PENUNTUN BELAJAR
KETERAMPILAN
( Revisi )
MENGGUNAKAN PENUNTUN BELAJAR
Penuntun-penuntun belajar yang terdapat di dalam panduan peserta ini
dirancang untuk menolong peserta mempelajari keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk memberi pelayanan
persalinan fisiologis yang bersih dan aman.
Penuntun belajar digunakan untuk membantu peserta mempelajari
langkah-langkah baku yang sederhana tetapi efektif untuk melaksanakan
pertolongan persalinan normal sesuai dengan ruang lingkup dan kewenangan
penolong atau petugas pelaksana asuhan persalinan normal.
Penuntun belajar dapat juga digunakan untuk mengikuti peragaan atau
demonstrasi langkah-langkah baku dalam persalinan normal dan diskusi-diskusi
yang terkait dengan pelaksanaan prosedur tersebut. Kemudian, selama pelatihan
berlangsung, peserta dapat menggunakan penuntun belajar ini sebagai pedoman
untuk mengenali dan menguasai prosedur pertolongan persalinan serta saling
memberikan umpan balik pada saat peserta lain memperagakan prosedur tersebut
pada model anatomi.
Karena penuntun belajar ini digunakan untuk menolong pengembangan
keterampilan maka penilaian harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan
seobyektif mungkin. Kinerja peserta untuk setiap keterampilan/kegiatan dinilai
dengan menggunakan skala sebagai berikut:
1 Perlu
perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan
urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit
perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3
Mahir: langkah dikerjakan
dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah
tertentu tidak perlu diperagakan)
|
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
|
|||||
1.Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala
Dua
|
|
|
|
|
|
II. MENYIAPKAN
PERTOLONGAN PERSALINAN
|
|||||
2. Pastikan kelengkapan
peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk
resusitasi à tempat
datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat
penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi
|
|
|
|
|
|
3. Pakai
celemek plastik
|
|
|
|
|
|
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan
yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
|
|
|
|
|
|
5. Pakai
sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam
|
|
|
|
|
|
6. Masukkan oksitosin ke
dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril
(pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
|
|
|
|
|
|
III. MEMASTIKAN
PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK
|
|||||
7.
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
|
|
|
|
|
|
8.
Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
|
|
|
|
|
|
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5%
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
|
|
|
|
|
|
10. Periksa denyut
jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160x/ menit)
|
|
|
|
|
|
IV. MENYIAPKAN IBU DAN
KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN
MENERAN
|
|||||
11. Beritahukan bahwa
pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan
posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
a.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada
b.
Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
|
|
|
|
|
|
12. Minta keluarga
membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi
kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang
diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
|
|
|
|
|
|
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu
merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
|
|
|
|
|
|
14. Anjurkan ibu untuk
berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa
ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
|
|
|
|
|
|
V. PERSIAPAN PERTOLONGAN
KELAHIRAN BAYI
|
|||||
15. Letakkan handuk
bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm
|
|
|
|
|
|
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di
bawah bokong ibu
|
|
|
|
|
|
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali
kelengkapan alat dan bahan
|
|
|
|
|
|
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
|
|
|
|
|
|
VI. PERSIAPAN
PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
|
|||||
Lahirnya Kepala
|
|
|
|
|
|
19. Setelah tampak
kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang
lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal
|
|
|
|
|
|
20. Periksa kemungkinan
adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
|
|
|
|
|
|
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan
|
|
|
|
|
|
Lahirnya Bahu
|
|
|
|
|
|
22. Setelah kepala
melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
|
|
|
|
|
|
Lahirnya Badan dan
Tungkai
|
|
|
|
|
|
23. Setelah kedua bahu
lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
|
|
|
|
|
|
24. Setelah tubuh dan lengan
lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan
kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang
masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)
|
|
|
|
|
|
VII.
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
|
|
||||
25. Lakukan penilaian (selintas):
§ Apakah bayi
cukup bulan?
§ Apakah bayi
menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
§ Apakah bayi
bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah
“TIDAK,” lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir (melihat
penuntun berikutnya)
Bila semua jawaban adalah “YA”,
lanjut ke-26
|
|
|
|
|
|
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan
bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
|
|
|
|
|
|
27. Periksa
kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal).
|
|
|
|
|
|
28. Beritahu ibu
bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
|
|
|
|
|
|
29. Dalam waktu
1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di
1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
|
|
|
|
|
|
30. Setelah 2
menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari
pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan jepit kembali
tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
|
|
|
|
|
|
31. Pemotongan
dan pengikatan tali pusat
§ Dengan satu
tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan
lakukan pengguntingan tali pusat di
antara 2 klem tersebut.
§ Ikat tali
pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
§ Lepaskan
klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
|
|
|
|
|
|
32. Letakkan
bayi tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Luruskan
bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi. .Biarkan
bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
Biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
VIII.
PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA
|
|
||||
33. Pindahkan klem pada tali
pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
|
|
|
|
|
|
34. Letakkan satu tangan di
atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan
lain menegangkan tali pusat
|
|
|
|
|
|
35. Setelah uterus
berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
§ Jika uterus tidak segera
berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.
|
|
|
|
|
|
Mengeluarkan plasenta
|
|
|
|
|
|
36. Lakukan penegangan dan
dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil
penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah
atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
§ Jika tali pusat
bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva
dan lahirkan plasenta
§ Jika plasenta tidak
lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.
Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
2.
Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.
Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.
Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila
terjadi perdarahan,segera lakukan
plasenta manual
|
|
|
|
|
|
37. Saat plasenta muncul di
introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
§ Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal
|
|
|
|
|
|
Rangsangan Taktil
(Masase) Uterus
|
|
|
|
|
|
38. Segera setelah plasenta
dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di
fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
|
|
|
|
|
|
IX. MENILAI PERDARAHAN
|
|||||
39. Periksa kedua sisi
plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan
utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
|
|
|
|
|
|
40. Evaluasi kemungkinan
laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
|
|
|
|
|
|
Bila ada robekan yang
menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
|
|
|
|
|
|
X. MELAKUKAN PROSEDUR
PASCA PERSALINAN
|
|||||
41. Pastikan uterus
berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
|
|
|
|
|
|
42. Celupkan tangan yang
masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % dan membilasnya
dengan air DTT kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih dan kering
|
|
|
|
|
|
Evaluasi
|
|||||
43.
Pastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong
|
|||||
44. Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi
|
|
|
|
|
|
45.Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
|
|
|
|
|
|
46.Memeriksa nadi ibu dan
pastikan keadaan umum ibu baik
|
|
|
|
|
|
47.Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40-60 kali /
menit).
Jika bayi
sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke
rumah
sakit.
Jika bayi
napas terlalu cepat, segera dirujuk.
Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan
satu selimut.
|
|
|
|
|
|
Kebersihan dan Keamanan
|
|||||
48.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
|
|
|
|
|
|
49.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
|
|
|
|
|
|
50.Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir
dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
|
|
|
|
|
|
51.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan
ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberi
ibu minuman dan makanan yang diinginkannya
|
|
|
|
|
|
52.Dekontaminasi tempat bersalin dan apron yang dipakai dengan larutan klorin
0,5%
|
|
|
|
|
|
53.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%, lepaskan
dalam keadaan
terbalik kemudian rendam dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit
|
|
|
|
|
|
54.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir kemudian keringkan tangan
dengan
tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering
|
|
|
|
|
|
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk penatalaksanaan bayi baru lahir.
|
|
|
|
|
|
56.Dalam waktu satu jam, beri antibiotika salep mata pencegahan, dan
vitamin K1 1 mg
intramuskular di paha kiri anterolateral
. Setelah itu lakukan pemeriksaan fisik bayi
baru lahir, pantau setiap 15 menit
untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit) serta
suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC)..
|
|
|
|
|
|
57.Setelah satu jam pemberian vitamin K1
berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha
kanan
anterolateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa
disusukan.
|
|
|
|
|
|
58.Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik
didalam larutan klorin 0,5 %
|
|
|
|
|
|
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir kemudian keringkan tangan
dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
|
|
|
|
|
|
Dokumentasi
|
|||||
60.Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang),
periksa tanda vital dan asuhan
kala 4
|
|
|
|
|
|