Minggu, 10 Maret 2013

penuntun belajar APN



PENUNTUN  BELAJAR  KETERAMPILAN
( Revisi )

MENGGUNAKAN  PENUNTUN  BELAJAR


Penuntun-penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini dirancang untuk menolong peserta mempelajari keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk memberi  pelayanan persalinan fisiologis yang bersih dan aman.

Penuntun belajar digunakan untuk membantu peserta mempelajari langkah-langkah baku yang sederhana tetapi efektif untuk melaksanakan pertolongan persalinan normal sesuai dengan ruang lingkup dan kewenangan penolong atau petugas pelaksana asuhan persalinan normal.

Penuntun belajar dapat juga digunakan untuk mengikuti peragaan atau demonstrasi langkah-langkah baku dalam persalinan normal dan diskusi-diskusi yang terkait dengan pelaksanaan prosedur tersebut. Kemudian, selama pelatihan berlangsung, peserta dapat menggunakan penuntun belajar ini sebagai pedoman untuk mengenali dan menguasai prosedur pertolongan persalinan serta saling memberikan umpan balik pada saat peserta lain memperagakan prosedur tersebut pada model anatomi.

Karena penuntun belajar ini digunakan untuk menolong pengembangan keterampilan maka penilaian harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan seobyektif mungkin. Kinerja peserta untuk setiap keterampilan/kegiatan dinilai dengan menggunakan skala sebagai berikut:

1      Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2      Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3          Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)













I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1.Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
    • Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
    • Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
    • Perineum tampak menonjol
    • Vulva dan sfinger ani membuka





II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi à tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
  • Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
  • Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set





3.  Pakai celemek plastik





4.  Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering





5.  Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam





6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)





III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
7.      Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
  • Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
  • Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia
  • Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% à langkah # 9)





8.      Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
  • Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi





9.  Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan





10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/ menit)
  • Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
  • Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf





IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN    MENERAN
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a.       Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
b.      Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar





12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)





13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
  • Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
  • Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
  • Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
  • Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
  • Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
  • Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
  • Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
  • Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)





14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit





V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm





16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu





17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan





18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan





VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala





19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal





20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
  • Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
  • Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut





21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan





Lahirnya Bahu





22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang





Lahirnya Badan dan Tungkai





23.  Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan  bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.






24.  Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)





VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25.  Lakukan penilaian (selintas):
§  Apakah bayi cukup bulan?
§  Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
§  Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK,” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya)
Bila semua jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26





26.  Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.





27.  Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).





28.  Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.





29.  Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).





30.  Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.





31.  Pemotongan dan pengikatan tali pusat
§  Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan  tali pusat di antara 2 klem tersebut.
§  Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
§  Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan





32.  Letakkan bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
      Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. .Biarkan
      bayi  tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
  • Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu










VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA


33.  Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva





34.  Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat





35.  Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
§  Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.





Mengeluarkan plasenta





36.  Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
§  Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
§  Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.      Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.      Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.      Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.      Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.      Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan,segera  lakukan plasenta manual





37.  Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
§  Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal





Rangsangan Taktil (Masase) Uterus





38.  Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
  • Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase





IX. MENILAI PERDARAHAN
39.  Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus





40.  Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.





Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan





X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA PERSALINAN

41.  Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam





42.  Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % dan membilasnya dengan air DTT kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering





Evaluasi
43.  Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi





45.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah





46.Memeriksa nadi ibu  dan pastikan keadaan umum ibu baik





47.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali /   
     menit).
     Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke
     rumah sakit.
     Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut.





Kebersihan dan Keamanan
48.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
     dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi





49.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai            





50.Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
     dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering





51.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk   
     memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya





52.Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan larutan klorin 0,5%





53.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan dalam keadaan 
     terbalik kemudian rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit





54.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir  kemudian keringkan tangan dengan
     tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering





55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi baru lahir.





56.Dalam waktu satu jam,  beri antibiotika salep mata pencegahan, dan vitamin K1 1 mg
      intramuskular di paha kiri anterolateral
.   Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir,  pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC)..





57.Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
     kanan anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
     disusukan.






58.Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik didalam larutan klorin 0,5 %





59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir  kemudian keringkan tangan dengan
      tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering





Dokumentasi
60.Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan
     kala 4