A. Konsep
dasar
1. Pengertian
a. Hipotermi
adalah keadaan penurunan suhu tubuh kurang dari 36⁰C
dan kedua kaki teraba dingin ( DepKes RI, 1999)
b. Hipotermi
adalah suhu tubuh di bawah 36,5 ⁰C pengukuran dilakukan pada ketiak
selama 3-5 menit (DepKes RI, 2010)
c. Hipotermi
adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35⁰C (Maryanti
Dwi, 2011)
B. Diagnosis
dan klasifikasi
1. Riwayat
asfiksia pada waktu lahir
2. Riwayat
bayi yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir
3. Riwayat
bayi yang tidak dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya.
4. Riwayat
terpapar dengan lingkungan dingin
5. Riwayat
melakukan tindakan tanpa tanbahan kehangatan pada bayi.
Tabel. 1.1 Klasifikasi hipotermi menurut
pemeriksaan
Anamnesis
|
Pemeriksaan
|
Klasifikasi
|
a. Bayi
terpapar suhu lingkungan yang rendah
b. Waktu
timbulnya kurang dari 2 hari
|
a. Suhu
tubuh 32⁰C-36,4⁰C
b. Gangguan
napas
c. Denyut
jantung kurang dari 100 kali/menit.
d. Malas
minum
e. Latergi
|
Hipotermia
sedang
|
a. Bayi
terpapar suhu lingkungan yang rendah
b. Waktu
timbulnya kurang dari 2 hari
|
a. Suhu
tubuh < 32 ⁰C
b. Tanda
lain hipotermi sedang kulit teraba
c. Kulit
terba keras
d. Napas
pelan dan dalam
|
Hipotermi
berat
|
a. Tidak
terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan.
|
a. Suhu
tubuh berfluktuasi antara 36⁰ C-39⁰ C meskipun berada disuhu lingkungan yang stabil
b. Fluktuasi
terjadi sesudah periode stabil.
|
Suhu
tubuh tidak stabil ( lihat dugaan sepsis)
|
Tabel. 1.2 Klasisfikasi gangguan napas
Frekuensi napas
|
|
Gejala tambahan Gangguan napas
|
Klasifikasi
|
>60 kali/menit
ATAU > 90 kali/menit ATAU < 40
kali/menit
|
Dengan
Dengan
Dengan atau tanpa
|
Sianosis sentral DAN tarikan dinding dada
atau merintih saat ekspirasi.
Sianosis sentral ATAU tarikan dinding dada ATAU
Merintih saat ekpirasi
Gejala lain dari gangguan napas.
|
Gangguan napas berat
|
60-90 kali/menit
ATAU > 90 kali/menit
|
Dengan
Tetapi
Tanpa
Tanpa
|
Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi
Sianosis sentral
Tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral
|
Gannguan napas sedang
|
60-90 kali/menit
|
Tanpa
|
Tarikan dinding dada atau merintih saat
ekspirasi atau sianosis sentral
|
Gangguan napas ringan
|
60-90 kali/menit
|
Dengan
Tetapi
Tanpa
|
Sianosis sentral
Tariakan dinding dada atau merintih
|
Kelainan jantung kongenital
|
Bila tersedia fasilitas oksigen, maka
kl;asifikasi gangguan napas dapat dibuat berdasarkan tabael dibawah ini.
Tabel 1.3 Klasisikasi gangguan napas
berdasarkan modifikasi Downe’s Scale for Respiratory Distress Assesment
Parameter
|
0
|
1
|
2
|
Frekuensi napas
|
< 60 kali/menit
|
60-80 kali/menit
|
>80 kali/menit
|
Sianosis
|
Tidak sianosis
|
Sianosis hilang dengan pemberian okesigen
|
Sianosis menetap walaupun diberi oksigen
|
Retraksi
|
Tidak ada
|
Retraksi ringan
|
Retraksi berat
|
Suara napas
|
Suara napas dikedua
paru : baik
|
Suara napas dikedua paru : menurun
|
Tidak ada suara napas dikedua paru
|
Merintih
|
Tidak merintih
|
Dapat didengar dengan stetoscope
|
Dapat didengar tanpa alat bantu
|
Penilaian tingkat gangguan napas :
1.
Nilai ≤ 3 :
gangguan napas ringan
2.
Nilai 4-5 :
gangguan napas sedang
3.
Nilai ≥ 6 :
gangguan napas berat.
C. Etiologi
1. Mekanisme
kehilangan panas
Bayi Lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya melalui cara sebagai berikut :
a. Evaporasi
Kehilangan
panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh
bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas juga terjadi
jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat
dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Kehilangan
panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin seperti meja, tempat tidur atau
timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi.
c. Konveksi
Kehilangan
panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi
yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin misalnya
dari kipas angin atau melalui hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin
ruangan (Air Conditioner).
d. Radiasi
Kehilangan
panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara
ini.
c. Patofisiologi
d. Pencegahan
1. Jangan
memandikan bayi sebelum berumur 6 jam
2. Rawat
bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25⁰ C dan bebas dari aliran
angin).
3. Jangan
meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding dingin atau
jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas.
4. Jangan
meletakkan bayi langsung dipermukaan yang dingin (Misalnya alasi tempat tidur
atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
5. Pada
saat dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar
panas.
6. Bayi
harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau
dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus Intra Vena
atau selama resusitasi dengan cara :
a. Memakai
pakaian dan mengenakan topi
b. Bungkus
bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan diselimuti.
c. Buka
bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan.
7. Berikan
tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan ( misal menggunakan pemancar
panas)
8. Ganti
popok setiap kali basah.
9. Bila
ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (misal kain kasa yang basah),
usahakan agar bayi tetap hangat.
10. Jangan
menyentuh bayi dengan tangan yang dingin.
11. Ukur
suhu tubuh sesuai jadwal seperti pada tabel berikut
Tabel.
Keadaan
bayi
|
Frekuensi
pengukuran
|
Bayi
sakit
|
Tiap
jam
|
Bayi
Kecil
|
Tiap
12 jam
|
Keadaan
bayi membaik
|
Sekali
sehari
|
Tabel.
Berat bayi
|
Suhu Inkubator (⁰C)
menurut umur
|
|||
35⁰ C
|
34⁰ C
|
33⁰ C
|
32⁰ C
|
|
<1500 gr
|
1-10 hari
|
11 hari-3 minggu
|
3-5 minggu
|
Ø 5 minggu
|
1500-2000 gr
|
|
1-10 hari
|
11 hari-4 minggu
|
Ø 4
minggu
|
2100-2500 gr
|
|
1-2 hari
|
3 hari-3 minggu
|
Ø 3
minggu
|
Ø 2500
gr
|
|
|
1-2 hari
|
Ø 2
hari
|
*Bila
jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1⁰ C
setiap perbedaan suhu 7⁰ C
antara suhu ruang dan inkubator.
Tabel.
Berat badan
|
Suhu ruangan
|
1500-2000 gr
|
28-30⁰ C
|
>2000 gr
|
26-28⁰ C
|
*jangan
digunakan untuk bayi < 1500 gr
12. Gunakan
salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi seperti kontak
kulit ke kulit, Kangaroo Mother Care,
pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia ditempat fasilitas
kesehatan setempat sesuai petunjuk (lihat cara menghangatkan bayi)
Tabel.
Cara
|
Petunjuk
penggunaan
|
Kontak
kulit
|
a. Untuk
semua bayi
b. Tempelkan
kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu, misal
dengan merangkul, menempelkan pada payudara atau meneteki
c. Untuk
menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi
(32-36,4⁰C) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.
|
Kangaroo
Mother Care (KMC)
|
a. Untuk
menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 gr, terutama direkomendasikan
untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan badan < 1800 gr
b. Tidak
untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
c. Tidak
untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak merawat bayinya.
d. Pada
ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu ).
|
Pemancar
panas
|
a. Untuk
bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 gr atau lebih
b. Untuk
pemeriksaan awal bayi selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali
bayi hipotermi.
|
Lampu
penghangat
|
Bila tidak tersedia
pemancar panas dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60
cm
|
Inkubator
|
a. Penghangatan
berkelanjutan, bayi dengan berat <
1500 gr yang tidak dapat dilakukan KMC
b. Untuk
bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
|
Boks
penghangat
|
Bila
tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat dengan menggunakan lampu
pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas
|
Ruangan
penghangat
|
a. Untuk
merawat bayi dengan berat < 2500 gr yang todak memerlukan tindakan
diagnostik atau prosedur pengobatan
b. Tidak
untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
|
e. Penanganan
Berdasarkan diagnosis yang ditemui
1. Hipotermi
sedang
a. Ganti
pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian hangat, memakai topi dan selimuti
dengan selimut hangat.
b. Bila
ada ibu/pengganti ibu , anjurkan menghangatkan dengan melakukan kontak kulit
dan kulit ( perawatan bayi lekat).
c. Bila
ibu tidak ada :
1) Hangatkan
kembali bayi dengan menggunakn alat pemancar panas. Gunakan inkubator dan
ruangan hangat bila perlu.
2) Periksa
suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah dengan menggunakan salah
satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.
3) Hindari paparan panas yang berlebihan dan
posisi bayi lebih sering diubah.
d. Anjurkan
ibu untuk menyusui lebih sering, bial bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI
perah menggunakan salah satu alternatife cara pemberian minum.
e. Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya
(misalnya ; gangguan napas dan kejang). Segera mencari pertolongan bila terjadi
hal tersebut.
f. Periksa
kadar glukosa darah, bila kadar glukosa
darah < 45 mg/dL (2,6 mmol/L) tangani hipoglikemia.
g. Nilai
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 ⁰
C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, lanjutkan dengan memeriksa suhu
bayi setiap 2 jam.
h. Bila
suhu tidak naik atau naik terlalu pelan 0,5 ⁰ C/ jam, cari tanda sepsis.
i. Setelah
suhu tubuh bayi normal :
1) Lakukan
perawatan lanjutan untuk bayi.
2) Pantau
bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
2. Hipotermi
Berat
j. Segera
hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu.
k. Ganti
baju yang dingin dan basah perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat.
l. Hindari
dari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah.
m. Bila
bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas > 60 kali /menit atau < 40
kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat respirasi) dan identifikasi
gangguan napas (lihat tabel 1.2)
n. Pasang
jalur dan beri cairan Intra Vena sesuai dengan dosis rumatan dan selang infus
tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
o. Periksa
kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45 mg/dL (2,6 mmol/L)
tangani hipoglikemia.
p. Nilai
tanda bahaya setiap jam (ketik dan lihat di buku pink) dan nilai juga kemampuan mengisap serta minum
setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
q. Ambil
sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam penaganan
kemungkinan besar sepsis.
r. Anjurkan
ibu segera menyusui setelah :
1) Bila
bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum.
2) Bila
bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah
saat tubuh bayi mencapai 35⁰ C.
s. Periksa
suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 ⁰
C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, lanjutkan dengan memeriksa suhu
bayi setiap 2 jam.
t. Periksa
juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
u. Setelah
suhu tubuh bayi normal :
3) Lakukan
perawatan lanjutan untuk bayi.
4) Pantau
bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
v. Pantau
bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotik. Bila suhu bayi tetap dalam
batas normal, bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasihati ibu bagaimana
cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
f. Sistem
rujukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar