Rabu, 21 November 2012

ENDOMETRITIS, PERITONITIS, TROMBOFLEBITIS, INFEKSI PAYUDARA, BENDUNGAN ASI, LUKA PERINEUM


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi.
Peritonitis adalah radang peritoneum dengan eksudasi serum, fibrin, sel – sel, dan pus, biasanya disertai dengan gejala nyeri abdomen dan nyeri tekan pada abdomen, konstipasi, muntah, dan demam peradangan yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada peritoneum
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar di dalam tubuh. Peritoneum terdiri atas dua bagian utama, yaitu peritoneum parietal, dan peritoneum visceral, yang berfungsi menutupi sebagian besar dari organ – organ abdomen dan pelvis, membentuk perbatasan halus yang memungkinkan organ saling bergeseran tanpa ada penggesekan. Organ – organ digabungkan bersama dan menjaga kedudukan mereka tetap, dan mempertahankan hubungan perbandingan organ – organ terhadap dinding posterior abdomen. Sejumlah besar kelenjar limfe dan pembuluh darah yang termuat dalam peritoneum, membantu melindunginya terhadap infeksi
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan Endometritis, Peritonitis, Tromboflebitis, Infeksi      Payudara, Bendungan ASI, Luka perineum ?
2.    Klasifikasi Endometritis dan Tromboflebitis.


BAB II
PEMBAHASAN
1.      ENDOMETRITIS
A.    PENGERTIAN
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi. Terdapat berbagai tipe endometritis, yaitu :
1.      endometritis post partum (radang dinding rahim sesudah melahirkan),
2.      endometritis sinsitial (peradangan dinding rahim akibat tumor jinak disertai sel sintitial dan trofoblas yang banyak)
3.      endometritis tuberkulosa (peradangan pada dinding rahim endometrium dan tuba fallopi, biasanya akibat Mycobacterium tuberculosis.

B.     PENYEBAB
Mikroorganisme yang menyebabkan endometritis diantaranya Campylobacter foetus, Brucella sp., Vibrio sp. dan Trichomonas foetus. Endometritis juga dapat diakibatkan oleh bakteri oportunistik spesifik seperti Corynebacterium pyogenes, Eschericia coli dan Fusobacterium necrophorum. Organisme penyebab biasanya mencapai vagina pada saat perkawinan, kelahiran, sesudah melahirkan atau melalui sirkulasi darah.
Terdapat banyak faktor yang berkaitan dengan endometritis, yaitu retensio sekundinarum, distokia, faktor penanganan, dan siklus birahi yang tertunda.  Selain itu, endometritis biasa terjadi setelah kejadian aborsi, kelahiran kembar, serta kerusakan jalan kelahiran sesudah melahirkan.  Endometritis dapat terjadi sebagai kelanjutan kasus distokia atau retensi plasenta yang mengakibatkan involusi uterus pada periode sesudah melahirkan menurun. Endometritis juga sering berkaitan dengan adanya Korpus Luteum Persisten.

C.    PATOGENESIS
Rahim merupakan organ yang steril sedangkan di vagina terdapat banyak mikroorganisme oportunistik. Mikroorganisme dari vagina ini dapat secara asenden masuk ke rahim terutama pada saat perkawinan atau melahirkan. Bila jumlah mikroorganisme terlalu banyak dan kondisi rahim mengalami gangguan maka dapat terjadi endometritis. Kejadian endometritis kemungkinan besar terjadi pada saat kawin suntik atau penanganan kelahiran yang kurang higienis, sehingga banyak bakteri yang masuk, seperti bakteri non spesifik (E. coli, Staphilylococcus, Streptococcus dan Salmonella), maupun bakteri spesifik (Brucella sp, Vibrio foetus dan Trichomonas foetus).

D.    GEJALA KLINIS
Gejala klinis endometritis yaitu lendir vagina yang berwarna keputihan sampai kekuningan yang berlebihan, dan rahim membesar. Penderita dapat nampak sehat, walaupun dengan lendir vagina yang kekuningan dan dalam rahimnya tertimbun cairan. Pengaruh endometritis terhadap kesuburan dalam jangka pendek adalah menurunkan kesuburan sedangkan dalam jangka panjang endometritis menyebabkan gangguan reproduksi karena terjadi perubahan saluran reproduksi.

E.     DIAGNOSIS
Endometritis dapat terjadi secara klinis dan subklinis. Diagnosis endometritis dapat didasarkan pada riwayat kesehatan, pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal dan biopsi. Keluhan kasus endometritis biasanya beberapa kali dikawinkan tetapi tidak bunting, siklus birahi diperpanjang kecuali pada endometritis yang sangat ringan. Pemeriksaan vaginal dapat dilakukan dengan menggunakan vaginoskop dengan melihat adanya lendir, lubang leher rahim (serviks) agak terbuka dan kemerahan di daerah vagina dan leher rahim. Pada palpasi per rektal akan teraba dinding rahim agak kaku dan di dalam rahim ada cairan tetapi tidak dirasakan sebagai fluktuasi (tergantung derajat infeksi).
F.     TERAPI
Terapi endometritis, dapat dilakukan melalui pemberian antibiotik sistemik, irigasi rahim, pemberian hormon estrogen untuk menginduksi respon rahim, dan injeksi prostaglandin untuk menginduksi uterus. Pengobatan yang direkomendasikan untuk endometritis yang agak berat adalah memperbaiki vaskularisasi dengan mengirigasi uterus mempergunakan antiseptik ringan seperti lugol dengan konsentrasi yang rendah. Irigasi diulangi beberapa kali dengan interval 2-3 hari. Antibiotik diberikan secara intra uterin dan intra muskular. Leleran dapat dikeluarkan dengan menyuntikkan preparat estrogen. Untuk endometritis ringan cukup diberikan antibiotika intra uterina.















Gambar endometrium

Anatomi organ reproduksi wanita
GAMBAR ENDOMETRITIS


2.      PERITONITIS
A.    PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput serosa yang melapisi bagian dari rongga perut     
B.     ETIOLOGI
Peritonitis biasanya disebabkan oleh
*      Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang paling sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, kandung empedu, usus buntu, asites (dimana cairan berkumpul di perut dan kemudian mengalami infeksi)
*       Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan. Cedera pada kantung empedu, ureter, kandung kemih, atau usus selama pembedahan dapat memindahkan bakteri ke dalam perut
*       Trauma tembus dapat mengakibatkan peritonitis sampai dengan sepsis bila mengenai organ yang berongga intra peritoneal. Usus merupakan organ yang paling sering terkena pada luka tembus abdomen, sebab usus mengisi sebagian besar rongga abdomen
*      Peritonitis mekonium dapat terjadi jika ada defek pada dinding usus pada masa antenatal
C.    PATOFISIOLOGI
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ – organ abdomen (misalnya: apendisitis, salpingitis), rupture saluran cerna atau dari luka tembus abdomen. Organisme yang sering menginfeksi adalah organisme yang hidup dalam kolon pada kasus ruptur apendiks, sedangkan stafilokok dan streptokok sering masuk dari luar.
Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat fibrinosa. Abses terbentuk di antara perlekatan fibrinosa, yang menempel menjadi satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi. Perlekatan biasanya menghilang bila infeksi menghilang, tetapi dapat menetap sebagai pita – pita fibrosa, yang kelak dapat mengakibatkan obstruksi usus9.
Bila bahan yang menginfeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis umum. Dengan perkembangan peritonitis umum, aktifitas peristaltik berkurang, usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguria. Perlekatan dapat terbentuk antara lengkung – lengkung usus yang meregang dan dapat mengganggu pulihnya pergerakan usus dan mengakibatkan obstruksi usus
.
Peritonitis mekonium adalah peritonitis non bakterial yang berasal dari mekonium yang keluar melalui defek pada dinding usus ke dalam rongga peritoneum. Defek dinding usus dapat tertutup sendiri sebagai reaksi peritoneal. Bercak perkapuran dapat terjadi dalam waktu 24 jam .
D.    DIAGNOSIS
Ø  Gambaran klinik
·         Biasanya penderita muntah, demam tinggi, dan merasakan nyeri tumpul di perutnya. Pada palpasi sebagian atau seluruh abdomen tegang, seperti ada tahanan atau nyeri tekan. Berkurangnya nafsu makan; Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat,Tekanan darah menurun, Produksi urin menurun.
·         Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut yang membentuk perlengketan yang akhirnya bisa menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat; Gerakan peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus halus dan di usus besar. Cairan juga akan merembes dari peredaran darah ke dalam rongga peritoneum; Terjadi dehidrasi berat dan darah kehilangan elektrolit; Selanjutnya bisa terjadi komplikasi utama, seperti gagal ginjal akut (ARF)
·         Pada peritonitis mekonium gejalanya berupa abdomen yang membuncit sejak lahir, muntah, dan edema dinding abdomen kebiru – biruan
Ø  Gambaran radiologi
·         Foto roentgen di ambil dalam posisi berbaring dan berdiri. Gas bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto roentgen dan merupakan petunjuk adanya perforasi.
·         Pada pemeriksaan foto polos abdomen dijumpai asites, tanda – tanda obstruksi usus berupa air-udara dan kadang – kadang udara bebas (perforasi). Biasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi sehingga menyerupai ileus paralitik. Usus – usus yang melebar biasanya berdinding tebal.
·         Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik. Terdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto berdiri terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar. Jika terjadi suatu ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas mungkin akan terlihat pada kavitas peritoneal.
Ø  Gambaran Patologi
Dalam kondisi normal, peritoneum muncul keabu dan berkilau; itu menjadi kusam 2-4 jam setelah onset peritonitis, awalnya dengan cairan serosa atau sedikit keruh langka. Kemudian, eksudat menjadi lembut dan jelas supuratif; pada pasien dehidrasi, ia juga menjadi sangat inspissated. Jumlah akumulasi eksudat sangat bervariasi. Ini mungkin menyebar ke seluruh peritoneum, atau off berdinding oleh omentum dan jeroan. Peradangan fitur infiltrasi oleh neutrofil dengan eksudasi fibrino-purulen.

E.     PENATALAKSANAAN
v  Antibiotik biasanya diberikan secara intravena, tetapi mereka juga dapat ditanamkan langsung ke peritoneum. Pilihan empiris antibiotik spektrum luas sering terdiri dari beberapa obat, dan harus ditujukan terhadap agen yang paling mungkin, tergantung pada penyebab peritonitis (lihat di atas), satu kali satu atau lebih agen yang benar-benar terisolasi, terapi tentu saja menjadi sasaran pada mereka.
v  Operasi (laparotomi) diperlukan untuk melakukan eksplorasi penuh dan lavage dari peritoneum, serta untuk memperbaiki kerusakan anatomi kotor yang mungkin telah menyebabkan peritonitis.Pengecualian adalah peritonitis bakteri spontan, yang tidak selalu mendapatkan manfaat dari operasi dan dapat diobati dengan antibiotik dalam contoh pertama.
Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita harus mempersiapkan pasien untuk tindakan bedah antara lain:
·         Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran cerna.
·         Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
·         Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring urin.
·         Pemberian terapi cairan melalui I.V
·         Pemberian antibiotic.
Terapi bedah pada peritonitis yaitu :
*      Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas dari pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
*      Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain kassa, lavase, irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan jaringan yang nekrosis.
*      Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
*      Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi:
*      Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
*      Pemberian antibiotic.
*      Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic usus pulih, dan tidak ada distensi abdomen.
F.     PROGNOSIS
Jika ditangani dengan baik, terutama pada kasus - kasus pembedahan peritonitis (perforasi ulkus peptik, appendisitis, dan divertikulitis) mempunyai angka kematian < 10% dan pasien kembali sehat seperti sediakala, tetapi pada pasien – pasien dengan usia di atas 48 tahun, angka mortalitasnya sekitar 40% jika disertai dengan penyakit – penyakit lainnya dan sistem imunnya menurun. Pada anak – anak prognosis pada umumnya baik setalah mendapat pengobatan dengan antibiotik. Jika peritonitis terjadi secara menyeluruh, selalu berakibat fatal.


G.    KOMPLIKASI
*      Pengasingan cairan dan elektrolit, seperti diungkapkan oleh penurunan tekanan vena sentral, dapat menyebabkan gangguan elektrolit, serta hipovolemia signifikan, mungkin menyebabkan syok dan gagal ginjal akut.
*      Sebuah abses peritoneal dapat membentuk (misalnya, di atas atau di bawah hati, atau dalam omentum minus.
*      Sepsis dapat berkembang, sehingga budaya darah harus diperoleh.
*      Cairan dapat mendorong pada diafragma, menyebabkan kesulitan bernapas belat dan berikutnya.























GAMBAR PERITONITIS
                                                     



3.      TROMBOFLEBITIS
A. PENGERTIAN
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
B.     PENYEBAB
Ada beberapa penyebab tromboflebitis,antara lain :
§  Perubahan susunan darah
§  Perubahan laju peredaran darah
§  Perlukaan lapisan intema pembuluh darah
Pada masa hamil dan khususnya persalinan saat terlepasnya plasenta kadar fibrinogen yang memegang peranan penting dalam pembekuan darah meningkat sehingga memudahkan timbulnya pembekuan.
Faktor predisposisi
·         riwayat bedah kebidanan
·         usia lanjut
·         multi paritas
·         varices
·         infeksi nifas
Trombosis bisa terdapat pada vena-vena kaki juga pada vena-vena panggul. Trombosis pada vena-vena yang dekat pada permukaan biasanya disertai peradangan, sehingga merupakan tromboflebitis. Adanya septikhema, dapat dibuktikan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah.


C.    KLASIFIKASI
Ada 2 macam tromboflebitis, yaitu :
v  Pelvio tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum yaitu vena ovarika, vena uterina dan vena hipogastika. Vena yang paling sering terkena adalah vena ovarika dextra perluasan infeksi dari vena ovarika sinistra ke vena renalis, sedangkan perluasan infeksi dari vena ovarika dextra adalah ke vena cava inferior.
                              Gejala
ü  Nyeri terdapat pada perut bagian bawah atau perut bagian samping, timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas
ü  Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut :
·         Menggigil berulang kali, menggigil terjadi sangat berat (30-40 menit) dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari. Pada waktu menggigil penderita hampir tidak panas.
·         Suhu badan naik turun secara tajam (36ᵒC-40ᵒC)
·         Penyakit dapat berlangsung selama 1-3 bulan
·         Cenderung terbentuk pus yang menjalar kemana-mana terutama ke paru-paru
·         Gambaran darah
Ø  Terdapat leukositosis
Ø  Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulai menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
Ø  Pada pemeriksaan dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena yang paling banyak terkena adalah vena ovarika
            

Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat di timbulkan, yaitu :
ü  Komplikasi pada paru-paru infark, abses, pneumonia
ü  Komplikasi pada ginjal sinistra, yaitu nyeri mendadak yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria.
ü  Komplikasi pada mata, persendian dan jaringan subkutan.
Penanganan
Adapun penanganan yang dapat dilakukan, yaitu :
v  Rawat inap, penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan mencegah terjadinya emboli pulmonal.
v  Therapi medik, pemberian antibiotika  atau pemberian heparin jika terdapat tanda-tanda atau dugaan adanya emboli pulmonal
v  Therapi operati , peningkatan vena cava inferior dan vena ovarika jika emboli septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru meskipun sedang dilakukan heparisasi

v  Tromboflebitis femoralis (Flegmasia alba dolens)
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai misalnya pada vena femoralis, vena poplitea dan vena safena.
Edema pada salah satu tungkai kebanyakan disebabkan oleh suatu trombosis yaitu suatu pembekuan darah balik dengan kemungkinan timbulnya komplikasi emboli paru-paru yang biasanya mengakibatkan kematian
Penilaian klinik
Ø  Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris 7-10 hari kemudian suhu mendadak baik kira-kira pada hari ke 10-20 yang disertai dengan menggigil dan nyeri sekali.
Ø  Pada salah satu kaki yang terkena, akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
a)      Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih panas dibandingkan dengan kaki yang lain.
b)      Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha bagian atas.
c)      Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d)     Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang, dan nyeri
e)      Edema kadang-kadang terjadi selalu atau setelah nyeri, pada umumnya terdapat pada paha bagian atas tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki kemudian meluas dari bawah keatas
f)       Nyeri pada betis
g)      Pada trombosis vena femoralis, vena dapat teraba didaerah lipat paha
h)      Oedema pada tungkai dapat dibuktikan dengan mengukur lingkaran dari betis dan dibandingkan dengan tungkai sebelah lain yang normal.
Penanganan
·         Perawatan
1)      Kaki ditinggikan untuk mengurangi oedema lakukan kompres pada kaki
2)      Setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau memakai kaos kaki yang panjang elastik selama mungkin
3)      Jangan menyusui bayinya, mengingat kondisi ibu yang sangat jelek
4)      Terapi pemberian antibiotik dan anti analgesik



Gambar Tromboflebitis








4.   Infeksi Payudara ( Mastitis)
A.   Mastitis
ü  Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah 
 rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
ü     Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu).Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadidalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu.Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatansaluran air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat inimenyebabkan payudara lebih mudah mengalami infeksi.
ü  Gejala
Adapun gejalanya sebagai berikut :
*      Bengkak dan nyeri
*      Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu
*      Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol
*      Ada demam dan rasa sakit umum.
Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
*      Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
*      Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu
*       Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

ü  Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan dengan pijitan.
ü  Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
*      Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
*       Sangga payudara
*        Kompres dingin
*      Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
*        Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat, mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
*      Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari
*      Drain abses :
a.       Anestesi umum dianjurkan
b.       Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera atau duktus
c.        Gunakan sarung tangan steril
d.      Tampon longgar dengan kasa
e.       Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil
f.        Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
g.      Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang
h.      Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
i.         Evaluasi 3 hari
ü  Penanganan Dan Peran Bidan
§  Payudara dikompres dengan air hangat
§  Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika
§  Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika
§  Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
§  Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup
5.    Bendungan ASI
A.     Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005).



B.     Faktor Penyebab Bendungan ASI
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1)      Pengosongan mamae yang tidak sempurna
Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI.
2)      Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI.

3)      Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar
Teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI
4)      Puting susu terbenam
Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI.
5)      Puting susu terlalu panjang
Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI.
C.     Gejala Bendungan ASI
Gejala yang dirasakan ibu apabila terjadi bendungan ASI adalah :
1.  Bengkak pada payudara
                      2.    Payudara terasa keras
      3.    Payudara terasa panas dan nyeri


            D.  Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan,yaitu :
·         Menyusui secara dini, susui bayi segera mungkin (sebelum 30 menit)      setelah dilahirkan
·         Susui bayi tanpa dijadwal (on demand)
·         Keluarkan asi dengan tangga atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi
·         Perawatan payudara pasca persalinan (obserti patologi 169)
·         Menyusui yang sering
·         Memakai kantong yang memadai
·         Hindari tekanan local pada payudara

E.  Penatalaksanaan
§  Kompres air hangat agar payudara menjadi lebih lembek
§   Keluarkan asi sebelum menyusui sehingga asi keluar lebih mudah     ditangkap dan di isap oleh bayi
§  Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI
§  Untuk mengurangi ras sakit pada payudara berikan kompres dingin
§   Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh dara getah benih dilakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putting kearah korpus.

6.      LUKA PERINEUM
A.    Definisi
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.  Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Ismail, 2012).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2007)
B.     Bentuk Luka Perineum
Bentuk luka perineum 2 macam, yaitu:
1.      .Rupture
 Rupture adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan
Ada empat tingkatan robekan perineum :
a.       Derajat 1 : Robekan mengenai daerah mukosa vagina dan kulit perineum
b.      Derajat 2 : Robekan mengenai daerah mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum
c.       Derajat 3 : Robekan mengenai daerah mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan sfingterani
d.      Derajat 4 : Robekan mengenai daerah mukosa vagina, kulit perineum, otot sfingterani dan meluas hingga mukosa rektum
2.      Episiotomi
Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. (Wiknjosastro, 2008)
Tipe episiotomi yang sering dijumpai, yaitu:
a.       Episiotomi medial
b.      Episiotomi mediolateral
C.     Penanganan
1.      Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan
2.      Lakukan irigasi pada tempat luka
3.      Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan, kemudian diikat dengan benang yang dapat diserap
4.      Lakukan penjahitan luka
5.      Khusus pada ruptura perineum komplit (hingga anaus dan sebagian rectum) dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan busi pada rectum
6.      Setelah tindakan, periksa tanda-tanda vital pasien, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri dan perdarahn pasca tindakan
7.      Beri antibiotik profilaksis
8.      Apabila Hb dibawah 8 gram %, lakukan transfusi darah



























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding rahim, yang terjadi akibat infeksi
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, selaput serosa yang melapisi bagian dari rongga perut
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya
Infeksi payudara ( Mastitis ) adalah  peradangan yang pada mammae.. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. (Sarwono, 2005)
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit.  Luka adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Ismail, 2012)
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus (Danis, 2007)
B.     Saran
Diharapkan kepada semua tenaga kesehatan,khususnya bidan agar mampu mendeteksi secara dini adanya tanda-tanda infeksi pada masa nifas






DAFTAR PUSTAKA
 Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
Maryunani M. 2009 Asuhan kegawatdaruratan dalm kebidanan. Jakarta : Traninfomedia
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
 http://www.merck.com/mmhe/sec09/ch132/ch132g.html. Diperoleh 2007/11/25.
Peritonitis: Darurat: Merck Manual Home Edition.





Tidak ada komentar: