun yang lalu.
3.      Riwayat Kesehatan Keluarga : Dalam keluarga ada riwayat mioma uteri.


4.      Riwayat Menstruasi
     Menarche umur  : 13 thn
                    Teratur / tidak     : teratur
  Siklus                     : 28-30 hari
  Banyaknya           : 4-6 kali ganti pembalut
                  Lama haid            : 7-8 hari.
5.      Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu : ibu pernah hamil 5x dan melahirkan 5x
6.      Riwayat KB : Ibu pernah menggunakan KB hormonal selama 5 tahun
7.      Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari – hari
a.      Pola makan : makan 3X sehari, porsi sedang dengan nasi , lauk pauk, sayur dan buah. Minum 8 gelas perhari.
b.      Pola eliminasi :
1)      Frekuensi : BAB 1X sehari / BAK 6-7X perhari.
2)       Warna : Kuning / Kuning jernih
3)      Bau                 :  Khas / Khas
4)      Konsistensi    :  Lunak / Cair
c.       Pola aktifitas : bekerja sebagai IRT, tidur siang 2 jam, tidur malam 8 jam
d.      Personal Higiene : mandi 2x sehari, gosok gigi 3X sehari. Keramas 1X 1 minggu
8.       Data Psiko , social, spiritual dan ekonomi : Ibu takut dioperasi , Hubungan ibu dengan suami dan anggota keluarga lain baik, ibu yakin penyakitnya dapat disembuhkan, biaya pengobatan ditanggung suami.
B. Data Obyektif
      1.Keadaan umum     :  baik
      2. Kesadaran              : compos mentis
      3. TTV                          : TD   : 110/80 mmHg                N      : 70X/ i
                         P      : 20X/i                                S      : 36,5 C



4.      Pemeriksaan fisik :
a.      Kepala : kulit kepala bersih, rambut tidak rontok, wajah tidak udem, konjungtiva merah muda, sclera putih, tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tiroid.
b.      Dada : payudara simetris , bersih dan tidak terdapat benjolan.
c.       Abdomen : tidak ada bekas luka operasi, teraba benjolan dengan bentuk tidak teratur sebesar telapak tangan.
d.      Ekstremitas : udem dan varises tidak ada.
e.      Genetalia : Perdarahan (+)
5.      Pemeriksaan Khusus
a.      Inspeculo : vulva uretra tenang, portio utuh,tidak ada tumor dari portio.
b.      VT : vulva uretra tenang, portio tidak ada nyeri goyang, uterus membesar, parametrium kanan dan kiri tidak ada nyeri tekan.
6.      Data Penunjang
a.      EKG : dalam batas normal
b.      Rongent foto : cord an pulmo dalam batas normal
c.       USG : mioma ukuran subserosa 11X8X12cm
d.      Pemeriksaan laboratorium :
1)      HB : 10,5 gr%
2)      PPT : 11,3
3)      HCT : 339
4)      RBC : 4,83
5)      WBC : 8,2
6)      PLT : 7,8
7)      APTT : 35,9
8)      SGOT : 26.00
9)      SGPT : 24
10)  Gol darah : AB


C.Assesment
Mioma uteri subserosa dan cemas terhadap tindakan operasi.
Dengan potensial masalah terjadi anemia berat dan torsi mioma, Tindakan segera lakukan kolaborasi   dengan dokter untuk pemberian dosis obat.                                 
D.Planning
    Tgl 18 september 2012 , jam 11.00 wita
1)      Observasi keadaan umum dan TTV pasien
Ku ibu baik, TD = 120/80mmHg, suhu = 36 , nadi = 84x/I, pernafasan = 20x/i
2)      Memberi  informasi tindakan operasi sebagai penanganan terhadap penyakitnya
Pasien mengerti  dan operasi akan dilaksanakan tgl 19 september 2012.
3)      Menyiapkan inform consent
Keluarga telah memberikan persetujuan dan tanda tangan
4)      Memberi dukungan mental pasien
Pasien tampak lebih tenang.
5)      Melakukan tindakan persiapan operasi dan premedikasi
Ibu berpuasa mulai pukul 02.00 wita, pemberian diazepam 5 mg jam 22.00 wita
6)      Melakukan skin test ceftriakson
Ibu tidak alergi ceftriakson
7)      Menyiapkan donor darah
Tersedia donor darah golongan AB
8)      Mendampingi pasien ke kamar operasi dan diserahkan pada tim operasi
Ibu diantar ke kamar operasi tgl 9 september 2012 pukul 08.00 wita bersama keluarga
              



CATATAN PERKEMBANGAN
 Data Perkembangan 1   ,Tgl 18 september 2012
 A.Data Subjektif
         Ibu merasa pusing
 B. Data Objektif
        1. KU : Lemah
        2. Kesadaran : delirium
        3. Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHG                     Pernapasan : 20x/i
                                         N  : 84x / I                                     Suhu : 36,7 c
 4.Terpasang infus ringer laktat 20 tts/i botol ke 2
 5.Terpasang selang kateter
C. Assesment
   Post operasi mioktomi dengan masalah efek samping narkose
D.Planning
1)      Mengobservasi TTV pasien
TD = 110/70 mmHg, N = 84x/I, P = 18x/I, S = 36,7  
2)      Kolaborasi dengan dokter pemberian injeksi
Ketorolac inj 30mg, ceftriakson 1 gr, alinamin f 1 ampul
3)      Menjelaskan pada keluarga agar tidak memberikan makan dan minum sampai pasien flatus
Keluarga mengerti dengan penjelasan
4)      Mengobservasi pemberian infuse
Infus lancar 20 tts/i
5)      Menciptakan lingkungan yang tenang
Pasien dapat beristirahat
 
Catatn Perkembangan 2 , tgl : 19-9-2012
A.Data SUBjektif
    Pasien mengatakan belum flatus
B.Data Objektif
     1. KU : Baik
     2. Kesadaran : composmentis
     3. Tanda-tanda vital : TD : 120/80mmHg                     Pernapasan : 20x/i
                                    Nadi : 80x/I                           Suhu : 36,2  
     4.Terpasang infuse dekstrose 5% 20 tts/I cairan ke 3
     5. Terpasang  kateter
     6. Peristaltik usus terdengar (+) , masih lemah
     7. Terdapat luka bekas operasi tertutup verban
     8. HB post OP 8,2gr%
C. Assesment
     Post OP mioktomi hati ke 1
D.Planning
1)      Mengobservasi TTV
TD = 110 mmHg, N = 80x/I, S = 37 , P = 20/i
2)      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
Ketorolag inj 30 mg, ceftriakson 1 gr, alinamin f 1 ampul
3)      Penuhi personal hygiene
Pasien tampak nyaman
4)      Memotifasi os untuk mobilisasi miring kanan dan kiri
Pasien flatus pukul 15.00 kemudian diberi minum sedikit2.



BAB II
PENUTUP

A.       Kesimpulan
1.      Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri : Menurut, hasil pemantauan    ultrasonografik kemungkinan akurat pertumbuhan mioma tidak dapat dibuat, meningkatnya vaskularisasi dan estrogen menyebabkan pembesaran dan pelunakan mioma, mengalami degradasi, terjadi torosi dan infeksi.
2.      Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan : subfertil – fertile, abortus, kelainan letak janin, distorsi tumor, insersia uteri kala I dan II, anatonia uteri dan lain-lain.
3.      Menurut letaknya, mioma terdiri dari : submukosum, interstisila, subserosum, intaligamenter, servikal, leiomyoma tosis.
4.      Gejala primer : perdarahan abnormal, nyeri abdomen, gejala dan tanda  penekanan, abortus spontan, nyeri panggul. Gejala Sekunder : anemia, lemah, pusing, sesak nafas.
5.      Penatalaksanaan : Konservatif, radioterapi, myomektomi, hysterektomi.

B.      Saran
1.  Diharapkan pembaca dan mahasiswa kebidanan  dapat belajar mengambil keputusan yang  tepat (dalam hal ini rujukan) sehingga tidak terlambat untuk tindakan selanjutnya.
2. Dalam pembuatan makalah ini penyusun menyadari masih banyak terdapat kekurangan . Oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi melengkapi kekurangan dalam makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri & Genekologi Fakultass Kedokteran Universitas Padjajaran. 2005. Obstetri Patologi.Jakarta ; EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP – SP.
http://www.republika.co.id
http://www.wartamedika.com
http://www.stistemada.blogspot.com

Tidak ada komentar: