BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Di Indonesia insiden DMG sekitar 1,9-3,6% dan
sekitar 40-60% wanita yang pernah mengalami DMG pada pengamatan lanjut pasca
persalinan akan mengidap diabetes mellitus atau gangguan toleransi glukosa.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
dan 2 jam post prandial (pp). Bila hasilnya belum dapat memastikan diagnosis
DM, dapat diikuti dengan test toleransi glukosa oral. DM ditegakkan apabila
kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg%. Jika didapatkan nilai di bawah
100 mg% berarti bukan DM dan bila nilainya diantara 100-200 mg% belum pasti DM.
Pada wanita hamil, sampai saat ini pemeriksaan yang terbaik adalah dengan test
tantangan glukosa yaitu dengan pembebanan 50 gram glukosa dan kadar glukosa
darah diukur 1 jam kemudian. Jika kadar glukosa darah setelah 1 jam pembebanan
melebihi 140 mg% maka dilanjutkan dengan pemeriksaan test tolesansi glukosa
oral. Gangguan DM terjadi 2 % dari semua wanita hamil, kejadian meningkat
sejalan dengan umur kehamilan, tetapi tidak merupakan kecenderungan orang
dengan gangguan toleransi glokusa , 25% kemungkinan akan berkembang menjadi DM.
DM gestasional merupakan keadaan yang perlu ditangani dengan professional,
karena dapat mempengaruhi kehidupan janin/ bayi dimasa yang akan datang, juga
saat persalinan.(www.ainicahayamata wordpress.com)
(diakses tanggal 23 september 2012)
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus
2. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus pragestasi
3. Mengetahui pengertian Diabetes Melitus gestasional
4. Mengetahui skrining diabetes melitus gestasional
5.
Mengetahui etiologi,patofisiologi,klasifikasi,manifestasi
klinis,
dan penaganan
diabetes melitus
6.
Mengetahui Asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan Diabetes mielitus
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan metabolisme
karbohidrat, di mana glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga
menyebabkan keadaan hiperglikemia. DM merupakan kelainan endokrin yang
terbanyak dijumpai. Yang paling sering terjadi yaitu: diabetes mellitus yang
diketahui sewaktu hamil yang disebut DM gestasional dan DM yang telah terjadi
sebelum hamil yang dinamankan DM pragstasi. Diabetes mellitus merupakan ganguan
sistemik pada metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia atau peningkatan glukosa darah yang diakibatkan
produksi insulin yang tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak
efektif pada tingkat seluler. (Bobak. Lowdermilk, Jensen.2004)
2.
Pengertian diabetes melitus pragestasi
Diabetes pragestasi, artinya sudah diketahui diabetes
mellitus kemudian hamil. Mereka tanpa komplikasi atau dengan komplikasi yang
ringan. mereka dengan komplikasi berat, khususnya retinopati, nefropati dan
hipertensi.Diabetes Pragestasi Adalah diabetes yang terjadi sebelum konsepsi
dan terus berlanjut setelah masa hamil. Diabetes pragestasi dapat berupa
diabetes tipe 1 (tergantung insulin) dan tipe II (tidak tergantung insulin),
yang mungkin disertai atau tidak disertai penyakit vaskuler, retinopati,
nefropati, dan komplikasi diabetic lainnya. Kondisi diabetogenik kehamilan pada
sistem metabolic yang terganggu selama masa pragestasi memiliki implikasi yang
signifikan. Adapun hormone yang normal terhadap kehamilan mempengaruhi kontrol
glikemia pada pasien diabetic pragestasi. Kehamilan juga dapat mempercepat
kemajuan komplikasi vaskuler diabetes. Selama trimester pertama, sementara
kadar glukosa darah maternal dalam kondisi normal menurun, dan respon insulin
terhadap glukosa meningkat, kontrol glikemia meningkat. Dosis insulin untuk
klien diabetic yang terkontrol baik perlu disesuaikan untuk menghindari
hipoglikemi. Episode hipoglikemia tidak umum terjadi pada klien diabetic tipe 1
selama awal kehamilan (Mayer, palmer, 1990)
3. Pengertian
Diabetes Melitus Gestasional
Intoleransi
terhadap karbohidrat dengan berbagai tingkat keparahan atau pertama kali
dikenali pada masa hamil. Diagnosis GDM ditegakkan tampa memperhatikan
kebutuhan akan insulin atau kontrol diet atau apakah ada kemungkinan diabetes
atau tidak, yang pasti belum pernah terdiagnosis sebelum kehamilan berlangsung (Varney, 2007)
4.
Tanda dan gejala
Tanda awal yang dapat diketahui
bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari
efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis
yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita kencing manis umumnya
menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh
penderita :
1.
Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2.
Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3.
Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4.
Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5.
Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6.
Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan
& kaki
7.
Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8.
Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9.
Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena
infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis
menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki
tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu
dalam hitungan minggu atau bulan.(www.auliaikrar.com)(diakses tanggal 23september 2012)
5.
Perubahan metabolic selama dan setelah masa
kehamilan
Kehamilan normal dikatakan sebagai suatu
kondisi diabetogenik, dimana kebutuhan akan glukosa meningkat. Metabolisme
maternal mengalami perubahan untuk memastikan suplai glukosa yang adekuat dan
konstan untuk perkembangan janin. Glukosa maternal ditransfer ke janin melalui
proses difusi-difasilitasi. Insulin ibu tidak menembus plasenta. Pada usia gentasi
sepuluh minggu, janin mensekresi insulinnya sendiri dengan kadar yang adekuat,
yang memungkinnya menggunankan glukosa yang diperoleh dari ibu.
Pada trimester pertama kehamilan, kadar glukosa
ibu menurun dengan cepat dibawah kadar glukosa tidak hamil sampai antara 55 dan
65 mg/dl. Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, pancreas meningkatkan
produksi insulin, yang meningkatkan penggunaan glukosa. Pada saat yang sama,
penggunaan glukosa oleh janin meningkat, sehingga menurunkan kadar glukosa ibu.
Selain itu, trimester pertama juga ditandai dengan nausea, vomitus, dan
penurunan asupan makanan sehingga kadar glukosa ibu semakin menurun dan selama
tri mester kedua dan ketiga peningkatan kadar laktogen plasental human,
estrogen, progesterone, kortisol,prolaktin, dan insulin meningkatkan resistansi
insulin melalui kerjanya sebagai suatu antagonis. Resistansi insulin merupakan
suatu mekanisme penghematan glukosa yang memastikan suplai glukosa yang
berlimpah untuk janin. Kebutuhan ibu akan insulin meningkat sejak trimester ke
2. Kebutuhan insulin dapat meningkat 2-4 kali lipat pada kehamilan cukup bulan.
Pada saat bayi lahir, lepasnya plasenta
menyebabkan penurunan mendadak kadar hormone plasenta, kortisol dan insulin
yang bersirkulasi. Ke jaringan maternal dengan cepat kembali peka terhadap
insulin seperti pada periode sebelum hamil. Pada ibu yagn tidak menyusui bayi,
keseimbangan insulin – karbohidrat prakehamilan biasanya dicapai kembali dalam
sekitar 7-10 hari. Dalam laktasi, glukosa maternal digunakan sehinggu kebutuhan
insulin ibu yang menyusui ibu tetap rendah selama 9 bulan. Setelah penyapihan
berakhir, kebutuhan insulin ibu kembali ke kebutuhan insulinnya sebelum hamil.
6. Skrining
Diabetes Melitus gestasional
Skrining
selektif seharusnya digunakan pada diabetes gestasional seperti skrining
diabetes pada umumnya. Teknik skrining dianjurkan bagi semua wanita hamil
menurut:
A.
American
Diabetes Association (2005) dengan menggunakan :
1. Pasien
diberikan 50 g beban glukosa oral, dan kadar gula darahnya diperiksa 1 jam
kemudian.Bila kadar glukosa plasma > 140 mg/dl maka perlu dilanjutkan dengan
tes toleransi glukosa 3 jam. Tes ini cukup efektif untuk mengidentifikasikan
wanita dengan diabetes gestational
2. Tes
toleransi glukosa oral adalah tes dimana pasien diberikan 100 g beban glukosa
oral,kemudian diperiksa kadar gula darahnya dengan hasil pada pasien normal :
Pemeriksaan
|
Kadar Gula darah (mg/dl)
|
Puasa
|
< 95
|
Jam 1
|
< 180
|
Jam 2
|
< 155
|
Jam 3
|
< 140
|
Tabel 1. Tes Beban Glukosa Oral (American Diabetes Association,2005)
Bila ditemukan 2 nilai abnormal maka ibu
tersebut menderita diabetes melitus. Tes tersebut dilakukan pada awal kehamilan
kemudian diulangi lagi pada usia kehamilan 34 minggu.
B. World
Health Organization (WHO)
Merekomendasikan
kriteria diagnostik menggunakan tes beban glukosa oral 75 g. Diabetes
gestasional didiagnosis bila:
Pemeriksaan
|
Kadar Gula darah (mg/dl)
|
Puasa
|
> 126
|
Jam 2
|
> 140
|
Tabel 2. Tes Beban Glukosa Oral (WHO)
Pencarian diabetes gestational dilakukan
untuk meningkatkan kewaspadaan ibu hamil dan meyakinkan seorang ibu untuk
melakukan pemeriksaan skrining untuk tes setelah melahirkan.
(Metzger
dan Coustan ,1998)
7. Etiologi
DMG (Diabetes Melitus Gestasional)
1.
Faktor autoimun setelah infeksi mumps, rubella
dan coxsakie B4.
2.
Genetik
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua
kepada anak. Gen penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang
tuanya menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
Secara klinis, penyakit DM awalnya didominasi oleh
resistensi insulin yang disertai defect fungsi sekresi. Tetapi, pada tahap yang
lebih lanjut, hal itu didominasi defect fungsi sekresi yang disertai dengan
resistensi insulin. Kaitannya dengan mutasi DNA mitokondria yakni karena proses
produksi hormon insulin sangat erat kaitannya dengan mekanisme proses oxidative
phosphorylation (OXPHOS) di dalam sel beta pankreas. Penderita DM proses
pengeluaran insulin dalam tubuhnya mengalami gangguan sebagai akibat dari
peningkatan kadar glukosa darah. Mitokondria menghasilkan adenosin trifosfat
(ATP). Pada penderita DM, ATP yang dihasilkan dari proses OXPHOS ini mengalami
peningkatan. Peningkatan kadar ATP tersebut otomatis menyebabkan peningkatan
beberapa senyawa kimia yang terkandung dalam ATP. Peningkatan tersebut antara
lain yang memicu tercetusnya proses pengeluaran hormon insulin. Berbagai mutasi
yang menyebabkan DM telah dapat diidentifikasi. Kalangan klinis menyebutnya
sebagai mutasi A3243G yang merupakan mutasi kausal pada DM. Mutasi ini terletak
pada gen penyandi ribo nucleid acid (RNA). Pada perkembangannya, terkadang para
penderita DM menderita penyakit lainnya sebagai akibat menderita DM. Penyakit
yang menyertai itu antara lain tuli sensoris, epilepsi, dan stroke. Hal itu
telah diidentifikasi sebagai akibat dari mutasi DNA pada mitokondria. Hal ini
terjadi karena makin tinggi proporsi sel mutan pada sel beta pankreas maka
fungsi OXPHOS akan makin rendah dan defect fungsi sekresi makin berat.
Prevalensi mutasi tersebut biasanya akan meningkat
jumlahnya bila penderita DM itu menderita penyakit penyerta tadi.
3.
Kerusakan / kelainan pangkreas sehingga
Kekurangan produksi insulin
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga
dapat menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi dan
dislipidemia dapat meningkatkan resiko terkema diabetes mellitus.
4.
Meningkatnya hormon antiinsulin seperti
GH, glukogen, ACTH, kortisol, dan epineprin.
5.
Obat-obatan.
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang
menyebabkan radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pankreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat yang terakumulasi
dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas. Contohnya Minum soda dalam
keadaan perut kososng (misalnya stelah berpuasa atau waktu bangun tidur dipagi
hari) juga harus dihindari. Sirup dengan kadar fruktosa tinggi, soda, dan
pemanis buatan yang terdapat dalam minuman soda dapat merusak pangkreas yang
menyebabkan meningkatnya berat badan, jika kebiasaan ini diteruskan, lama
kelamaan akan menderita penyakit DM. Penelitian membuktikan bahwa perempuan
yang mengkonsumsi soda lebih dari 1 kaleng per hari memiliki resiko 2 kali
terkena diabeters tipe 2 dalam jangka waktu 4 tahun kedepannya.
6.
Wanita obesitas
Sebenarnya DM bisa menjadi penyebab ataupun akibat.
Sebagai penyebab, obesitas menyebabkan sel beta pankreas penghasil insulin
hipertropi yang pada gilirannya akan kelelahan dan “jebol” sehingga insulin
menjadi kurang prodeksinya dan terjadilah DM. Sebagai akibat biasanya akibat
penggunaan insulin sebagai terapi DM berlebihan menyebabkan penimbunan lemak
subkutan yang berlebihan pula.( Kapita Selekta Jilid III, 2006)
8.
Patofisiologi GDM
Diabetes terjadi karena produksi
insulin tidak ada atau tidak cukup, insulin adalah hormon yang diproduksi oleh
sel beta pulau langerhans di dalam pankreas, fungsi insulin adalah mengangkut
glukosa kedalam sel, keberadaan sel bergantung pada jumlah glukosa yang masuk
yang kemudian diubah menjadi energi, pada diabetes tidak terjadi kekurangan glukosa
didalam darah, melainkan glukosa tak dapat diangkut kedalam sel tampa
persediaan insulin yang cukup keadaan ini pada akhirnya akan mengakibatkan
hiperglikemia.
Diabetes kehamilan dalam hal ini
memiliki persediaan insulin akan tetapi perubahan hormon selama kehamilan akan
mengubah kemampuan toleransi tubuh terhadap insulin. Pada kehamilan dini
(sebelum usia 20 minggu), sel-sel sangat responsif terhadap insulin dan kadar
glukosa di dalam darah akan lebih rendah dari biasanya hal ini juga menjadi
alasan beberapa wanita hamil mengalami mual dan muntah jika tidak ada asupan makanan
selama kurun waktu yang lama misalnya sepanjang malam.
Seiring perkembangan plasenta,
produksi hormon kehamilan meningkat, terutama HPL. Peningkatan HPL akan
meningkatkan resistensi sel terhadap insulin sehingga muncul kondisi diabetes.
Efek puncak HPL terjadi pada usia kehamilan sekitar 26 minggu hingga 28 minggu
dan waktu tersebut merupakan saat yang tepat untuk melakukan penapisan (Varney, Asuhan Kebidanan,2007)
Diabetes mellitus ditandai dengan hiperglikemia
(peningkatan glukosa darah) diakibatkan karena Produksi insulin yang
tidak adekuat atau penggunaan insulin secara tidak efektif pada tingkat
seluler. Insulin– insulin yang diproduksi sel– sel beta pulau langerhans
di prankeas bertanggung jawab mentranspor glukosa ke dalam sel . apabila
insulin tidak cukup / tidak efektif, glukosa berakumulasi dalam aliran darah
dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas
dalam darah yang menarik cairan intarsel ke dalam sisitem vaskular sehingga
terjadi dehidrasi dan peningkatan volume darah. Akibatnya ginjal menyekresi
urine dalam volume besar (poliuria) sebagai upaya untuk mengatur kelebihan
volume darah dan menyekresi glukosa yang tidak digunakan (gliousuria). Dehidrasi
seluler, menimbulkan rasa haus berlebihan (polidipsi). Penurunan berat badan
akibat pemecahan lemak dan jaringan otot, pemecahan jaringan ini menimbulkan
rasa lapar yang membuat individu makan secara berlebihan (polifalgia). Setelah
jangka waktu tertentu, diabetes menyebabkan perubahan vaskuler yang bermakna.
Perubahan ini terutama mempungaruhi jantung, mata dan ginjal. Komplikasi akibat
diabetes mencakup aterosklerosis, premature, retinopati dan nefropati. Diabetes
tipe I dan II biasanysa dikenal sebagai sindrom yang disebabkan oleh factor
genetic. Diabetes biasanya diwariskan sebagai sifat resesif, tetapi muncul
sebagai sifat dominan pada beberapa keluarga. Pewarisan sifat genetik (genotip)
diabetes mellitus tidak selalu berarti bahwa individu akan mengalami
intoleransi glukosa diabetik (fenotip). Banyak individu yang memiliki genotip,
tidak memperlihatkan satupun gejala diabetes sampai mereka mengalami satu atau
lebih stressor atau faktor presipitasi. Contoh stressor tersebut adalah
peningkatan usia, periode perkembangan normal, perubahan hormonal yang cepat,
obesitas, infeksi, pembedahan, krisis emosi dan tumor atau infeksi pangkreas.
Diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat sekresi
hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini
meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolism endokrin dan
karbohidrat yang menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk
menyusui. Glukosa dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin
sehingga kadarnya dalam darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin
ibu tak dapat mencapai janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar
pada janin. Pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disamping beberapa hormone lain seperti estrogen, steroid dan plasenta
laktogen. Akibat lambatnya resorpsi makanan maka terjadi hiperglikemia yang relatif
lama dan ini menuntut kebutuhan insulin. Menjelang aterm kebutuhan insulin
meningkat sehingga mencapai 3 kali dari keadaan normal. Hal ini disebut sebagai
tekanan diabetojenik dalam kehamilan. Secara fisiologik telah terjadi
resistensi insulin yaitu bila ia ditambah dengan insulin eksogen ia tidak mudah
menjadi hipoglikemi. Akan tetapi, bila ibu tidak mampu meningkatkan produksi
insulin, sehingga ia relative hipoinsulin yang menyebabkan hiperglikemia atau
diabetes kehamilan.
Pada DMG, selain perubahan-perubahan fisiologi tersebut,
akan terjadi suatu keadaan di mana jumlah/fungsi insulin menjadi tidak optimal.
Terjadi perubahan kinetika insulin dan resistensi terhadap efek insulin.
Akibatnya, komposisi sumber energi dalam plasma ibu bertambah (kadar gula darah
tinggi, kadar insulin tetap tinggi). Melalui difusi terfasilitasi dalam membran
plasenta, dimana sirkulasi janin juga ikut terjadi komposisi sumber energi
abnormal. (menyebabkan kemungkinan terjadi berbagai komplikasi). Selain itu
terjadi juga hiperinsulinemia sehingga janin juga mengalami gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipomagnesemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia
9.
Klasifikasi diabetes melitus gestasional
DM
tipe 1
Kerusakan fungsi sel beta di pankreas Autoimun, idiopatik
DM
Tipe 2
Menurunnya produksi insulin atau
berkurangnya daya kerja insulin atau keduanya.
DM tipe lain:
Karena kelainan genetik, penyakit
pankreas,obat, infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain.
DM pada masa kehamilan = Gestasional
Diabetes Pada DM dengan kehamilan, ada 2
kemungkinan
yang dialami oleh si Ibu:
1. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak
sebelum hamil
2. Si ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes,
yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes,
yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes
yang disertai dengan komplikasi penyakit pembuluh darah seperti
retinopati,nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.
90% dari wanita hamil yang menderita
Diabetes termasuk ke dalam kategori DM Gestasional (Tipe II) dan DM yang
tergantung pada insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus = IDDM, tipe I).
(pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com)
(diakses tanggal 23 september 2012)
10. Komplikasi pada Ibu dan Bayi
Pada
Perinatal :
a.
Kematian perinatal bayi dengann ibu DMG ( BIDMG )
sangat tergantung dari keadaan hiperglikemia ibu. Di klinik yang maju sekalipun
angka kematian di laporkan 3-5%. Angka kejadian komplikasi BIDMG di Subbagian
Perinatologi FKUI/RSUPNCM dari tahun 1994-1995 adalah 5/10.000 kelahiran.
b.
Makrosomia
Ibu dengan DMG 40% akan melahirkan
bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan. Makrosomia mempertinggi
terjadinya trauma lahir, sinhdrom aspirasi mekoneum dan hipertensi pulmonal
persisten. Trauma lahir biasanya terjadi akibat distosia bahu, sehingga dapat
menyebabkan fraktur humerus, klavikula, palsi Erb syaraf frenikus, bahkan
kematian janin.
Sekitar 20-50% bayi dengan ibu DMG
mengalami hipoglikemia (GD < 30 mg/dl) pada 24 jam pertama setelah lahir dan
biasanya terjadi pada bayi makrosomia.
c.
Hambatan pertumbuhan janin Ibu DMG dengan komplikasi
vaskular akan memberikan bayi dengan BB rendah pada kehamilan 37-40 minggu. Hal
ini dapat terjadi juga karena adanya perubahan metabolik ibu selama masa awal
persalinan.
d.
Cacat bawaan Kejadian cacat bawaan adalah 4,1% BIDMG.
Cacat bawaan terjadi paling banyak pada kehamilan dengan DMG yang tidak
terpantau sebelum kehamilan dan pada trimester pertama. Lima puluh persen
kematian perinatal disebabkan kelainan jantung (TAB, VSD, ASD), kelainan ginjal
(agenesis ginjal), kelainan saluran cerna (situs inversus, syndrome kolon kiri
kecil), kelainan neurologi dan skelet. Kekerapan cacat bawaan ringan lebih
besar, mencapai sekitar 20%.
e.
Hipokalsemi dan hipomagnesemia Bayi dikatakan
hipokalsemia bila kadar kalsium darahnya < 7 mg/dl (kalsium ion < 3
mg/dl). Beratnya hipokalsemia berhubungan dengan tingkat terkendalinya kadar
glukosa ibu DMG. Bayi mengidap hipomagnesemia bila kadar magnesium < 1,5
mg/dl. Biasanya hipomasgnesemia terjadi bersamaan dengan hipokalsemia.
f.
Hiperbilirubinemia Meningkatnya kadar bilirubin
indirect pada 20-25% BIDMG, akibat pengrusakan eritrosit yang mungkin terjadi
karena perubahan pada membran eritrosit.
g.
Polisitemia
hematologis
h.
Asfiksia perinatal Asfiksia perinatal terjadi pada 25%
BIDMG, mungkin disebabkan oleh makrosomia, prematuritas, penyakit vaskulat ibu
yang menyebabkan hipoksia intrauterin atau pada bayi yang lahir dengan seksio
sesarea.
i.
Syndrom gawat nafas neonatal Kejadian sindrom gawat
nafas neonatal berkolerasi dengan tingkat pengendalin kadar glukosa ibu DMG.
Angka kejadian sindrom gawat nafass jelas sekali menurun pada ibu DMG dengan
kadar glukosa darah yang terkendali baik. Sebagian lagi gawat nafas ini
disebabkan karena prematuritas, dengan produksi surfaktan paru belum cukup atau
bayi dilahirkan dengan sseksio sesarea.
Pada ibu :
a.
Hipertensi
Gestational diabetes akan meningkatkan resiko ibu untuk mengalami tekanan
darah yang tinggi selama kehamilan. Hal tersebut juga akan meningkatkan resiko
ibu untuk terkena preeclampsia dan eclampsia, yaitu 2 buah komplikasi serius
dari kehamilan yang menyebabkan naiknya tekanan darah & gejala lain, yang
dapat membahayakan ibu maupun sang buah hati.
b.
Preeklampsia
11. Penaganan
Pengawasan sendiri
kadar gula darah sangat dianjurkan pada wanita dengan diabetes dalam kehamilan.Tujuan
utama monitoring adalah mendeteksi konsentrasi glukosa yang tinggi yang dapat
menyebabkan peningkatan angka kejadian kematian janin. Selain monitoring,
terapi diabetes dalam kehamilan
adalah :
1. Diet
Terapi nutrisi adalah
terapi utama di dalam penatalaksanaan diabetes. Tujuan utama terapi diet adalah
menyediakan nutrisi yang cukup bagi ibu dan janin, mengontrol kadar glukosa
darah, dan mencegahterjadinya ketosis (kadar keton meningkat dalam darah).
Penderita diabetes menurut Lokakarya LIPI/NAS (1968) dengan berat badan
rata-rata cukup diberi diet 1200 – 1800 kalori sehari selama kehamilan. Pada
wanita diabetes gestasional dengan berat badan normal dibutuhkan
30kkal/kg/hari.Pada wanita dengan obesitas (Indeks Massa Tubuh > 30 kg/m2)
dibutuhkan 25 kkal/kg/hari
Pola
makan 3 kali makan besar diselingi 3 kali makanan kecil dianjurkan dalam
sehari. Pembatasan jumlah karbohidrat 40% dari jumlah makanan dalam sehari
dapat menurunkan kadar glukosa darah postprandial (2 jam setelah makan)
Gambar 2. Diet Sehat untuk Penderita DM
2.
Olahraga
Bersepeda
dan olah tubuh bagian atas direkomendasikan pada wanita dengan diabetes
gestasional. Para wanita dianjurkan meraba sendiri rahimnya ketika berolahraga,
apabila terjadi kontraksi maka olahraga segera dihentikan. Olahraga berguna
untuk memperbaiki kadar glukosa darah
Gambar 3. Olahraga untuk Wanita
dengan Diabetes Gestasional
3.
Pengobatan insulin
Penderita yang sebelum kehamilan memerlukan insulin
diberikan insulin dengan dosis yang sama seperti sebelum kehamilan sampai
didapatkan tanda-tanda perlu ditambah atau dikurangi. Terapi insulin
direkomendasikan oleh The American Diabetes Association (1999) ketika terapi
diet gagal
untuk
mempertahankan kadar gula darah puasa < 95 mg/dl atau 2 jam setelah makan
kadar gula darah < 120 mg/dl
Gambar
4. Lokasi Penyuntikan Insulin pada Wanita Hamil
Terapi
Obstetrik
Pada
penderita diabetes gestational yang tidak berat, dapat dikendalikan gula darah
melalui diet saja,tidak memiliki riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka ibu
dapat melahirkan secara normal dalam usia kehamilan 37 – 40 minggu selama tidak
ada komplikasi lain. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan
dengan insulin , maka sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini pada kehamilan 36
– 38 minggu terutama bila kehamilannya diikuti oleh komplikasi lain seperti
makrosomia, preekalmpsia,atau kematian janin. Pengakhiran kehamilan lebih baik
lagi dengan induksi (perangsangan)atau operasi Caesar.
Wanita dengan diabetes gestasional memiliki risiko
meningkat untuk mengalami diabetes tipe 2 setelah melahirkan. Kadar glukosa
darah ibu harus diperiksa 6 minggu setelah melahirkan dan setiap 3 tahun ke
depan. (pdf.http//.diabetesmelitus,wordperss.com)
(diakses tanggal 23 september 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar