Kamis, 01 November 2012

Deteksi dini yang lazim terjadi pada masa nifas


T ugas        :     Askeb Lanjut I (PNC)


DETEKSI DINI DAN PENYULIT YANG LAZIM terjadi pada MASA NIFAS
                         
  
              OLEH          : KELOMPOK VI
                        Kelas       : Div bidan b
                     Anggota   :
                                         Harlinda
IRMAYANI
YOHANA W. LAKUSA
FICA NILAMSARI
TRY RADIATUL ADAWIAH


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEknIK KESEHATAN MAKASSAR
DIV KEBIDANAN TAHUN 2012


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas  dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah  ini adalah  ” bagaimanakah mendeteksi dini komplikasi masa nifas ? ”.


 BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Masa Nifas Normal
1.      Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat -alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu. Bari, 2000)
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003)
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira- kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan, 2005)
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai 2 kejadian pada puerperium yaitu involusio dan proses laktasi. (Manuaba, 1998)
2.  Pembagian periode masa nifas
         Menurut Mochtar menyatakan bahwa masa nifas di bagi dalam 3 periode :
a.    Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
b.    Puerperium Intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.
c.   Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau sewaktu persalinan mempunyai komplikasi.

3.   Perubahan -perubahan pada masa nifas
Dalam masa nifas alat- alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur-angsur kembali seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genitalia itu disebut involusio. (1999).
a.    Uterus
Uterus yang telah menyelesaikan tugasnya akan menjadi keras karena   kontraksinya sehingga penutupan pembuluh darah, uterus yang diikuti his itu juga diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa tempat implantasi plasenta disebut lochea.
                   Table 2.1
                                    Tinggi fundus uteri dan berat uterus di masa involusio
Involusio
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uteri
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari dibawah pusat
750 gram
1 minggu
½ pusat – simphisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba diatas simphisis
350 gram
6 minggu
Bertambah kecil
50 gram
8 minggu
Normal
40 gram
b.      Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong berwarna merah-kehitaman dengan konsistensi lunak. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk ke rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2- 3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
c.      Pengeluaran Lochea
      Menurut Manuaba, pengeluaran lochea dibagi berdasarkan jumlah dan   warnanya sebagai berikut :
1)  Lochea Rubra (Cruenta) : terjadi pada hari ke – 1 sampai hari ke – 3,  warnanya merah kehitaman, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut  lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
2)  Lochea Sanguiolenta : 3-7 hari, warna putih campur darah.
3)  Lochea Serosa : 7-14 hari, warna kekuningan.
4)   Lochea Alba : setelah hari 14 berwarna putih.

d.      Bekas Luka Implantasi
    Menurut Manuaba dapat digambarkan sebagai berikut :
1.     Terjadi pembentukan trombosis dan penutupan pembuluh darah karena  kontraksi uterus, cepat mengecil pada minggu ke dua sebesar 6-8 cm dan akhir nifas sebesar 2 cm.
2.  Lapisan endometrium dilepas dalam bentuk jaringan nekrosis bersama    lochea.
3.  Luka bekas implantasi akan sembuh karena pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis endometrium.
e.     Suhu Badan
Pada wanita postpartum suhu badan naik 0,50C dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C. Sesudah 12 jam post partum pada umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 380C mungkin ada infeksi.
f.     Nadi
Umumnya berkisar 60- 80 denyut permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardi.
g.      Laktasi
Sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan- perubahan pada kelenjar mammae, yaitu :
a.       Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lunak bertambah.
b.      Keluar cairan jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum yang berwarna kuning putih susu.
c.       Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena -vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d.      Setelah partus, pengaruh sekresi estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.
e.       Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan miopitel kelenjar susu berkontraksi sehingga ASI keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post partum.
h.      Eliminasi
Buang air kecil segera dilakukan apabila kandung kemih penuh, buang air besar terjadi pada hari ke empat atau lima post partum.

B.       Tujuan Asuhan Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan masa nifas adalah untuk :
1.         Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikis.
2.         Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.         Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehahatan diri, nutrisi, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya dan perawatan  bayi sehat.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka sebelumnya dilaksanakan asuhan sayang ibu pada masa post partum, adapun asuhan sayang ibu tersebut menurut APN (2001) :
1.         Bayi selalu berada dekat ibunya (rawat gabung) dan pemberian ASI sesuai kebutuhan (On Demand) merupakan hal yang harus dianjurkan.
2.         Pada ibu dan keluarga harus diberikan penerangan mengenai pentingnya memenuhi kebutuhan akan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup setelah persalinan.
3.         Asuhan pada bayi baru lahir yang sesuai harus dikerjakan termasuk penyediaan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan resusitasi.
4.         Keluarga dianjurkan untuk mengunjungi dan mensyukuri kelahiran si bayi.
5.         Ibu harus mendapatkan anjuran serta pendidikan yang bermanfaat bagi kesehatannya termasuk konseling mengenai kontrasepsi.

C.      Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
1.      Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2.      Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social serta memberikan semangat pada ibu
3.      Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4.      Membangu kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5.      Mendukung pendidikan kesehatantermasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua
6.      Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7.      Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8.      Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9.      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10.  Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman
11.  Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas
12.  Memberikan asuhan secara profesional

D.      Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir , untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalh yang terjadi. Kunjungan dalam masa nifas antara lain :
1.      Kunjungan pertama : 6-8 jam setelah persalinan, yang bertujuan:
a.       Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b.      Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut.
c.       Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d.      Pemberian ASI awal, 1 jam setelah inisiasi menyusu dini (IMD) berhasil dilakukan.
e.       Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f.       Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama sudah kelahiran atau sampai bayi dan ibu dalam keadaan stabil.
2.      Kunjungan kedua : 6 hari setelah persalinan, yang bertujuan :
a.       Memastikan involusi uteris berjalan normal, uterus berkontraksi fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c.       Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada bagian payudara ibu.
d.      Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3.      Kunjungan ketiga : 2 minggu setelah persalinan, yang bertujuan :
a.       Memastikan involusi uterus, berjalan normal uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b.      Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
c.       Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan cairan dan istirahat
d.      Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
e.       Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
4.      Kunjungan keempat : 6 minggu setelah persalinan, yang bertujuan :
a.       Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami
b.      Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini
Tabel 2.2
Frekuensi kunjungan masa nifas
kunjungan
Waktu
Asuhan
I
6-8 jam post partum
·  Mencegah perdarahan post partum karena atonia uteri.
·  Mendeteksi dan mencari penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
·  Memberikan konseling pada ibu / salah satu keluarga bagaimana mencegah perdarahan post partum karena atonia uteri.
·  Pemberian ASI awal.
·  Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
·  Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi
·  Setelah bidan/petugas kesehatan menolong persalinan, maka ia harus tinggal dengan ibu dan bayi selama 2 jam setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
II
6 hari post partum
·  Memastikan involusio uteri berjalan normal, TFU di bawah pusat, uterus berkontraksi,tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,  tidak ada perdarahan abnormal, tidak berbau.
·  Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
·  Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
·  Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta  tidak ada tanda-tanda  kesulitan menyusui.
·  Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari – hari.
III
2 minggu post partum
·  Asuhan yang dilakukan sama dengan asuhan 6 hari post partum
·  Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu dan bayi alami.
III
6 minggu post partum
·  Memberikan konseling untuk KB secara dini.





E.       Asuhan nifas normal
Penanganan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu
1.         Kebersihan diri
·         Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
·         Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
·         Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya du kali sehari, kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan keringkan di bawah matahari atau setrika.
·         Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya
·         Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2.         Istirahat
·         Anjurkan ibu untuk beristirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
·         Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan rumah tangga bisa perlahan – lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
·         Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal : mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3.         Latihan
·         Diskusikan pentingnya mengembalikan otot – otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung
·         Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti : dengan tidur terlentang dan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada.
·         Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot – otot pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan, kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali

4.         Gizi
Ibu menyusui harus :
·           Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
·           Makanan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, vitamin yang cukup
·           Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca salin
·           Minum kapsul vitamin A agar bisa memberikan vitamin A kepada bayi melalui ASI nya
5.         Perawatan Payudara
·         Menjaga payudara tetap bersih dan kering
·         Menggunakan BH yang menyokong payudara
·         Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum yang keluar atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
·         Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok
·         Untuk menghilangkan nyeri dapat diminum paracetamol 1 tablet setiap 4 – 6 jam
·         Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI lakukan : pengompresan payudara menggunakan kain basah dan kain hangat selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting
·         Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak
·         Susukan bayi setiap 2 – 3 jam sekali. Apabila tidak dapat mengisap seluruh ASI keluarkan dengan tangan
·         Letakkan kain dingin pada payudara setelah selesai
·         Payudara dikeringkan


6.         Hubungan perkawinan / rumah tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai hubungan suami isteri kapan saja ibu siap. Pada sudut pandang agama 6 minggu atau 40 hari setelah persalinan (tergantung kesiapan pasangan).

F.       Komplikasi dan Penyulit Masa Nifas
1.         Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa permasalahan  mengenai definisi ini yaitu ;
a.         Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai.
b.        Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan  dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
c.         Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalion kerana hal ini menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan.
Penyebab perdarahan :
A.    Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput ketuban tertahan)
B.     Trauma genitalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan peralatan termasuk section caesaria, episiotomi)
C.     Koagulasi intravascular disetaminata
D.    Inversi uterus
E.     Hemorargi post partum
Penatalaksanaan :
Hemorargi posr partum primer, Hemorargi post partum atonik
a.         Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah
b.        M
Hal yang harus dilakukan :
a.       Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan telah terkendali dan keadaan umum telah stabil.
b.      Pada kasus PPH atonik jangan pernah memasukan pack vagina
c.       Jika penolong berada di rumah perlu dilakukan rujukan.  Hemorargi post partum traumatic
d.      Pastikan asal perdarahan
e.       Ambil darah untuk cross check dan lakukan cek kadar Hb
f.       Pasang infuse IV, NaCL atau RL jika pasien syok
g.      Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup
h.      Perkirakan kehilangan darah
i.        Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum
j.        Jahit robekan
k.      Berikan antibiotic
l.        Membuat catatan yang akurat

2.         Infeksi masa nifas
Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas ke saluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat. Gejala lokal dapat berupa uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria.

3.         Sakit kepala, nyeri epigastrik
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya eklamsia post partum bila disertai dengan tekanan darah tinggi

4.         Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
Hal ini berhubungan dengan  gejala di atas (no 3)

5.         Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomy yang lebar, laserasi, haematom dinding vagina

6.         Payudara yang berubah merah, panas dan terasa sakit
Disebabkan oleh payudara yang tidak disuse secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu yang diet jelek, kurang istirahat dan anemia

7.         Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi, atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali

8.         Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena maupun di pelvis yang mengalami dilatasi

9.         Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan dansetelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat bayinya setelah meninggalkan Rumah Sakit, ketakutan akan menjadi tidak menarik lagi


G.      Komplikasi, kelainan dan penyakit dalam masa nifas
1.         Infeksi nifas
Endometritis
Uterus, tubavalopi, ovarium, pembuluh-pembuluh darah dan limfe, jaringan ikat di sekitarnya dan peritoneum yang menutupi alat-alat tersebut di atas merupakan kesatuan fungsional. Radang dapat menyebar dengan cepat dar kavum uteri ke seluruh genitalia interna. Radang endometrium dinamakan endometritis, radang otot-otot uteru dinamakan miometritsi atau metritis dan radang peritoneum disekitar uterus dinamakan perimetriris

H.      Tanda bahaya masa nifas
1.     Infeksi nifas
Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyeraapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 ° C yang bukan merupakan keadaan patologis atau penyimpangan pada hari perta. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 39° C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.

2.    Penyebab
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen(kuman masuk /datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab terbanyak dari 50 % adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak pathogen sebagai penghuni normal jalan lahir.
Kuman anaerob yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong dukun dari luar Rumah sakit.

3.    Faktor predisposisi infeksi masa nifas
a.       Partus lama, partus terlantar, dan ketuban pecah lama
b.      Tindakan operatif baik pervaginam maupun perabdominal
c.       Tertinggalnya sisaa-sisa uri, selaput ketuban dan bekuan darah dalam rongga rahim
d.      Keadaan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti perdarahan, kelelahan, malnutrisi, preeklamsi, eklamsi dan penyakit ibu lainnya.

4.    Klasifikasi infeksi nifas
a.       Infeksi terbatas lokasinya pada perineum, vulva, serviks dan endometrium
b.      Infeksi yang mneyebar ke tempat lain melalui pembuluh vena, pembuluh limfe dan dendometrium.

I.         Kelainan-kelainan lainnya dalam nifas
2.      Kelainan dalam rahim
a.    Sub involusio
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat raahim dari 1.000 gr menjadi 40-60 gr pada 6 minggu kemudian. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terhambat. Keadaan demikian disebut involusio uteri.  Pemyebabnya adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri. Pada palpasi uterus masih teraba besar, fundus masih tinggi, lochea banyak dan berbau dan terjadi perdarahan.

b.    Perdarahan masa nifas
Adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir. Yang terbagi menjadi perdarahan post partum  primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi pada 24 jam pertama, dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi setelah 24 jam.
Penyebab perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, laserasi jalan lahir dan inversion uteri. Sedangkan penyebab perdarahan postpartum sekunder adalah sub involusi, retensi sisa plasenta, dan infeksi nifas
Pencegahan perdarahan postpartum dapat dilakukan dengan mengenali resiko perdarahan postpartum (uterus distensi, partus lama, partus dengan uatan), memberikan oksitosin setelah bayi lahir, memastikan kontraksi uterus setelah bayi lahir, memastikan plasenta lahir lengkap, menangani robekan jalan lahir.

3.      Kelainan dalam nifas
a.       Kelainan alba dolens
Kelainan alba dolens merupakan suatu tromboflebitis yang mengenai satu atau kedua vena femoralis. Hal ini disebabkan oleh adanya thrombosis atau embolus yang disebabkan karena adanya perubahan atau kerusakan pada intima pembuluh darah, perubahan pada susunan darah, laju peredaran darah atau karena pengaruh infeksi atau vena seksi.
Faktor predisposisi adalah usia lanjut, multiparitas, obstetric operatif, adanya varices dan infeksi nifas. Gejala klinisnya meliputi suhu badan naik, nyeri kaki dan betis pada saat berjalan atau ditekan (tanda human) dan bengkak (tumor) kalau ditekan menjadi cekung.

b.      Nekrosis hipofisis lobus anterior post partum
Sindroma seehan atau nekrosis lobus depan dari hypofisis karena syok akibat perdarahan persalinan. Hypofisis ikut berinvolusi setelah persalinan karena  syok akibat perdarahan hebat pada hypofifis terjadilah nekrosis pada pars anterior. Mungkin pula nekrosis ini terjadi karena pembekuan intravaskuler menyebabkan thrombosis pada sinusoid hypofisis. Gejala timbul agalaksia, amenore dan insufisiensi hormone pars anterior hypofisis

J.        Jenis-jenis infeksi masa nifas
1.     Septikemia dan Piemia
Septikemia adalah keadaan dimana kuman-kuman dan atau toksiknya langsung masuk ke dalam peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Piemia dimulai dengan tromboflebitis vena daerah perlukaan yang lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil, dibawa oleh peredaran darah umum dan terjadilah infeksi dan abses pada organ-organ tubuh yang dihinggapinya (paru-paru, ginjal, jantung, otak, dsb)
a.    Gambaran klinik dan diagnosis baik septikemia dan piemiaadalah penyakit berat. Gejala Septikemia lebih akut dari piemia, ibu kelihatan sakit dan lemah, suhu badan naik 39-40° C, keadaan umum jelek, menggigil, nadi cepat 140-160 x/m atau lebih, tekanan darah turun bila keadaan umum memburuk, sesak nafas, kesadaran menurun dan gelisah.
b.    Pada piemia dimulai dengan rasa sakit pada daerah tromboflebitis tidak lama postpartum dan setelah ada penyebaran thrombus terjadi gejala umum seperti di atas.
c.    Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositas, pada kultur darah dijumpai kuman-kuman yang pathogen.
d.   Prognosis  :
Septikemia dan piemia adalah infeksi berat dan angka kematian tinggi, apabila tidak diikuti peritonitis umum. Kadang-kadang walaupun dengan pemberian antibiotic dan upaya yang cukup kematian ibu tidak dihindarkan.

2.    Parametriris
Parametritis adalah infeksi jaringan ikat pelvis yang dapat terjadi melalui beberapa jalan :
a.       Dari servisitis atau endometritis yang tersebar melalui pembuluh limfe
b.      Langsung meluas dari servisitis ke dasar ligamentum sampai ke perimetrium
c.       Atau sekunder dari tromboflebitis

3.    Salfingitis
Salfingitis adalah peradangan adneksa. Terdiri dari salfingitis akut dan kronik. Diagnosis dan gejala klinis hamper sama dengan parametritis. Bila infeksi berlanjut dapat terjadi piosalfing.

K.      Pencegahan Infeksi Nifas
1.      Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang  diderita ibu. Pemeriksaan dalam jangka dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Begitu pula pada koitus ibu hamil tua hendaknya dihindari atau dukurangi dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban, kalu ini terjadi infeksi akan mudah masuk jalan lahir
2.      Masa persalinan
a.       Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah
b.      Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama
c.       Jagalah sterilitas kamar bersalin dan pakailah masker, alat-alat harus suci hama.
d.      Perlukaan-perlukaan jalan lahir karenaa tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas
e.       Perdarahan yang banyak harus dicegah, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan transfuse darah

3.      Kelainan pada payudara
Bendungan ASI
Bendungan ASI disebabkan oleh pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Keluhan mammae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat. Penanganan sebaiknya sdimulai selama hamil dengan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan-kelainan, bila terjadi juga berikan terafi simptomatis atau sakitnya (analgetik) sebelum menyusukan lakukan pengurutan dahulu sehingga sumbatan hilang

 BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Komplikasi dan penyulit masa nifas yaitu
2.         Perdarahan pervaginam
3.         Infeksi masa nifas
4.         Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
5.         Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
6.         Demam, muntah rasa sakit saat berkemih
7.         Payudara yang berubah jadi merah, panas dan terasa sakit
8.         Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9.         Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
10.     Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

B.       Saran
1.    Institusi
Memperbanyak lagi buku referensi sebagai bahan kepustakaan bagi mahasiswa khususnya kebidanan.
2.    Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penanganan kasus kompliksi ibu nifas serta dapat mendeteksi lebih dini pada komplikasi masa nifas.

 
DAFTAR PUSTAKA

 Anggraini, Y., 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta

Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta
Saifuddin, A.B.,2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo, PT Bina Pustaka   Sarwono Prawihardjo, Jakarta



Tidak ada komentar: