Sabtu, 01 Juni 2013

 HIPOTERMI
A.   Konsep dasar
1.    Pengertian
a.    Hipotermi adalah keadaan penurunan suhu tubuh kurang dari 36C dan kedua kaki teraba dingin ( DepKes RI, 1999)
b.    Hipotermi adalah suhu tubuh di bawah 36,5 C pengukuran dilakukan pada ketiak selama 3-5 menit (DepKes RI, 2010)
c.    Hipotermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh berada dibawah 35C (Maryanti Dwi, 2011)
B.   Diagnosis dan klasifikasi
1.    Riwayat asfiksia pada waktu lahir
2.    Riwayat bayi yang segera dimandikan sesaat sesudah lahir
3.    Riwayat bayi yang tidak dikeringkan sesudah lahir, dan tidak dijaga kehangatannya.
4.    Riwayat terpapar dengan lingkungan dingin
5.    Riwayat melakukan tindakan tanpa tanbahan kehangatan pada bayi.
Tabel. 1.1 Klasifikasi hipotermi menurut pemeriksaan

Anamnesis
Pemeriksaan
Klasifikasi
a.    Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
b.    Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
a.    Suhu tubuh 32C-36,4⁰C
b.    Gangguan napas
c.    Denyut jantung kurang dari 100 kali/menit.
d.    Malas minum
e.    Latergi
Hipotermia sedang
a.    Bayi terpapar suhu lingkungan yang rendah
b.    Waktu timbulnya kurang dari 2 hari
a.   Suhu tubuh < 32 C
b.    Tanda lain hipotermi sedang kulit teraba
c.    Kulit terba keras
d.    Napas pelan dan dalam
Hipotermi berat
a.    Tidak terpapar dengan dingin atau panas yang berlebihan.
a.    Suhu tubuh berfluktuasi antara 36 C-39 C meskipun berada disuhu lingkungan yang stabil
b.    Fluktuasi terjadi sesudah periode stabil.
Suhu tubuh tidak stabil ( lihat dugaan sepsis)








Tabel. 1.2 Klasisfikasi gangguan napas
Frekuensi napas

Gejala tambahan Gangguan napas
Klasifikasi
>60 kali/menit
ATAU > 90 kali/menit ATAU < 40 kali/menit
Dengan


Dengan


Dengan atau tanpa
Sianosis sentral DAN  tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi.
Sianosis sentral ATAU tarikan dinding dada ATAU
Merintih saat ekpirasi
Gejala lain dari gangguan napas.
Gangguan napas berat
60-90 kali/menit




ATAU > 90 kali/menit
Dengan


Tetapi
Tanpa
Tanpa
Tarikan dinding dada ATAU merintih saat ekspirasi

Sianosis sentral
Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral  
Gannguan napas sedang
60-90 kali/menit

Tanpa
Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral  
Gangguan napas ringan
60-90 kali/menit

Dengan
Tetapi
Tanpa
Sianosis sentral
Tariakan dinding dada atau merintih
Kelainan jantung kongenital
Bila tersedia fasilitas oksigen, maka kl;asifikasi gangguan napas dapat dibuat berdasarkan tabael dibawah ini.
Tabel 1.3 Klasisikasi gangguan napas berdasarkan modifikasi Downe’s Scale for Respiratory Distress Assesment
Parameter
0
1
2
Frekuensi napas
< 60 kali/menit
60-80 kali/menit
>80 kali/menit
Sianosis
Tidak sianosis
Sianosis hilang dengan pemberian okesigen
Sianosis menetap walaupun diberi oksigen
Retraksi
Tidak ada
Retraksi ringan
Retraksi berat
Suara napas
Suara napas dikedua
paru : baik
Suara napas dikedua paru : menurun
Tidak ada suara napas dikedua paru
Merintih
Tidak merintih
Dapat didengar dengan stetoscope
Dapat didengar tanpa alat bantu

Penilaian tingkat gangguan napas :
1.    Nilai ≤ 3         : gangguan napas ringan
2.    Nilai 4-5         : gangguan napas sedang
3.    Nilai ≥ 6         : gangguan napas berat.





C.   Etiologi
1.    Mekanisme kehilangan panas
Bayi Lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara sebagai berikut :
a.    Evaporasi
Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.   
b.     Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin seperti meja, tempat  tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi.   
c.    Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin misalnya dari kipas angin atau melalui hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan (Air Conditioner).
d.    Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini.
c.    Patofisiologi
d.    Pencegahan
1.    Jangan memandikan bayi sebelum berumur 6 jam
2.    Rawat bayi kecil diruang yang hangat (tidak kurang 25 C dan bebas dari aliran angin).
3.    Jangan meletakkan bayi dekat dengan benda yang dingin (misal dinding dingin atau jendela) walaupun bayi dalam inkubator atau dibawah pemancar panas.
4.    Jangan meletakkan bayi langsung dipermukaan yang dingin (Misalnya alasi tempat tidur atau meja periksa dengan kain atau selimut hangat sebelum bayi diletakkan).
5.    Pada saat dipindahkan ketempat lain, jaga bayi tetap hangat dan gunakan pemancar panas.
6.    Bayi harus tetap berpakaian atau diselimuti setiap saat, agar tetap hangat walau dalam keadaan dilakukan tindakan. Misal bila dipasang jalur infus Intra Vena atau selama resusitasi dengan cara :
a.    Memakai pakaian dan mengenakan topi
b.    Bungkus bayi dengan pakaian yang kering dan lembut dan diselimuti.
c.    Buka bagian tubuh yang diperlukan untuk pemantauan atau tindakan.
7.    Berikan tambahan kehangatan pada waktu dilakukan tindakan ( misal menggunakan pemancar panas)
8.    Ganti popok setiap kali basah.
9.    Bila ada sesuatu yang basah ditempelkan dikulit (misal kain kasa yang basah), usahakan agar bayi tetap hangat.
10. Jangan menyentuh bayi dengan tangan yang dingin.
11. Ukur suhu tubuh sesuai jadwal seperti pada tabel berikut




Tabel.  
Keadaan bayi
Frekuensi pengukuran
Bayi sakit
Tiap jam
Bayi Kecil
Tiap 12 jam
Keadaan bayi membaik
Sekali sehari



Tabel.
Berat bayi
Suhu Inkubator (C) menurut umur
35 C
34 C
33 C
32 C
<1500 gr
1-10 hari
11 hari-3 minggu
3-5 minggu
Ø  5  minggu
1500-2000 gr

1-10 hari
11 hari-4 minggu
Ø  4 minggu
2100-2500 gr

1-2 hari
3 hari-3 minggu
Ø  3 minggu
Ø  2500 gr


1-2 hari
Ø  2 hari

*Bila jenis inkubatornya berdinding tunggal, naikkan suhu inkubator 1 C setiap    perbedaan suhu 7C antara suhu ruang dan inkubator.
Tabel.
Berat badan
Suhu ruangan
1500-2000 gr
28-30 C
>2000 gr
26-28 C

            *jangan digunakan untuk bayi < 1500 gr
12. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi seperti kontak kulit ke kulit, Kangaroo Mother Care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia ditempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk (lihat cara menghangatkan bayi)
Tabel. 
Cara
Petunjuk penggunaan
Kontak kulit
a.    Untuk semua bayi
b.    Tempelkan kulit atau permukaan kulit bayi langsung pada permukaan kulit ibu, misal dengan merangkul, menempelkan pada payudara atau meneteki
c.    Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat, atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4C)  apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.
Kangaroo Mother Care (KMC)
a.    Untuk menstabilkan bayi dengan berat badan < 2500 gr, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan badan < 1800 gr
b.    Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
c.    Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak merawat bayinya.
d.    Pada ibu yang sedang sakit, dapat dilakukan oleh keluarga (pengganti ibu ).
Pemancar panas
a.    Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1500 gr atau lebih
b.    Untuk pemeriksaan awal bayi selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi. 
Lampu penghangat
Bila tidak tersedia pemancar panas dapat digunakan lampu pijar maksimal 60 watt dengan jarak 60 cm
Inkubator
a.    Penghangatan berkelanjutan, bayi dengan  berat < 1500 gr yang tidak dapat dilakukan KMC
b.    Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
Boks penghangat
Bila tersedia inkubator, dapat digunakan boks penghangat dengan menggunakan lampu pijar maksimal 60 watt sebagai sumber panas 
Ruangan penghangat
a.    Untuk merawat bayi dengan berat < 2500 gr yang todak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan
b.    Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)


e.    Penanganan
Berdasarkan diagnosis yang ditemui
1.    Hipotermi sedang
a.    Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian hangat, memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
b.    Bila ada ibu/pengganti ibu , anjurkan menghangatkan dengan melakukan kontak kulit dan kulit ( perawatan bayi lekat).
c.    Bila ibu tidak ada :
1)    Hangatkan kembali bayi dengan menggunakn alat pemancar panas. Gunakan inkubator dan ruangan hangat bila perlu.
2)    Periksa suhu alat penghangat dan suhu ruangan, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.
3)     Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah.  
d.    Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering, bial bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI perah menggunakan salah satu alternatife cara pemberian minum.
e.     Mintalah ibu untuk mengamati tanda bahaya (misalnya ; gangguan napas dan kejang). Segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut. 
f.     Periksa  kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45 mg/dL (2,6 mmol/L) tangani hipoglikemia.
g.    Nilai Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
h.    Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan 0,5 ⁰ C/ jam, cari tanda sepsis.
i.      Setelah suhu tubuh bayi normal :
1)    Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
2)    Pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
2.    Hipotermi Berat
j.      Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat bila perlu.
k.    Ganti baju yang dingin dan basah perlu. Beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
l.        Hindari dari paparan panas yang berlebihan dan usahakan agar posisi bayi sering diubah.
m.   Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas > 60 kali /menit atau < 40 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat respirasi) dan identifikasi gangguan napas (lihat tabel 1.2)
n.    Pasang jalur dan beri cairan Intra Vena sesuai dengan dosis rumatan dan selang infus tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
o.    Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah < 45 mg/dL (2,6 mmol/L) tangani hipoglikemia.
p.    Nilai tanda bahaya setiap jam (ketik dan lihat di buku pink)  dan nilai juga kemampuan mengisap serta minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal.
q.    Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan yang disebutkan dalam penaganan kemungkinan besar sepsis.
r.     Anjurkan ibu segera menyusui setelah :
1)    Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI perah dengan menggunakan salah satu alternatif  cara pemberian minum.
2)    Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI perah saat tubuh bayi mencapai 35 C.
s.    Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,5 C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam.
t.      Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam.
u.    Setelah suhu tubuh bayi normal :
3)    Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
4)    Pantau bayi selama 12 jam kemudian dan ukur suhunya setiap 3 jam.
v.    Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotik. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal, bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di Rumah Sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasihati ibu bagaimana cara menjaga agar bayi tetap hangat selama di rumah.
f.     Sistem rujukan

Tidak ada komentar: