BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masa
bayi dan balita merupakan masa yang rentang terhadap berbagai jenis penyakit.
Salah satu penyakit yang paling sering menyerang bayi dan balita adalah diare.
Menurut penelitian, diare pada kelompok umur dibawah lima tahun merupakan
penyebab kematian terbanyak yakni mencapai 23,2% (Subijanto dkk 2007).
Air
memiliki manfaat penting bagi kesehatan seperti meningkatkan kemampuan
kognitif, pencegahan batu dan infeksi kandung kemih hingga mencegah obesitas.
Cegah gangguan kesehatan dengan minur air yang cukup.
Air
adalah komponen terbesar di dalam tubuh manusia. Kandungannya bervariasi sesuai
usia, misalnya pada bayi terdapat 80 persen air, pada orang dewasa sebesar 60
persen dan pada usia lanjut atau di atas 65 tahun sebesar 50 persen.
Pada
masa gestasi akhir sampai minggu pertama sesudah kelahiran, fungsi ginjal
mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi keseimbangan air dan
garam. Air di dalam tubuh terdapat di dalam sel (intraseluler) atau di luar sel
(ekstraseluler). Pada masa gestasi akhir cairan ekstraseluler
bertambah, tetapi pada waktu lahir terjadi perubahan fisiologik yang
menyebabkan berkuangnya cairan ekstraseluler. Dengan ginjal yang
makin matur dan beradaptasi dengan kehidupan ekstrauterin, eksresi
urin bertambah mengakibatkan berkurangnya cairan ekstraseluler. Kecepatn
filtrasi glomerulus berkurang, sehingga kehilangan Natrium melalui urin
berkurang dan kecepatan reabsorbsi ginjal terhadap natrium melalui tubulus juga
berkurang. Pada bayi prematur karena fungsi ginjal yang imatur,
ketidakseimbangan ini lebih berat.
Kadar
air dalam lean body mass bayi (tubuh tanpa jaringan lemak) kurang lebih 82%.
Apabila bayi kehilangan cairan 5% atau lebih, kan terjadi dehidrasi.
B.
Tujuan
Tujuan dibuatnya
makalah tentang pemeriksaan saraf ini adalah:
1. Mengetahui
definsi dari diare
2. Mengetahui
tanda dan gejala diare
3. Mengetahui
defenisi dehidrasi
4. Mengetahui
tanda dan gejala dehidrasi pada neonatus.
5. Mengetahui
penyebab dehidrasi pada neonatus.
6. Mengetahui
penanganan dehidrasi pada neonatus.
C.
Manfaat
Makalah ini dibuat
tidak semata-mata hanya untuk memenuhi tugas kelompok, tapi juga agar
bermanfaat bagi semua pihak yaitu:
1. Bagi
Mahasiswa
Mahasiswa lebih paham
tentang dehidrasi pada neonatus, baik dari tanda dan gejalanya serta penanganan
dehidrasi pada neonatus.
2. Bagi
Dosen
Dosen dapat menemukan
sesuatu yang baru tentang dehidrasi pada neonatus jika terdapat opini dan
hal-hal baru yang ditemukan oleh mahasiswa.
BAB I I
KAJIAN PUSTAKA
A.
Defenisi
1. Diare
Diare
merupakan keadaan di mana seseorang menderita mencret-mencret, penderita buang
air berkali-kali, tiga kali sampai lima kali sehari, fesesnya encer dan
kadang-kadang mengandung darah atau lendir. Diare menyebabkan cairan tubuh
terkuras keluar melalui feses. Bila penderita diare terlalu banyak kehilangan
cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian, terutama pada bayi dan
anak-anak di bawah umur lima tahun (IDAI 2006)
Diare dikatakan sebagai keluarnya tinja berbentuk
cair sebanyak tiga kali atau lebih dalam dua jam pertama, dengan temperatur
rectal diatas 38 derajat Celsius (Soegianto, 2002:73).
Hipocrates mendefinisikan diare sebagai
pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Di bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus
dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,
sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak bila frekuensinya
lebih dari 3 kali (Bagian IKA FKUI, 2005:283).
Diare merupakan gangguan pencernaan yang sering
dialami oleh semua orang terutama bayi dan anak-anak. Diare dapat mengancam
jiwa bayi dan anak, karena bayi dan anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi
orang dewasa. Hingga kini penyakit diare masih merupakan salah satu penyakit
utama bagi bayi dan anak (Pikiran Rakyat, Kamis, 12 Oktober 2006).
Diare adalah buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi tiga kali atau lebih dalam 24
jam. (Dwi Maryanti dkk, 2011)
2. Dehidrasi
Dehidrasi
adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak
dari natrium (dehidrasi hipertonik), atau hilangnya air dan natrium dalam
jumlah yang sama (dehidrasi isotonik), atau hilangnya natrium yang lebih banyak
daripada air (dehidrasi hipotonik).
Dehidrasi pada bayi terjadi ketika bayi
tidak mendapatkan cairan yang cukup untuk kebutuhan tubuhnya, biasanya terjadi
jika muntah-muntah, diare, panas tinggi atau mengeluarkan keringat yang banyak.
Dehidrasi bisa ringan dan mudah diatasi, bisa juga parah dan membahayakan jiwa.
B.
Klasifikas
1. Diare
a. Diare
akut
Dimulai dengan keluarnya tinja yang cair
tanpa terlihat adanya darah dan berakhir dalam 14 hari dan biasanya kurang dari
7 hari
b. Diare
dengan terlihat darah di dalam tinja
Keluar tinja sedikit-sedikit dan sering,
anak yang lebih besar akan mengeluh sakit perut, sakit waktu BAB. Efek yangb
lama anorexia, kehilangan berat badan yang cepat dan kerusakan mukosa usus
karena invasi bakteri
c. Diare
persisten
Diare yang berakhir 14 hari atau lebih.
Episodenya dapat dimulai dengan diare akut atau disentri, kehilangan BAB yang
nyata sering terjadi dehidrasi
d.
Diare Kronik.
Diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu. Ketentuan ini berlaku
bagi orang dewasa, sedangkan pada bayi dan anak ditetapkan batas waktu dua
minggu.
Proses terjadinya diare dipengaruhi dua hal
pokok, yaitu konsistensi feses dan motilitas usus, umumnya terjadi akibat
pengaruh keduanya.
Tahapan
dehidrasi menurut Ashwill dan Droske (1977) :
1.
Dehidrasi
ringan : dimana berat badan menurun 3 – 5 % dengan volume cairan yang hilang
kurang dari 50 ml/kgBB.
2.
Dehidrasi
sedang : dimana berat badan menurun 6 – 9 % dengan volume cairan yang hilang
kurang dari 50 – 90 ml/kgBB.
3.
Dehidrasi
berat : dimana berat badan menurun lebih dari 10 % dengan volume cairan yang
hilang sama dengan atau lebih dari 100 ml/kgBB.
2. Dehidrasi
Dehidrasi berdasarkan
Penurunan Berat Badan, Yaitu:
a. Dehidrasi
ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan).
b. Dehidrasi
sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
c. Dehidrasi
berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan).
C. Gejala
Klinik
1 Diare
Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan
tipe diare, namun secara umum tanda dan gejala yang sering terjadi adalah :
a. Sering buang air besar lebih dari 3 kali dan
dengan jumlah 200 – 250 gr.
b. Anorexia.
c. Vomiting.
d. Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam
beberapa hari.
Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi, flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar.
Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi, flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar.
e. Respirasi cepat dan dalam.
f. Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine
menurun, turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat fontanel dan mata yang
cekung serta terjadi penurunan tekanan darah.
2 Dehidrasi
pada bayi
a. Lebih
dari 6 jam tidak pipis
b. Pipisnya
berwarna lebih gelap dari biasanya dan baunya lebih kuat
c. Lemah
dan lesu
d. Mulut
dan bibir kering atau pecah-pecah
e. Tidak
keluar air mata ketika menangis
3 Ciri-ciri
a. Ciri
bayi yang diare
Ø Jumlah
urin yang lebih sedikit
Ø Rewel
Ø Haus
Ø Tidak
ada air mata ketika menangis
Ø Lesu
dan tidur terus
Ø Kulit
bayi menjadi tidak elastis
b. Bayi
yang Dehidrasi
Ø Haus
berlebihan
Ini terlihat jelas, tetapi jika bayi
kurang cairan dia secara alami akan merasakan dorongan untuk minum lebih
banyak. Bayi mungkin menangis sampai diberikan botol dan kemudian terus
mengisap sampai semua air, susu atau jus habis. Ini adalah tanda dehidrasi
ringan dan sedang.
Ø Terlihat
lesu dan tidak sehat
Bayi yang tampak lesu mungkin menderita
dehidrasi serius serta harus diberikan cairan dan dibawa ke dokter segera.
Kelesuan pada bayi meliputi kurangnya energi, keinginan untuk berbaring
sepanjang hari dan kurangnya memperlihatkan emosi.
Ø Hilangnya
elastisitas kulit
Dehidrasi pada bayi dapat menyebabkan
hilangnya elastisitas kulit. Jika kita mencoba dengan lembut mencubit kulit
anak, tidak cepat kembali ke posisi normal, ini bisa menjadi tanda dehidrasi.
Hal ini terjadi karena tidak cukup air mencapai kulit.
Ø Mulut
kering dan lengket
Bayi yang tidak terhidrat dengan benar
sering menunjukkan gejala mulut kering. Hal ini dapat disertai dengan air liur
putih atau busa di sudut mulut bayi.
Ø Popok
kering
Popok bayi kering selama lebih dari
beberapa jam dan tentu tidak boleh kering selama lebih dari 5 atau 6 jam. Hal
ini dapat terjadi bila bayi dehidrasi karena tubuhnya menggunakan sedikit cairan
yang diminum dan juga hanya mengeluarkan sedikit cairan. Sembelit adalah gejala
serupa, walaupun ini mungkin hasil dari hal-hal lain seperti nafsu makan yang
buruk atau sistem pencernaan lambat.
ciri lainnya dari
dehidrasi:
Ø Mata
cekung
Ø Tangan
dan kaki terasa dingin dan terlihat kemerahan
Ø Rewel
dan mengantuk berlebihan
Ø Ubun-ubun
cekung
4 Etiologi
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab
diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a.
Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
Ø Infeksi virus,
kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan
vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik
usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan
makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan,
gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
Ø Defisiensi imum
terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat
gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
b.
Diare osmotik (osmotik diarrhoea)
disebabkan oleh:
Ø Malabsorpsi
makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
Ø Kurang
kalori protein.
Ø Bayi
berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
Diare
juga dapat disebabkan oleh faktor psikologi, misalnya ketakutan atau
jenis-jenis stress tertentu yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf
para simpatis.
Juga
terdapat jenis diare yang ditandai oleh pengeluaran feses dalam jumlah kecil
tapi sering. Penyebab diare jenis ini anatara lain adalah Kolitis Ulserativa
dan penyakit Crohn. Kedua penyakit ini memiliki komponen fisik dan psikologik.
5 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare
ialah:
a. Gangguan
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
b. Rangsangan
tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan
motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang
selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan
asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan
toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:
a.
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi
terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare. Gangguan keseimbangan asam
basa (metabik asidosis). Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat
bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun
dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.
Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan
oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari
cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
b.
Hipoglikemia
Hipoglikemia
terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga
40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak gangguan gizi.
Terjadinya
penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
Ø Makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah
hebat.
Ø Walaupun
susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini
diberikan terlalu lama.
Ø Makanan
yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena
adanya hiperperistaltik.
c.
Gangguan sirkulasi
Sebagai
akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
6 Pemeriksaan
Diagnostik
a.
Pemeriksaan tinja:
Ø Makroskopis
dan mikroskopis
Ø PH
dan kadar gula dalam tinja
Ø Bila
perlu diadakan uji bakteri
b. Pemeriksaan
gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan PH dan cadangan
alkali dan analisa gas darah.
c. Pemeriksaan
kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan
elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
7 Komplikasi
a.
Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b.
Renjatan hipovolemik.
c.
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus,
hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
d.
Hipoglikemia.
e.
Introleransi laktosa sekunder, sebagai
akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
f.
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g.
Malnutrisi energi, protein, karena selain
diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
8 Mencegah
Dehidrasi
Pencegahan dehidrasi
harus dilakukan terutama ketika bayi sedang sakit atau hari sangat panas,
Cara mencegah
dehidrasi:
1. Memberikan
cairan yang banyak kepada bayi.
2. Jika
umur bayi sudah lebih dari empat bulan, berikan juga banyak air putih.
3. Ketika
memberikan jus buah pada bayi, campurlah dengan air supaya cairannya lebih
banyak.
Hal yang perlu diperhatikan saat penanganan dehidrasi
pada kondisi berikut ini:
1. Demam:
berikan banyak cairan jika bayi anda demam. Jika ia terlihat kesulitan dalam
menelan, berikan obat anti nyeri atas petunjuk dokter.
2. Kepanasan:
terlalu banyak aktivitas di hari yang panas, atau duduk diam dalam waktu lama
di ruang yang panas dan penuh sesak bisa menyebabkan berkeringat deras dan
kehilangan cairan. Berikan cairan lebih banyak dari biasanya dalam kondisi
seperti ini.
3. Diare:
jika bayi sedang menderita infeksi saluran pencernaan atau flu perut, ia akan
kehilangan cairan melalui diare dan muntah-muntah. Jangan berikan jus buah
karena akan memperparah sakitnya. Jangan juga sembarangan memberikan obat anti
diare tanpa petunjuk dokter. Yang perlu dilakukan adalah memberikan ASI atau
susu botol lebih banyak dari biasanya, juga tambahan air putih untuk bayi di
atas empat bulan. Jika bayi sudah terlihat mulai dehidrasi segera berikan
cairan elektrolit.
4. Muntah-muntah:
infeksi pencernaan atau virus dapat menyebabkan muntah-muntah. Berikan cairan
elektrolit sedikit-sedikit tapi sering, yaitu dua sendok teh setiap lima menit.
Jika bayi bisa bertahan tidak muntah selama satu jam, mulai berikan cairan
elektrolit empat sendok teh 15 menit sekali.
5. Menolak
minum: radang tenggorokan, sakit di tangan, kaki, mulut bisa sangat menyakitkan
dan membuat bayi tidak mau minum. Konsultasi pada dokter untuk memberikan obat
anti nyeri, kemudian tawari ASI atau susu botol dan air putih, sedikit-sedikit
tapi sering.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Dehidrasi
adalah berkurangnya cairan tubuh total, dapat berupa hilangnya air lebih banyak
dari natrium, atau hilangnya air dan natrium dalam jumlah yangsama, atau
hilangnya natrium yang lebih banyak daripada air.
2. Dehidrasi
pada bayi terjadi ketika bayi tidak mendapatkan cairan yang cukup untuk kebutuhan
tubuhnya, biasanya terjadi jika muntah-muntah, diare, panas tinggi atau
mengeluarkan keringat yang banyak. Dehidrasi bisa ringan dan mudah diatasi,
bisa juga parah dan membahayakan jiwa.
3. Dehidrasi
ini di bagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang dan berat.
4. Ciri-ciri
Bayi yang Dehidrasi : haus berlebihan, terlihat lesu dan tidak sehat, hilangnya
elastisitas kulit, popok kering, mata cekung.
B. Saran
Kami
mengaharap dan menghimbau kepada para pembaca apabila ada kesalahan atau
kekeliruan baik kata-kata atau penyusunan dalam pembuatan makalah, agar
memberikan saran dan kritik yang bisa mengubah penulis kearah yang lebih baik
dalam penulisan makalah selanjutnya.