KEMOTERAPI
A. Pendahuluan
Pada
awal abad ke 20 kemoterapi pertama kali dipergunakan oleh Ehrlich yang berasal
dari agen anti parasit (alkyllating agent). Penggunaan obat anti kanker dimulai
tahun 1946-an dengan ditemukannya secara kebetulan nitrogen mustard yang dapat
dipakai untuk mengobati leukemia. Umumnya obat anti-kanker itu sangat toksis,
sehingga penggunaannya harus dengan sangat hati-hati dan atas indikasi yang
tepat. Sejak waktu itu makin banyak ditemukan obat yang dapat dipakai untuk
mengobati kanker.Saat ini dikenal lebih dari 40 jenis obat anti-kanker yang
dipakai secara aktif di seluruh dunia.
Awalnya
kemoterapi memberi kesan kuat pada masyarakat awam maupun sebagian dokter bahwa
pemberian kemoterapi anti kanker merupakan pemakaian sia- sia serta membawa
dampak toksisitas yang parah. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang disiplin
onkologi anggapan yang tak beralasan tersebut dapat dihilangkan. Saat ini
kemoterapi telah berhasil digunakan untuk berbagai penyakit keganasan. Walaupun
toxisitas yang ditimbulkan masih belum dapat dihilangkan seluruhnya namun telah
dapat meminimalkan morbiditas yang berlebihan.
B. Defenisi
Kemoterapi adalah pemberian golongan
obat-obatan tertentu dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan
ada yang dapat membunuh sel kanker. Obat itu disebut "sitostatika atau
obat anti-kanker.
C. Tujuan
Tujuan kemoterapi
adalah untuk menyembuhkan pasien dari penyakit tumor ganasnya. Kemoterapi bisa
digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal dan juga untuk mengatasi sel tumor
apabila ada metastasis jauh. Secara lokal dimana vaskularisasi jaringan tumor
yang masih baik, akan lebih sensitif menerima kemoterapi sebagai antineoplastik
agen. Dan karsinoma sel skuamosa biasanya sangat sensitif terhadap kemoterapi
ini.
Tumor
maligna bisa terdiri fraksi sel yang aktif berproliferasi sehingga memiliki
sensitifitas yang tinggi terhadap kemoterapi, bisa juga terdiri dari sel yang
non proliferasi sehingga memiliki sensitifitas yang rendah terhadap kemoterapi.
Mayoritas tumor solid hanya sedikit fraksi yang berproliferasi sehingga tumor
solid tidak sensitive terhadap kemoterapi. Pengetahuan akan kinetik selular
dapat menuntun kita untuk menentukan pemilihan obat anti kanker yang akan
dipergunakan. Hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemakaian obat anti kanker
adalah :
1.
Jenis kanker
2.
Khemosensitivitas kanker
3.
Populasi sel kanker
4.
Persentase sel kanker yang terbunuh
5.
Siklus pertumbuhan kanker
6.
lmunitas tubuh.
D. Jenis kanker
Untuk keperluan pemberian khemoterapi,
maka kanker dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Kanker
haemopoitik dan limphopoitik
Kanker
hemopoitik dan limphopoitik umumnya merupakan kanker sistemik. Termasuk dalam
jenis kanker ini ialah: kanker darah (leukemia), limfoma maligna dan kanker
sumsum ( myeloma ). Terapi utama kanker hematologi ialah dengan khemoterapi,
sedang operasi dan radioterapi sebagai adjuvan.
2. Kanker
padat (solid)
Kanker
padat mulai lokal, lalu menyebar regional dan atau sistemik ke organ-organ
lain. Dalam kanker jenis ini termasuk semua kanker di luar kanker hematologi. Terapi
utama kanker ini ialah dengan operasi dan atau radioterapi sedang khemoterapi
baru diberikan pada stadium lanjut atau sebagai adjuvant
Kebanyakan obat
anti neoplasma yang secara klinis bermanfaat, agaknya bekerja dengan menghambat
sintesis enzim maupun bahan esensial untuk sintesis dan atau fungsi asam
nukleat. Berdasarkan mekanisme cara kerja obat , zat yang berguna pada tumor
kepala leher dibagi sebagai berikut :
1.
Antimetabolit, Obat ini menghambat
biosintesis purin atau pirimidin. Sebagai contoh MTX, menghambat pembentukan
folat tereduksi, yang dibutuhkan untuk sintesis timidin.
2. Obat yang mengganggu struktur atau fungsi
molekul DNA. Zat pengalkil seperti CTX ( Cyclophosphamide) mengubah struktur
DNA, dengan demikian menahan replikasi sel. Di lain pihak, antibiotika seperti
dactinomycin dan doxorubicin mengikat dan menyelip diantara rangkaian nukleotid
molekul DNA dan dengan demikian menghambat produksi mRNA.
3. Inhibitor
mitosis seperti alkaloid vinka contohnya vincristine dan vinblastine, menahan
pembelahan sel dengan mengganggu filamen mikro pada kumparan mitosis.
Secara umum kemoterapi bisa digunakan dengan 4 cara kerja
yaitu :
- Sebagai neoadjuvan yaitu pemberian kemoterapi
mendahului pembedahan dan radiasi.
- Sebagai terapi kombinasi yaitu kemoterapi
diberikan bersamaan dengan radiasi pada kasus karsinoma stadium lanjut.
- Sebagai terapi adjuvan yaitu sebagai terapi
tambahan paska pembedahan dan atau radiasi
- Sebagai terapi utama yaitu digunakan tanpa
radiasi dan pembedahan terutama pada kasus kasus stadium lanjut dan pada
kasus kanker jenis hematologi (leukemia dan limfoma).
Agen kemoterapi
tidak hanya menyerang sel tumor tapi juga sel normal yang membelah secara cepat
seperti sel rambut, sumsum tulang dan Sel pada traktus gastro intestinal.
Akibat yang timbul bisa berupa perdarahan, depresi sum-sum tulang yang
memudahkan terjadinya infeksi. Pada traktus gastro intestinal bisa terjadi
mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna. Sedangkan pada sel rambut
mengakibatkan kerontokan rambut. Jaringan
tubuh normal yang cepat proliferasi misalnya sum-sum tulang, folikel rambut,
mukosa saluran pencernaan mudah terkena efek obat sitostatika. Untungnya sel
kanker menjalani siklus lebih lama dari sel normal, sehingga dapat lebih lama
dipengaruhi oleh sitostatika dan sel normal lebih cepat pulih dari pada sel
kanker. . Efek samping yang muncul pada jangka panjang adalah
toksisitas terhadap jantung, yang dapat dievaluasi dengan EKG dan toksisitas
pada paru berupa kronik fibrosis pada paru. Toksisitas pada hepar dan ginjal lebih sering terjadi dan sebaiknya
dievalusi fungsi faal hepar dan faal ginjalnya. Kelainan neurologi juga
merupakan salah satu efek samping pemberian kemoterapi.
Pasien dengan keganasan memiki kondisi dan kelemahan
kelemahan, yang apabila diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu
pertimbangan sbb :
1. Menggunakan kriteria Eastern
Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status penampilan ≤ 2
2. Jumlah lekosit ≥3000/ml
3. Jumlah trombosit ≥120.0000/ul
4. Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
5. Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
6. Bilirubin <2 mg/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal (
Tes Faal Hepar ).
7. Elektrolit dalam batas normal.
8. Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya
tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.
J. Khemosensitivitas kanker
Sensitivitas
tumor terhadap obat anti-kanker tidaklah konstan, tetapi pada umumnya sel
kanker tersebut dapat bersifat sensitif , responsif atau resisten sama sekali
Sensitivitas tumor terhadap obat anti-kanker tidaklah
sama, sehingga terbagi menjadi 3 macam :
- Sensitif
Kemosensitif : leukemia, limfoma maligna, myeloma, choriocharsinoma,
kanker testis
Radiosensitif :Tumor yang dapat dihancurkan dengan dosis
3500-6000 rads dalam 3-4 mingguseperti Lymphoma maligna, Myeloma, Retinoblastoma,
Seminoma, Basalioma, Kanker laring T1
- Responsif
Kemoresponsif : Tumor yang kecil, Tumor yang
pertumbuhannya cepat, Tumor yang deferensiasi selnya jelek
Radioresponsif : Kanker yang ukurannya sedang, T2-T3 dan
dapat dihancurkan dengan dosis 6000-8000 rads dalam 3-4 minggu
- Resisten
Kemoresisten : Tumor besar, Kanker yang pertumbuhannya
pelan, Kanker yang diferensiasi selnya baik
Contoh : kanker otak, fibrosarkoma, melanoma maligna
Radioresisten
:Tumor yang baru bisa dihancurkan dengan dosis lebih dari 8000 rads. Contoh :
Melanoma maligna, adenokarsinoma, kanker otak, sarkoma jaringan lunak.
Radiosensitivitas tumor tergantung dari banyak faktor,
antara lain :
a. Tipe histologi tumor
b. Derajat diferensiasi sel
c. Besar tumor
d. Vaskularisasi Tumor
e. Lokasi topografi tumor
Beberapa jenis obat
dan keadaan yang dapat menambah sensitifitas radioterapi : Oksigenasi,
Hipertermi, Levamisol, beberapa sitostatika.
Sensitifitas
kanker terhadap kemoterapi biasanya ada sejak awal mulanya dan dapat pula
timbul dalam perjalanan pengobatan kanker.
Resistensi terhadap kemoterapi dapat terjadi karena
farmakokinetika obat itu seperti :
a. Perubahan absorbsi
-
Variabilitas
absorbsi obat di gastrointestinal
-
Adanya
penyakit gastointestinal
-
Tidak
makan obat seperti seharusnya (non compliance)
-
Formulasi
obat yang tidak cocok
b. Perubahan distribusi
-
Perubahan
ikatan obat dengan protein serum
-
Perubahan
distribusi karena obat lain yang mengikat protein serum
c. Perubahan metabolisme
-
Perubahan
enzim yang mengadakan detoksifikasi
-
Penyakit
hati
-
Ada
obat lain yang ikut serta
-
Pengurangan
konjugasi obat karena usia
d. Pengurangan ekskresi
-
Penyakit
hati dan penyakit ginjal
K. Penilaian hasil
terapi
Penilaian hasil pengobatan dengan
kemoterapi, baik tunggal maupun kombinasi dengan pembedahan atau radioterapi,
biasanya dilakukan setelah 3-4 minggu. Hasil kemoterapi dapat dilihat dari 2
aspek yaitu respons atau hilangnya kanker (response
rate) dan angka ketahanan hidup penderita (survival rate). Dari aspek hilangnya kanker hasil kemoterapi
dinyatakan dengan istilah-istilah yang lazim dipakai yaitu :
1. Sembuh ( cured )
2. Respon komplit ( complete response/ CR ) : semua
tumor menghilang untuk jangka waktu sedikitnya 4 minggu
3. Respons parsial ( partial response/ PR ) : semua tumor mengecil sedikitnya 50 % dan
tidak ada tumor baru yang timbul dalam jangka waktu sedikitnya 4 minggu.
4. Tidak ada respons (no response/ NR): tumor mengecil
kuran dari 50 % atau membesar kurang dari 25 %
5. Penyakit Progresif ( progresive disese/PD ) : tumor makin
membesar 25 % atau lebih atau timbul tumor baru yang dulu tidak diketahui
adanya.
6. Disamping itu, dikenal suatu periode penderita terbebas
dari penyakitnya (disease free survival ).
L. Persentase
sel kanker yang terbunuh
Jarang
obat-anti kanker dapat membunuh seluruh sel kanker sekaligus. Demikian pula
dalam satu tumor tidak semua sel kanker peka terhadap obat anti-kanker. Kalau
pada pertumbuhan kanker sel itu bertambah secara logaritmik, maka sel yang mati
pun secara logaritmik pula. Berdasarkan hipotesa ini, pada pengobatan kanker
perlu diberikan beberapa kali paparan obat, sampai jumlah sel kanker yang masih
tinggal hidup minimal. Makin besar jumlah beban sel, makin banyak paparan
diperlukan. Diharapkan sel kanker yang masih tersisa itu akan dibunuh oleh
immunitas tubuh.
1.
Untuk dapat membunuh sel
kanker sebanyak mungkin maka pengobatan harus diulang beberapa kali.
2.
Untuk memperbesar daya bunuh
obat anti kanker perlu dipakai kombinasi
obat secara bersamaan (polifarma).
3.
Lebih baik memulai
pengobatan sewaktu tumor masih kecil atau setelah mengecilkan dulu masa tumor
dengan radiasi atau operasi (debulking).
RADIOTERAPI
Terapi radiasi
adalah terapi sinar menggunakan energi
tinggi yang dapat menembus jaringan dalam rangka membunuh sel neoplasma.
Penyembuhan total
terhadap karsinoma apabila hanya menggunakan terapi radiasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Belum didapatkannya sel tumor di luar area radiasi
2. Tipe tumor yang radiosensitif
3. Besar tumor yang kira-kira radiasi mampu mengatasinya
4. Dosis yang optimal.
5. Jangka waktu radiasi tepat
6. Sebisa-bisanya menyelamatkan sel dan jaringan yang normal
dari efek samping radiasi.
Terapi radiasi sendiri sifatnya adalah :
- Merupakan terapi yang sifatnya lokal dan regional
- Mematikan sel dengan cara merusak DNA yang akibatnya
bisa mendestrukasi sel tumor
- Memiliki kemampuan untuk mempercepat proses
apoptosis dari sel tumor.
- Ionisasi yang ditimbulkan oleh radiasi dapat
mematikan sel tumor.
- Memiliki kemampuan mengurangi rasa sakit dengan
mengecilkan ukuran tumor sehingga mengurangi pendesakan di area
sekitarnya..
- Berguna sebagai terapi paliatif untuk pasien dengan
perdarahan dari tumornya.
- Walaupun pemberian radiasi bersifat lokal dan
regional namun dapat mengakibatkan defek imun secara general.
- Radiomukositis, stomatitis, hilangnya indra
pengecapan, rasa nyeri dan ngilu pada gigi.
- Xerostomia, trismus, otitis media
- Pendengaran menurun
- Pigmentasi kulit seperti fibrosis subkutan atau
osteoradionekrosis.
- Pada terapi kombinasi dengan sitostatika dapat
timbul depresi sumsum tulang dan gangguan gastrointestinal.
- Lhermitte syndrome karena radiasi myelitis.
- Hypothyroidism
Terapi radiasi pada
karsinoma nasofaring bisa diberikan sebagai :
1. Radiasi eksterna dengan berbagai macam teknik fraksinasi dapat
digunakan sebagai :
a. pengobatan efektif pada tumor primer tanpa pembesaran
kelenjar getah bening
b. pembesaran tumor primer dengan pembesaran kelenjar getah
bening
c. Terapi yang dikombinasi dengan kemoterapi
d. Terapi adjuvan diberikan pre operatif atau post operatif
2. Radiasi interna ( brachytherapy
) yang bisa berupa permanen implan atau intracavitary barchytherapy. Radiasi
Interna/ brachyterapi bisa
digunakan untuk :
a. Menambah kekurangan dosis pada tumor primer dan untuk
menghindari terlalu banyak jaringan sehat yang terkena radiasi.
b. Sebagai booster
bila masih ditemukan residu tumor Pengobatan kasus kambuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar